Jantung Hwanwoong berdebar keras saat membalikkan tubuhnya untuk menatap Robin. Gadis itu terlihat polos memakai bajunya yang sedikit kebesaran di tubuhnya. Apa pun yang ada dalam penampilan gadis itu tampak tidak membahayakan.
"Langsung saja ya," ucap Hwanwoong sambil beranjak ke ruang tengah. "Tadi aku memang berharap sesuatu."
"Untuk menjadi kuat? Klasik. Aku bisa memberikanmu kekuatanku. Tapi untuk apa kau menjadi kuat?"
Hwanwoong menunduk. Ia merasa malu sekali karena mengatakan ini. "Di sekolah aku ditindas. Dan aku ingin bisa membela diriku."
"Lalu jika kau bisa membela dirimu, apa untungnya?"
"Mereka akan berhenti menggangguku kan?"
"Hwanwoong, menjadi kuat itu bukan hal yang menyenangkan," Robin menghela napas. "Kau mungkin akan kehilangan beberapa hal. Kau bahkan mungkin akan kehilangan dirimu. Kau tidak cocok menjadi kuat."
"Lalu menurutmu selamanya aku harus ditindas? Selamanya aku harus menurut pada mereka?"
"Tidak semua orang cocok menjadi kuat. Peranmu adalah menjadi protagonis. Tapi karena keinginanmu sudah membuat Dewa mengantarkanku padamu maka aku akan menuruti keinginanmu."
Robin berjalan mendekat. Ia menyentuh kening Hwanwoong dengan ujung jarinya. Lelaki itu menatap gadis itu lamat-lamat sementara Robin tampak fokus dengan ritual kecilnya. Gadis itu berkomat-kamit dan ada sinar yang muncul. Tapi Hwanwoong tidak merasakan apa-apa.
"Tubuhmu akan mulai membiasakan dengan kekuatan dan memori yang aku berikan. Aku tidak tahu seberapa lama aku bisa di sini dan seberapa banyak yang harus aku bantu. Tapi itulah langkah pertamanya. Mungkin kau bisa menghadiri kelas bela diri untuk membiasakan kekuatan ini."
"Sungguh kau sudah memberikanku kekuatan? Aku tidak merasakan apa-apa."
"Menjadi kuat bukanlah sesuatu yang bisa diraih satu malam. Kau juga harus mengusahakannya."
Hwanwoong mengangguk kecil. Benar juga. Jadi ke depannya ia harus berlatih? Ini tidak pernah ada di pikirannya. Selama ini ia hanya bisa ketakutan saat Seoho berkelahi di depannya. Lalu ia harus ikut dalam perkelahian itu? Selama ini ia selalu merasa tidak berdaya di belakang, lalu ia harus ikut menghadapi para penindas yang menyeramkan?
"Kembalilah ke kamarku dan tidur saja di sana. Di kamar tamu sangat berdebu, aku akan tidur di sini," ucap Hwanwoong sambil melepaskan jas seragamnya.
"Pertama-tama kau harus mengganti penampilanmu kalau tidak ingin ditindas. Apa-apaan sweater itu? Dan kacamata ini?"
"Tapi ini aturan yang tepat. Dan aku punya gangguan penglihatan."
"Kau kelihatan payah kalau seperti ini. Dan keluarkan kemejanya juga. Kau harus meniru Seoho, atau minimal Youngjo. Sini aku ajarkan. Aku mungkin tidak akan bisa lama-lama di sini."
Hwanwoong melepaskan sweater-nya dan mengeluarkan kemejanya. Ia juga sedikit melonggarkan dasinya. Kemudian Robin langsung melepaskan kacamata Hwanwoong dan mengacak rambutnya. Setelahnya gadis itu menarik Hwanwoong ke sebuah cermin.
Hwanwoong menatap pantulan dirinya. Sungguh ia langsung terlihat berbeda sama sekali. Sama seperti teman-temannya yang lain. Tapi apakah tidak apa-apa jika ia berpenampilan seperti ini? Ia merasa ini bukan dirinya dan rasanya aneh.
Hwanwoong menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ini bukan aku."
"Ini adalah kau yang baru. Percayalah padaku, Hwanwoong! Kau harus mengubah penampilanmu. Sepertinya gangguan penglihatanmu juga tidak parah. Jangan membuat dirimu terlihat bisa ditindas. Mungkin tubuhmu mungil, tapi kau bisa memakai sepatu yang lebih tinggi. Aku juga yakin kau menyimpan kelebihan lainnya, gunakan itu. Manfaatkan itu supaya orang lain merasa inferior."
KAMU SEDANG MEMBACA
Warrior's Descendant (ONEUS)
FanfictionYoungjo, Seoho, Geonhak, Keonhee, Hwanwoong, dan Dongju dulu adalah teman dekat, saat mereka SMP. Namun, saat mereka beranjak SMA mulai ada perubahan dalam proses mereka tumbuh dan menyebabkan hubungan mereka renggang. Keonhee dan Dongju pada dasarn...