Belum tentu kau tahu semuanya

7 4 0
                                    

"Dit... "

"Gue cuman mau lo senyum lagi Ru, gue pengen lo balik ke dulu, gue pengen lo gila kayak dulu, gue peng--"

Jetak--

"Aduuh Ru, ko dijitak sih"

"Emang gue gila ya?, lo suka liat sobat lo gila?"

"Bukan gitu Ru, maksud gue, gue suka dengan kegokilan lo dulu, gie rindu"

"Oh sini lo!"

"Mau apa Ru? "

"Udah mendekat aja!"

"Lo mau jetak gue lagi Ru? "

"Gak, sini aja dulu!"

"Ru?"

"Udah sini aja dulu, takut amat"

Awalnya Dito ragu untuk maju, padahal ia sudah bersiap siap akan amukan sahabatnya itu karena sudah berani akan rencananya. Dan sekarang hanya dua langkah yang menjadi jarak mereka, Dito menutup mata karena sudah siap untuk pukulan Aru, baginya itu sudah pantas ia dapatkan. Tapi sekarang ekspresi Dito berubah dengan heran dan terkejut, bagaimana tidak, sekarang Aru sedang memeluk Dito.

"Ru lo kesambet apa?"

Jetak---
Aru melepaskan pelukannya itu.

"Aduuhh, lo?"

"Lo minta ditampol beneran? Gue udah baik meluk lo"

Sekarang berbalik, ekspresi Aru berubah terkejut karena Dito telah memeluknya bergantian.

"Apaan lo?" suara Aru masih saja datar, kapan berubahnya?|entah lah mungkin nanti sabarya heheh (author)

"Gue terharu Ru, karena lo gak marah sama gue"

"Udah lepasin pelukan lo, sesak gue"

"Ok"

"Lo yang rencanain ini semua?"

"Mmmm" Dito mengangguk dengan kencang, mungkin kepala Dito hampir copot sekarang.

"Santai aja kali ngangguknya"

"Gue seneng Ru, gue kira lo bakal marah dan ngambek sama gue"

"Lo kenapa ke sini sendiri?, kalau lo kenapa kenapa gimana?"

"Lo khawatir?"

Jetak----

"Aduuh Ru, kepala gue udah benjol tahu"

"Gue nanya, kenapa lo malah nanya gitu?"

"Heheh tenang Ru gue gak sendiri ko"

"Maksud lo?"

"Gue bareng Angga, ini semua punya Angga, dia bantu gue"

Ekspresi Aru benar benar berubah sekarang, apa lagi melihat Dito yang senyum senyum sendiri, dan lagi sekarang Angga sudah keluar dari tempat persembunyiannya bareng Dito tadi, mungkin Aru sedang geram, benar saja sekarang Aru kesal melihat Dito.

"Ru lo marah?"

. Tapi Aru tidak menjawab pertanyaan Dito, pandangan Aru sekarang tertuju ke arah Angga yang sedang berdiri dengan senyum lebarnya itu, Angga terlihat keren dengan hoodie berwarna hitam itu, senyumnya manis tapi itu tidak merubah ekspresi Aru sama sekali. Dingin.

"Lo bareng dia?", ekspresi Aru benar benar membuat Dito takut, bukan karena ekspresi Aru marah tapi ekspresi Aru sedang kecewa sekarang. Bagi Dito lebih baik ekspresi Aru marah dibanding ekspresi Aru kecewa.

"Sorry Ru, karena gue bingung mau apa, jadi Angga yang buat ide ini"

"Lo...?" sekarang Aru tidak tahu mau ngomong apa, dia pikir yang boleh tahu semuanya hanya Dito, tapi kenapa sekarang Angga juga tahu.

"Ruuu, jangan marah Ru"

"Gue mau balik" ujar Aru meninggalkan mereka berdua, tapi langkah Aru terhenti karena kalimat Angga.

"Gue tahu lo gak suka keberadaan gue, gue tahu lo ngak suka dengan dunia ini, gue tahu lo muak akan hidup lo, karena gembok itu sudah tidak bisa terbuka lagi"

. Ekspresi Aru benar benar berubah sekarang, terkejut mendengar kalimat Angga, Seketika Aru berbalik badan dan menatap heran Angga dengan tajam.

"Tapi jangan lupa Ru! Lo hidup didunia ini karena takdir, lo hidup disini karena waktu, lo hidup disini karena lo memang masib hidup, jangan bunuh dunia lo sendiri Ru"

"Apa maksud lo?, apa urusan lo?, lo bukan siapa siapa, lo itu cu---"

"Iya gue tahu gue bukan siapa siapa, gue tahu Ru gue tahu, gue hanya Angga Ru, Angga yang mau nyelemetin dunia lo"

"Apa mau lo hah?, jangan banyak bacot, mending lo gak usah muncul di depan gue"

Tapi lain dengan Dito, Dito bingung dengan suasana sekarang, tidak mengerti dengan apa yang mereka bahas. Suasana semakin memenas Aru semakin geram dengan sikap Angga. Dan saat itu Aru hendak pergi untuk kedua kalinya, tapi lagi lagi langkah Aru terhenti karena kalimat Angga.

"Ada yang bilang, hidup itu adalah penjara, ada yang bilang waktu itu musuh karena semakin lama waktu itu mengambil orang yang kita sayang, ada yang bilang dunia itu teman yang penghianat, apa lo pernah dengar itu Ru?"

Ekspresi Aru lagi lagi semakin terkejut karena mendengar kalimat Angga.

"Dari mana lo tahu kalimat itu?" tanya Aru yang ekspresinya dipenuhi keheranan.

"Sorry Ru, waktu gue pegang buku lo angin berpihak ke gue"

"Maksud lo?"

"Iya Ru, angin itu sudah membuka buku lo dan memperlihatkan gue satu halaman yang dihiasi coretan perasaan seseorang, dan perasaan seseorang itu adalah perasaan lo"


.
.
.
.
.
Jangan lupa Vote sahabat Thor💖💖

Rasa dalam KataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang