Happy reading gais!
Laili baru menyelesaikan makan siangnya saat sebuah notifikasi ponsel berbunyi. Gadis itu buru-buru meraih ponsel yang tergeletak di samping piring. Ternyata itu adalah notifikasi dari aplikasi kampus, berisi pengumuman bahwa hasil ujian sudah bisa dilihat. Hanya butuh waktu dua minggu bagi Universitas Pancasila menghitung dan mendata hasil ujian seluruh mahasiswanya. Laili tersenyum senang, namun tak berselang lama sampai tarikan bibir itu perlahan mulai jatuh, disertai pemberhentian detak jam dan pergerakan sekitarnya.
Kolom kesembilan yang menunjukkan huruf B yang berderet sangat tidak menyenangkan, di tambah huruf C di mata kuliah kelima sangat menyakiti mata, hingga menusuk ke hati kecilnya. Seribu? Tidak! Bahkan beribu pertanyaan mengawang di kepala gadis yang tengah membolakan matanya tersebut yang berujung pada kata tanya, kenapa?
Laili sudah belajar setiap hari, bahkan jauh sebelum tanggal ujian diumumkan. Ia rela mengurangi waktu bermainnya hanya untuk belajar, menyisakan uang jajan untuk membeli buku yang berkaitan dengan mata pelajaran yang bahkan harganya bisa membeli makanan utama di restoran bintang lima. Sepulang ujian Laili langsung kembali ke rumah dan belajar, bahkan saat makan pun buku selalu terpampang di depan mejanya, beberapa catatan penting yang harus ia hapal pun sampai ia tempel di kaca kamar mandi.
Tapi, kenapa? Kenapa huruf A satu pun tidak hinggap di file nilainya? Kenapa ia bisa mendapat nilai C? kenapa yang berderet bukan nilai A? kurang keras bagaimana lagi ia belajar? Apa yang salah dengan gaya belajarnya selama ini? Saat SMA Laili tidak pernah belajar sekeras akhir-akhir ini dan ia mendapat peringkat satu dan nilai UN tertinggi, kenapa sekarang? Kenapa Laili tidak bisa menjelaskan perasaan yang ia rasakan sekarang ini? Marah? Sedih? Kecewa? Senang? Kenapa rasanya sesakit ini?
Ting!
Laili mengalihkan perhatiannya dari lamunan saat mendapat notifikasi pesan baru dari sang pacar, Arfa.
Arepa
"Beb, kamu deket sama cowok lain ya? Ada hubungan apa kamu sama dia?" 14.36Apalagi ini? Darimana Arfa tau Dimas? Batin Laili
"Ha? Dimas? Kamu kenal dari mana emang?" 14.36
Arepa
"Kamu jangan pura2 dulu deh Li. Aku nggak suka ya! Si dimas2 itu tag IG kamu tadi sore. Kalau kamu belom tau, liat sana. Nah sekarang mau ngelak gimana lagi?!" Siapa dimas??" 14.38"Ooh, Dimas itu temen sekelas, cuma temen kuliah kok, nggak lebih. Jangan marah2 dulu kalo belom tau faktanya. Kebiasaan nih anak" 14.38
Arepa
"Beneran teman? Nggak lebih?" 14.38"Iya Arfanya Laili. Dimas cuman temen gue. Yang dihati aku cuma kamu doang. Gada siapa2 lagi. Percaya deh" 14.38
Arepa
"Oke, aku coba percaya. Awas aja ya kalo kamu deket2 sama cowok itu lagi. Nggak bakal aku maafin! Bakal aku tonjok tu cowok kalo masih deket2 kamu." 14.39"Iya2. Janji nggak bakal deket2 lagi. Tapi kalo jalan bareng temen ada dia ngapapa yak? Kan bukan mau aku. Mwehehehe." 14.39
Arepa
"Ho'oh. Jangan berduan aja. Udah dulu ya, cuma mau konfirmasi itu doang. Aku mau main basket dulu sama rangga nih." 14.39"Oke, tiati jatoh. Ntar anak bu Mimi nangis lagi. Wkwkwk" 14.39
Arepa
"Bu Mimi itu ntar jadi mertua lo juga. Wkwkwk. Oya, gue punya kejutan nanti buat kamu. Semoga kamu suka ya. Kejutannya rahasia." 14.39"Kejutan apa?" 14.40
Tidak ada balasan dan pesannya terputus begitu saja. Arfa seperti cenayang yang tau kapan hati Laili butuh hiburan, Laili adalah tipe yang tidak suka membagi perasannya, terlebih lagi ia ia merasa sedih dan perih. Namun terkadang jika rasa itu sulit sekali di tahan ia ingin sekali mengadu dengan kedua orang tuanya, jika saja mereka tidak sibuk dengan perusahaan dan baju-baju model terbaru. Mutiara bening itu akhirnya menetes, menjadi melodi angkuh di saat dirinya merasa tidak sanggup lagi menahan luruh.
