Yoongi akhirnya menyadari bahwa yang di lakukannya adalah sebuah kesalahan besar.
Ia sadar telah kehilangan dunianya, separuh jiwanya, dan juga rumahnya.
Ia ingin memperbaiki segalanya.
Tapi apa Tuhan akan memberinya kesempatan untuk memperbaikinya?
Bukan suatu hal yang aneh jika melihat pertengkaran Yoongi dan Jimin, hampir setiap hari mereka berselisih. Entah itu hal sepele ataupun hal berat mereka akan cekcok tanpa akhir.
"Sudahlah Jim aku lelah, bisakah kau biarkan aku istirahat dulu." Yoongi melewati nya begitu saja "kita bahas itu lagi nanti."
Ia bahkan tidak memperdulikan Jimin yang menahan air matanya agar tidak jatuh "Hyung aku hanya meminta penjelasan soal dirimu dengan Ji Eun apa sesulit itu."
Yoongi mendecih dan berbalik "Ya aku menjalin kasih dengannya, kau tahu aku bosan denganmu. Lagi pula aku hanya bermain-main dengannya, jadi kau tidak perlu khawatir aku akan meninggalkanmu." pembicaraan itu berakhir dengan bantingan pintu yang cukup keras karena ulah Yoongi.
Jimin mengeraskan rahang total kecewa akan sikap Yoongi yang berubah sejak 4 bulan lalu. Ia fikir awalnya mungkin Yoongi hanya lelah karena pekerjaan nya yang berat sehingga sering kali terlihat cuek padanya.
Tapi suatu hari ia tidak sengaja melihat Yoongi yang berdiri di depan perusahaan sebuah Agensi besar, dengan seorang gadis yang di kenalnya Lee Ji Eun sebagai sosok artis terkenal. Jantungnya seperti mendapat hujaman kerasa saat Yoongi dengan entengnya mencium gadis itu di depan agensi tanpa merasa takut pada media masa yang bisa saja menangkap kegiatan mereka.
Esok paginya Jimin bangun lebih pagi menyiapkan sarapan hanya untuk dirinya sendiri, ia bahkan hanya melirik sekilas pada Yoongi yang tengah menatap meja makan yang kosong hanya ada satu makanan yaitu milik Jimin sendiri.
"Kau tidak membuat sarapan untukku?" Jimin mengernyit remeh, ia bahkan berdecih pelan yang membuat emosi Yoongi terpancing.
"Kenapa tidak minta pada gadismu saja Hyung." ujarnya tanpa menatap Yoongi yang berdiri di samping Jimin.
Yoongi menarik Jimin untuk bangun dari duduknya sehingga kini mereka saling berhadapan, menatap tajam satu sama lain.
"Kau tinggal di tempatku, kau pun berbelanja menggunakan uangku. Seharusnya kau sadar diri." Jimin tertawa, seolah mengejek Yoongi. Tawanya benar-benar terdengar menyebalkan untuk Yoongi, ia semakin emosi karenanya.
"Kau lupa ya, aku juga punya uang sendiri. Tanpa harus pusing bekerja aku sudah memiliki uang yang terus mengalir kerekeningku. Aku tidak sepertimu yang harus bekerja dari pagi hingga malam, sangat merepotkan." Yoongi langsung mencengkram rahang Jimin kencang, ia benci ucapan Jimin padanya. Ia merasa sangat di rendahkan karena ucapannya yang tajam, tapi ada perasaan lain yang hinggap di hatinya.
