Meanwhile in the Marvel household.....
Di sebuah ruangan yang luxurious dan megah bernuansa gold, 5 orang sahabat sedang duduk di depan layar teater yang cukup besar. Layar tersebut menampilkan sebuah film komedi yang seharusnya menghibur hati mereka. Namun, tidak sebuah film pun berhasil. Terutama untuk seorang gadis dengan tangan kiri terbalut perban yang baru saja kehilangan bundanya.
Beberapa kali, teman-temannya tertawa, namun gadis ini tetap bermuka datar menatap kosong film ber-genre komedi itu. Hal ini disadari oleh teman-temannya, akhirnya Faris angkat suara.
"Ekhem. Jadi, besok, apa sebaiknya ktia tidak usah sekolah saja dulu?" Saran Faris mencuri perhatian teman-temannya dari film yang sedang mereka tonton. Ruby, Lanney, dan Raymond sedang saling tatap-menatap.
"I think, untuk sekarang kita sebaiknya di sini aja dulu. Sampai keadaannya membaik, dan kita semua physically and mentally stable, gue rasa kita izin dulu." Lanney memberikan saran yang masuk akal. Bunda sahabat mereka baru saja pergi, yang juga merupakan salah satu sosok yang mereka sayangi. "Gue sih oke. Malah bagus, gue gak perlu ketemu sama The Diamonds lagi." Jawab Ruby.
Faris mengangguk. Namun Raymond tampak bimbang. "Guys, gue kayaknya harus sekolah."
Pernyataan Raymond menimbulkan raut tanya di wajah teman-temannya. Akhirnya Raymond mengklarifikasikan. "Alasan gue ke sini itu karna papa gue kasih tugas buat jagain temen kecil gue di Marvel, si A-"
"Adhea?"
Baru saja Raymond ingin menjawab, namun Ruby sudah menyela dahulu. Raymond terkisap. "Iya, Adhea. Dari mana lo tahu?" Tanyanya yang agak bingung.
Ruby mencondongkan dagunya ke arah Faris mengisyaratkan dia. Raymond menatap Faris lalu mengangguk. Althea yang sedari tadi diam akhirnya berbicara.
"Untuk apa lo jagain dia?"
Pertanyaannya cukup sarkastik, ditambah suara Althea yang datar nan dingin membuatnya seperti menyindir. Seluruh pasang mata menatap Althea.
Raymond diam sebentar lalu menjawab. "Papa gue baru dapat informasi dari orang tuanya Dhea. Dia kemarin hampir di bunuh sama salah satu murid sekolah kalian, Decan Lim. Dhea sama temannya diteror sama Decan. Temannya Dhea di dorong sampai pinggulnya sedikit cedera. Dan untuk Dhea? Dia dicekik sama si Decan sampai kehabisan napas."
Raymond memerhatikan kesekelilingnya melihat wajah sahabat-sahabatnya. Pernyataan yang diucapkannya sukses mendapatkan tatapan terkejut tidak menyangka dan prihatin. Ruby yang dikenal dengan salah satuh penggemar berat Dhea paling marah.
"WHAT?? THAT DECAN ANJI-"
"ETS..ETS... Calm down. Decan udah di tangkap sama kepala sekolah. Dia sekarang lagi di sidang ke pengadilan. Syukurlah orang yang bantuin Dhea sepertinya handal dalam bela diri. Dia sampai-sampai buat Decan terbaring dengan tangan terikat di belakang. I mean, kalo gak ada dia mungkin kita udah kehilangan dia saat ini." Lanjut Raymond dengan wajah yang lega. Althea dari tadi menyimak ucapan Raymond, memori itu kembali terbayang di pikirannya.
"Siapa yang selamatin Dhea?" Kini Lanney bertanya.
Faris dan Ruby mengangguk angguk. Mereka sebenarnya ingin bertanya pertanyaan yang sama. Raymond menghela napas. "Itu yang gue belum tahu. Dhea belum kasih tau orangnya ke siapapun. Siapapun dia, gue rasa pihak Dhea berutang budi padanya."
Althea mendongak. "Decan menyimpan pisau lipat di kantong belakang celananya."
Sebuah kalimat mencuri perhatian 4 orang lain di ruangan tersebut. Mereka memberikan tatapan what are you talking about ke Althea.
KAMU SEDANG MEMBACA
HIDING
Teen Fiction2 manusia dengan latar belakang yang berbeda. Berapa kemungkinannya mereka bertemu? Yang satu selebriti remaja yang sedang naik, dengan keadaan sempurna, wajah, harta, keluarga, sahabat. Yang satu manusia biasa, tanpa ada istimewanya. Itu yang dipik...