***
"Keren ya, Li cerita tadi! Iqbal emang nggak main-main, sih kalau ngambil peran. Ckckck" ungkap kagum Tias setelah mereka, Tias, Laili, Dimas dan Dio menonton bioskop di Gandaria City.
"Iya, sih. Nggak sia-sia buang duit buat duduk tiga jam di dalem, bininya cakep, apalagi pop cornnya gratis. Beuh!" Alih-alih Laili yang menjawab, Dimas menyahut dari belakang lalu terkekeh saat lengannya di pukul Tias.
Tias dan Dimas yang membawa satu temannya bernama Dio yang sore tadi datang ke rumah Laili. Mengajak, ah bukan, memaksa untuk nonton bioskop di malam harinya. Langsung meminta izin kepada Ibu yang baru pulang dari butik, dan mereka berakhir di sini, Mall Gandaria City.
"Eh, beli gelato, yuk!" seru Tias menarik tangan Laili. Dimas dan Dio mengikuti kedua gadis itu dari belakang.
"Udah es cream langsung pulang?" tanya Dio yang disanggupi ketiganya, "kalau gitu, aku ambil mobil dulu, ya," ucapnya lalu menyerahkan selembar uang 50.000 ke tangan Dimas, "Nih, buat bayar. Samain aja sama lo, kalau kurang nanti gue tambahin pas di mobil," tandasnya lalu pergi.
"Mbak, matcha satu, vanilla dua, oreo satu, ya," ucap Laili setelah teman-temanya mengatakan pesanan mereka yang langsung di buatkan oleh penjaga toko.
"Li, Dim, gue ke toilet dulu, ya. Kebelet, nih. Kalian tunggu di sini." Tias buru-buru lari setelah berkata, meninggalkan mereka hanya berdua.
"Laili?" Laili menoleh ke sumber suara dan membolakan mata terkejut.
"Siapa dia?" tanya suara itu lagi.
"Oh, hai. Kenalin, gue Dimas." Tutur Dimas mengulurkan tangan.
Sang empu suara melihat Laili sambil tersenyum tulus yang terlihat menyeramkan.
"Laili ..." suara itu mengalun lembut, "kita putus, oke." Tidak lama, sang empu berjalan menjauhi mereka.
"A..Arfa." lirihan kata Laili adalah kata terakhir sebelum air matanya kembali meluruh.
***
(LSC : 12520)
Maaf, atas keterlambatan kemarin, ya gais. Kondisi badan lagi nggak memungkinkan. Otakku butuh sedikit rebahan. Sebagai gantinya, hari ini akan up 3 part, gimana? Semoga kalian betah menanti, ya🤗 Salam aksara!
KAMU SEDANG MEMBACA
Laili (LSC4) [Lengkap]
Teen FictionPutri Laili Jayanti, nama yang begitu indah namun tak seindah jalan hidupnya. Sudah kebal, malah kelewat bosan dengan badai yang terus menghampiri. Sebentar lagi dirinya akan masuk ke bangku kuliah dan ia mulai bertanya-tanya; badai seperti apa lagi...