Kisah Teguh: Awalnya ngocok bersama

89.1K 371 32
                                    

Aku Teguh, umur ku masih 18 tahun dan baru masuk Sekolah Tinggi Teknik. Aku harus kos karena tempat tinggal ku di Cilacap dan aku harus kuliah di Purwokerto. Ini pengalaman pertama tinggal di kamar sendiri. Maklumlah keluargaku bukanlah orang kaya yang mampu membuatkan tiap anaknya kamar sendiri. Penghasilan bapak sebagai nelayan tak pasti. Untung saja aku punya seorang ibu yang pekerja keras. Berjualan pecel keliling kampung.

Setelah aku sunat pada umur 12 tahun, aku langsung masuk ke masa puber. Setelah sembuh dari luka sunat ada rasa geli kalau kepala kontol ku tergesek dengan celana atau sarung. Kuceritakan hal ini dengan temanku yang lebih dewasa dan dia mengatakan kalau lama kelamaan akan menjadi biasa. Namun ada rasa tidak puas kalau sudah tegang rasanya kepala kontol ku gatal dan ingin digaruk-garuk terus. Sampai suatu ketika setelah lama menggaruk kurasakan getaran hebat dan ada sesuatu yang keluar dari lubang kencing ku.

Waktu itu aku merasa takut sekali. Kuceritakan lagi dengan temanku. Dia berkata tidak apa-apa, itu bukan nanah namun cairan lelaki dewasa. Aku senang sekali menggaruk kontol tetapi masih takut bernanah. Aku tidak bebas melakukan semua itu di kamar. Aku harus menunggu adik-adikku yang tidur sekamar hingga terlelap dahulu.

Semenjak kos aku merasa sangat bebas. Aku punya kamar sendiri walaupun lebih kecil. Tidak masalah, yang penting aku bisa menggaruk kontol. Oh ya saat itu aku sudah mengenal kalau itu namanya ngocok atau masturbasi atau onani. Aku sering dengar teman-teman lelaki yang membahas topik ini. Teknik ku pun sudah berkembang. Bukan lagi cuma menggaruk tetapi menggenggam, memintir, bahkan menggosokkan ke guling atau ke kasur. Aku ngocok hampir tiap hari. Meskipun teman-temanku menggosipkan buruknya onani tetapi aku tidak peduli. Enak sih!

"Guh nanti jadi kan nonton di komputer ku" ajak Ivan teman kuliah ku.

"Iya dong!"

Si Ivan juga anak kos. Meski lain SMA namun kami cepat menjadi akrab. Ivan orangnya baik dan ramah. Beberapa kali aku dibayari makan di kantin. Ivan juga beberapa kali satu kelompok denganku dalam berbagai kegiatan. Orangnya lebih tinggi dariku dan putih. Kalau dilihat lumayan juga tampangnya, mirip Jonathan Fritzy, halah! Jangan bilang ke orangnya bisa melayang tembus langit ke tujuh dia. Bedanya dia tidak punya tahi lalat dan rambutnya selalu pendek.

"Ayo Guh masuk" ajaknya

Aku memang bengong di depan pintu kamar Ivan. Bersih, wangi, rapi, bagus lagi! Jauh lah dengan kamar kos ku. Bandingannya Hotel dan bedeng di kampung. Di kamar Ivan ada AC-nya juga. Kasurnya diletakkan di atas dipan yang empuk. Ah bukan dipan, akhirnya aku tahu kalau itu namanya spring bed.

Ivan menutup pintu kamar lalu menyalakan komputernya. Warna biru  menyembur dari CPU-nya mengesankan sangat futuristik. Waktu itu Ivan sudah menggunakan komputer ber-Pentium IV padahal komputer yang aku kenal di SMA adalah komputer Pentium 2 awal dengan layar beresolusi rendah. Aku ternganga dengan kecanggihan dan kecepatan komputer Ivan. Tapi tentu tidak keterlaluan seperti yang kalian bayangkan lah! Aku sebagai siswa STT juga mengikuti perkembangan teknologi. Tetapi memang ini canggih!

Setelah cukup puas membahas komputer Ivan dan bertukar pengetahuan tentang kecanggihan, Ivan menyodorkan dua CD salah satunya dilapis label dengan tulisan Hard Sex dan satunya lagi Gymnasium.

"Aku baru dapat dari teman chating ku neh..." kata Ivan.

"Sering chating dimana, Van?"

"Tuh.. warnet yang di kantor Pos"

"Bukan, maksudku MIRC atau YM atau ICQ?" tanyaku

Waktu itu YM masih baru muncul dan MIRC masih merajai dunia per-chating-an. FS dan FB belum lahir.

NGOCOK BERSAMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang