"Semuanya memiliki misteri."
"M- maksud lo apa? Pradista siapa?" tanya Alvin dengan suara bergetar.
"Gue tau Vin, lo gak bisa ngelak," katanya dengan nada datar.
Alvin menggenggam tangan milik Abinra, menatapnya dengan tak yakin, "Dari mana lo tau, Bin?"
Gadis itu mengalihkan mukanya sambil melepas genggaman milik Alvin.
"Gue gak sengaja dengar sehabis lo nganterin gue pulang dari supermarket," jawabnya, "Dan gue liat lo lagi sama Nona besar, 'kan?"
Sekali lagi, Alvin tercekat mendengar itu. Dirinya tidak akan menyangka kalau gadis itu akan tahu, bahkan dari kejauhan.
"Lo udah tau siapa Nona besar kita, 'kan? Kenapa gak lo kasih tau ke anak Rebellion?"
Tersenyum miring, Abinra menatap nanar langit langit warung seblak itu sambil memikirkan sesuatu. "Biar dia yang ngaku sendiri, nanti."
***
Handaru menelfon Abinra tadi, membuatnya harus cepat menemui laki-laki itu. Perkara Alvin, Abinra sudah berjanji untuk tidak berkata apapun kepada Rebellion.
Dan jika kalian memusingkan seblak yang di pesannya, tenang saja, Abinra sudah mengambil jalur yang benar.
"Mang, seblaknya bungkus aja." Abinra menghampiri penjual seblak itu.
"Baik mba Abin," katanya, "Satunya lagi buat orang itu?"
Abinra masih memainkan handphonenya, dan hanya menjawab;
"Bukan, buat orang rumah."
"Ohhh oke mba, ini seblaknya udah jadi."
Mengambil alih seblak dari tangan penjual, Abinra menuju Alvin yang sudah menunggunya dimeja makan.
"Sini seblak punya gua─"
"Mana?" tanya Abinra bingung.
"Loh itu, seblak kita, 'kan?"
Abinra menggeleng, "Bukan, ini seblak buat gue sama Handaru. Lo kalo mau beli, pesen aja gih. Gue duluan ya Vin!"
"Halo."
"Dimana? Udah sampe?" tanya sang penelfon yang bukan lain adalah Handaru.
KAMU SEDANG MEMBACA
REBELLION (Completed)
Novela Juvenil[Konflik sedikit membingungkan. Hanya ada 1000-1400 kata setiap part.] Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar kata 'geng'? Apakah bayanganmu akan seperti kebanyakan orang? Mereka berpikir kalau sebuah geng hanya untuk anak-anak berandal dan tidak t...