4• First Day [ √ ]

670 59 8
                                    

"Kita dipertemukan bukan karena kebetulan tapi karena suatu alasan yang sudah Tuhan persiapkan."

¤¤¤¤¤


Nafisa menatap kagum bangunan megah yang ada di hadapannya, sebuah logo besar terlihat jelas dipandang mata, ADIWANGSA Hospital. Siapapun orangnya pasti tahu rumah sakit ini. Rumah sakit swasta yang memiliki citra baik di mata orang-orang karena pemiliknya begitu murah hati, sering memberi keringanan pada mereka yang tidak mampu.

Nafisa merasa beruntung ia bisa mendapatkan kesempatan belajar langsung di sini, dan ia tidak boleh membuang kesempatannya begitu saja. Suatu keberuntungan Nafisa diterima karena sangat susah bisa mengikuti koas di Adiwangsa hospital. Ada banyak pesaingnya, bersyukur Nafisa terpilih menjadi satu dari sekian yang diterima. Selain kebaikan pemiliknya, dokter di rumah sakit ini juga tidak diragukan lagi kemampuannya. Mereka adalah yang terbaik di bidangnya.

Ia berjalan pasti menuju resepsionis, ingin bertanya sebuah ruangan pada perempuan yang tengah berjaga.

"Silahkan, ada yang bisa saya bantu?" sapa si resepsionis tersenyum manis.

"Saya calon koas di sini. Kalau mau ke ruangan HRDe lewat mana ya, Mbak?" tanya Nafisa.

"Oh, calon koas. Mbak, bisa lewat sini lurus, lalu belok kiri di sana nanti ada tulisan ruangan HRD," jelas si resepsionis dengan senyum yang masih terkembang.

Nafisa mengangguk paham, "Terima kasih. Kalau gitu saya permisi dulu."

"Iya, silahkan."

Mengangguk sekali pada resepsionis itu, Nafisa segera menuju arah yang ditunjukkan. Matanya menatap tulisan yang ada di pojok atas, hingga akhirnya ia menemukan ruangan yang dicarinya. Mengetuk pintu pelan, ia segera masuk saat sebuah suara menyahut dari dalam. Seorang perempuan dewasa yang masih muda tersenyum menyambutnya.

"Silakan duduk, ada yang bisa saya bantu?" tanya perempuan itu.

Nafisa duduk di kursi depan meja perempuan itu,  "Saya calon peserta koas lulusan Universitas X. Kemarin saya sudah memgirim CV saya lewat e-mail seusai permintaan."

"Oh, kamu yang namanya Nafisa Almaira, kan? "

"Iya, Dok," jawab Nafisa menganggukkan kepala.

"Perkenalkan saya Dokter Vanya, saya sudah membaca CV kamu dan pimpinan saya sudah menyetujuinya. Kamu beruntung bisa menjadi salah satu yang diterima di sini, jangan disia-siakan ya. Pelajari semuanya dengan baik, jangan sampai ada yang terlewat. Kita akan lihat perkembangan kamu dalam waktu satu tahun ke depan. Semoga berhasil Nafisa."

"Terima kasih, Dokter Vanya. Saya pasti akan belajar dengan sungguh-sungguh."

"Ada yang mau kamu tanyakan?"

"Tidak, Dok. Saya rasa cukup."

"Kalau begitu, mari saya antar ke pembimbing kamu."

Dokter Vanya pergi, diikuti Nafisa di belakangnya, sesekali Dokter Vanya memberitahukan tempat dan nama yang ada di rumah sakit ini. Sekaligus memperkenalkan pada beberapa dokter yang tidak sengaja mereka temui.

"Kamu beruntung akan diajari secara langsung oleh Dokter Azka. Dia salah satu dokter terbaik di rumah sakit ini, jarang-jarang lho Dokter Azka mau menerima peserta koas, baru tahun ini dia mau terima," terang dokter Vanya saat mereka tiba di sebuah ruangan bertuliskan Orthopedi.

Jantung Nafisa bergemuruh tak karuan, entah kenapa ia menjadi lebih gugup kali ini, padahal dulu saat praktek secara langsung tidak segugup ini.

"Ayo, silahkan masuk. Saya tinggal, ya. Semoga betah belajar di sini," pamit Dokter Vanya meninggalkan Nafisa.

Dear Doctor (Complete) [Tahap Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang