Mentari mulai tenggelam, tanda hari sudah sore. Sekolah sudah sunyi, hanya tersisa beberapa murid yang mengejar tugas di perpustakaan. Oh, dan Sejeong juga.
Kini Gadis itu berjalan pelan keluar dari ruang seni, menuju gerbang sekolah. Pandangan matanya kosong. Ucapan Sooyoung tadi saat istirahat benar-benar membuatnya lesu saat ini.
"Itu karena Bibi Kim membenci anaknya sendiri."
Sejeong lantas terkejut. Bahkan gadis itu hampir saja tersedak begitu mendengar ucapan yang keluar dari bibir Sooyoung.
"Setelah kejadian itu, Bibi Kim selalu menyalahkan Doyoung atas kematian Adik dan Ayahnya."
Sejeong mengerutkan alisnya marah. "Tapi itu bahkan bukan kesalahan Doyoung. Ayahnya meninggal karena penyakit dan Adiknya meninggal karena jatuh dari apartemen yang bahkan saat itu Doyoung tidak ada di sana," jelasnya.
Sooyoung mengangguk. "Aku dan Jaehyun pun berpikiran sama, Sejeong. Tapi Bibi Kim punya pemikiran lain. Aku tidak tahu mengapa ia menyalahkan Doyoung atas kematian Paman Kim. Tapi untuk kematian Anak bungsunya, Bibi Kim pernah menjelaskannya padaku. Dia bilang kalau saja Doyoung tidak pergi mengikuti lomba itu dan memilih menjaga Adiknya di rumah, sudah pasti Adiknya baik baik saja hingga sekarang."
Tanpa sadar, Sejeong mengepalkan tangannya kuat. Matanya berkaca, nafasnya terasa sesak. Ia tidak sanggup membayangkan bagaimana jika ia menjalani hidup seperti Doyoung.
Orang tua Sejeong memang jarang pulang ke rumah karena mereka workholic. Tapi bukan berarti mereka tidak menyayangi Sejeong. Bahkan setiap pulang ke rumah, mereka akan sangat memanjakan Sejeong, bertanya apa yang diinginkan oleh anak tercinta mereka itu.
Sejeong memang pernah merasa depresi karena kehilangan Adiknya. Tapi Orang tuanya berusaha menenangkan dia. Bukan malah membencinya.
Sejeong hanya tidak bisa membayangkan hidup tanpa ada kasih sayang dari Orang tua.
Bukankah Doyoung juga merasa kehilangan? Lelaki itu kehilangan Ayah dan Adiknya di usia yang masih terbilang muda. Dan sang Ibu malah membenci bahkan menyalahkannya?
Sejeong terduduk. Kakinya terasa sangat lemas. Tangisnya pecah.
Sejeong benar-benar tidak bisa membayangkan dirinya hidup tanpa ada kasih sayang dari Orang tua, seperti Doyoung.
guys, jangan lupa cek chapter sebelumnya, ya? aku double update soalnya. see you on next chapter!!
- zel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Lie in April - Dojeong [✓]
Fiksi PenggemarTentang Kim Sejeong yang memutuskan berhenti bernyanyi dan keluar dari klub seni. Masa lampau yang menghantui dan masa kini yang terlampau sulit dilewati. Sejeong hanya ingin bahagia, kenapa terasa begitu sulit? Tentang Kim Doyoung dengan sejuta tek...