Wish

53 9 56
                                    

📍Kamar

12.33 AM

Keinginan Jena sederhana. Hanya melihat sosok yang ia sayangi ada dihadapannya seperti saat ini. Cigo tertidur pulas menghadapnya dan ia mengelus pelan surai hitam Cigo. Jena tersenyum melihat wajah damai Cigo saat tertidur. Sosok inilah yang menjaganya dari serangan luar yang membahayakan dan tetap menenangkannya walaupun ia tau bahwa Cigo juga merasa ketakutan.

Jena berdiri dan memakai pakaiannya seperti biasa. Ia kembali berjalan ditengah malam yang sangat sunyi dan dingin namun ia merasakan kedamaian yang selama ini dia inginkan. Jena selalu terbayang akan wajah Cigo yang selalu menggunakan berbagai ekspresi yang berbeda dengan dirinya yang hanya bisa menggunakan satu ekspresi saja.

Jena jongkok ditepi jalan sepi. Ia memeluk lututnya dan tubuhnya mulai bergetar. Ia menangis lagi dan kini ia yakin bahwa dirinya sudah tidak sanggup untuk menjalani semuanya. Ia ingin berhenti sampai disini.

"Jangan menangis tuan putri. Angkat kepalamu dan jangan biarkan mahkotamu jatuh dengan mudah."

Jayler selalu bisa menemukan Jena ditengah malam. Jayler memeluk tubuh dingin Jena dengan erat agar Jena bisa merada sedikit lebih nyaman.

"Jangan keluyuran malam Jena. Gak baik untuk kesehatan."

"Jayler."

Jayler menoleh saat Jena memanggil namanya, Jena hanya menatap lurus, "Apakah kau percaya ada alien yang jatuh kebumi dan jatuh cinta dengan manusia? Pernahkah kau berpikir bahwa kau adalah alien? Aku selalu berpikir bahwa aku bukanlah manusia dan aku gak pantas menerima Cigo."

"Jena apa maksudmu?"

"Antar aku pulang Jayler. Aku mengantuk."

Jayler mengantar Jena pulang kerumah. Dan kali ini dia benar-benar harus mengetahui bahwa Jena tidak akan keluar lagi dan ia harus istirahat malam ini.

Jena memeluk lututnya dan menenggalamnya wajahnya. Pikiran Jena sangat kacau. Yang ia inginkan hanya melarikan diri dari kenyataan. Tameng pertahanannya runtuh saat ia ketahui Cigo duduk disampingnya dan bercerita.

"Dahulu ada seorang putri yang sangat cantik. Dia jarang tersenyum pada orang sehingga orang lain memberinya cap sebagai tuan putri yang sombong tanpa mengetahui alasan dibalik itu semua. Tuan putri hanya tersenyum pada orang yang benar-benar menyayanginya namun suatu ketika senyum itu hilang untuk selamanya karena pangeran pergi meninggalkan."

"Dan tuan putri tersebut akan meninggalkan pangeran pada akhirnya." Ucapan Jena membuat Cigo menatapnya dengan intens

"Apa maksudmu Jena? Bukan seperti itu akhirnya ceritanya. Wah kau mengacaukan ceritanya. Aku ngambek. Sudahlah."

"Seberapa sayangnya kau pada diriku?"

"Aku akan menyayangimu hari ini, besok, lusa, dan selamanya."

"Baiklah." Jena menyatukan jidadnya dengan Cigo saling lempar tatapan dan hanyut dalam keindahan mata masing-masing

"Karena setiap manusia memiliki ocean eyes sendiri." Ucap Jena

"Ocean eyes?"

"Ocean eyes itu keindahan mata yang bagaikan samudra atau mata yang indah. Orang-orang bisa saja menyembunyikan sedihnya lewat senyuman palsu, tapi mata tak pernah bisa di tipu, mata memang sumber dari kejujuran."

Cigo menahan Jena agar ia bisa duduk berdampingan lebih lama malam ini. Perasaan yang selalu merindukan perempuan ini membuat Cigo egois bahkan dirinya tidak mengizinkan Jena untuk tidur, "Jangan tidur. Aku akan membuatkan mu kopi agar kepalamu tidak pusing. Kopi bisa membuatmu terjaga dan pergi dari tempat tidur."

Kini giliran Jena yang menahan Cigo untuk pergi. Jena menatap wajah Cigo sangat lama seolah-olah dia akan pergi dan kembali sangat lama, "Duduk aja. Aku bisa bertahan tanpa kopi. Aku gak akan tidur karena aku gak mau melewatkan waktu. Aku telah memikirkan masa depan kita karena ku tidak akan pernah melihat masa itu. Aku telah berdoa untuk pengampunan dan kau berdoa untuk kesehatanku. Saat aku meninggalkan dunia ini aku berharap kau akan mendapatkan orang yang lebih dari aku."

Menarik kedalam dekapannya dan merebahkan kepala kepundak lebar sang kekasih. Cigo menempuk-nepuk lengan Jena agar ia bisa merasakan kenyamanan dan terkadang Cigo berharap ia bisa kembali seperti Jena yang dulu yang tidak merasakan emosi apapun.

Cigo menyakinkan Jena bahwa dia adalah orang sempurna untuk menutupi kekurangan Cigo, "Karena kita masih muda kita belum banyak melakukan sesuatu Jen. Menikah, memulai keluarga, merawatmu dan anak kita."

"Aku berharap itu terjadi padaku. Senang mengetahui fakta bahwa kau milikku namun menyebalkan jika semuanya berakhir." Jena tersenyum

"Aku senang kau disini Jen. Aku minta maaf jika aku menangis. Saat ini aku dan kau masih muda, kau selalu membuatku bahagia. Membuat video lucu untuk mengabadikan semua kenangan kita. Memeluk tubuhmu yang berbalut selimut tebal dan bernyanyi hingga kau terlelap."

"Bagaimana jika kau akan sendirian tanpaku?"

I see, I feel u ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang