Suara hentakkan kaki terdengar sangat keras dari balik pintu toilet sekolah.
Seorang cowok yang tengah berlari tergopoh tak kuat menahan debaran jantungnya.
Cowok itu menghampiri seorang cewek yang baru saja keluar dari toilet.
"Bantuin gue! Please, bantuin gue!" pinta seorang cowok bertubuh tinggi dan berambut acak-acakan pada seorang cewek yang sama sekali tidak ia kenal. Radja
"Gue bisa bantu apa?" tanya cewek bertubuh lebih pendek dari cowok di hadapannya, cewek berambut hitam dan lurus dikuncir mengernyit heran. Melan.
Radja menarik Melan masuk kembali ke dalam toilet, terdengar suara pekikkan cewek yang cukup jauh dari toilet.
"Lo mau ngapain gue!" bentak Melan.
"Aku kotor!" ucap Radja meledek. "Tenang gue gak bakal apa-apain lo, paling colek dikit!" ucapnya lagi seraya menyolek tubuh cewek di hadapannya.
Ruangan toilet yang tidak terlalu besar, membuat tubuh mereka hampir sangat dekat, bisa diambil kesimpulan, bahwa jarak di antara mereka hanya 3cm jauhnya.
"Jangan sentuh aku!" desah Melan. "Lo mau minta bantuan?" tanya Melan mencoba kembali meluruskan topik pembicaraan awal.
"Lo mau kan bantuin gue?" tanya Radja memastikan.
"Selama gue bisa bantu, ya, bakalan gue bantu," jawab Melan sangat santai. "Keluar dulu yuk, gue takut ada yang mikir macam-macam."
Melan keluar lebih dulu lalu diikuti Radja.
"Kita ngomong di depan toilet aja," usul Melan seraya berjalan keluar area toilet sekolah yang besar.
Melan mensandarkan bahunya di dinding depan pintu masuk toilet. Banyak pasang mata yang memperhatikannnya.
"Ape lo liat-liat!" bentak Melan seperti macan yang ingin menerkam mangsanya.
Radja terkekeh melihat gadis di hadapannya, kelakuan itu saja sudah membuat Radja ilfeel, sepertinya ia sangat terpaksa meminta bantuan ke orang seperti Melan.
Nama doang bagus, lah, kelakuannya kurang bagus. Batin Radja.
"Terus terang, cepetan!" paksa Melan yang sudah tak mau berlama-lama di tempat pembuangan kotoran itu.
"Jadi gini... " ucap Radja terpotong.
"Nama lo siapa?" tanya Melan dengan pandangan menyelidik.
"Radja Annar, terserah mau panggil yang mana!"
"Annarkis? Edi? Hanan? Adul?" tanya Melan lagi.
"Terserah!" pasrah Radja.
"Edi! Deal! Fix gue suka sama lo!" tegas Melan.
"Deal! Oke terserah lo!" pasrah Radja seolah tidak punya pendirian sebagai seorang cowok.
Radja mulai tidak nyaman berada di dekat cewek sadis itu, hawa panas mulai menerpa wajah tampannya.
"Sekarang terus terang!" terang Melan kembali ke topik utama.
"Lo mau ya jadi pacar gue!" jelas Radja tanpa tahu yang rasanya malu. Sontak semua orang yang berada di sana menatap Radja tajam. Radja mengernyit heran.
Melan terpelongo mendengar ucapan Radja beberapa detik lalu. Ucapan itu membuat hati, jantung, ginjal, dan semua tubuh Melan beku seperti es yang apabila dipukul pecah.
"Lo pada ngapain liatin gue! Pergi-pergi!" usir Radja pada penonton aksinya.
Radja menoleh ke arah Melan yang sedang terdiam mematung, mata Radja membulat sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radja's Melan
Teen Fiction"Radja itu matahari yang bersinar di saat terang dan redup saat gelap." "Lo udah jadi pacar gue! Jadi gak boleh putus tanpa persetujuan gue, selama gue belum ada pengganti. Lo, harus terus jadi pacar gue!" -Radja Annar. "Ya Edi harus cari, pokoknya...