Prolog

39.1K 834 78
                                    

6 Maret, 1994. Rumah Sakit Ibu dan Anak, Jakarta.

Ruang VIP, pukul 22.35 WIB

            Suara tangisan seorang bayi terdengar lantang memecah keheningan malam. Seorang pria dewasa langsung menatap pada bocah lelaki di sampingnya dan bersamaan mereka tersenyum lega.

            Seorang suster keluar sambil menggendong bayi yang sudah dibersihkan, menemui keluarga kecil yang sekarang sedang duduk di samping sang Ibu yang tersenyum bahagia, tak bisa menyembunyikan betapa mereka sangat bersemangat menyambut kelahiran peri kecil mereka.

“Selamat Pak, anak Bapak perempuan dan sangat cantik sekali.” Suster itu menyerahkan sang bayi pada ayahnya.

Sang ayah, Giraldo, menimang bayi cantik itu dengan senyuman lebar. “Terima kasih.”

“Siapa namanya?” Nick, bocah lelaki tadi berjinjit dan menatap pada adiknya dengan senyuman yang tak kalah lebar.

Giraldo tersenyum pada Putra sulungnya, “Namanya Vallerie. Celandine Vallerie Giraldo.”

-

6 Maret, 1994. Rumah Sakit Ibu dan Anak, Jakarta.

Bangsal umum, pukul 22.50 WIB.

            Tangisan itu lemah, seperti tersedak. Dokter menepuk pelan bokong si bayi dan bayi itu menjawabnya dengan tangisan yang lebih lantang, membuat dokter dan perawatnya tersenyum lega. Tidak lama kemudian si bayi sudah dibersihkan dan diletakkan di timangan si Ibu yang menangis tersedu-sedu.

“Selamat Ibu, anak Ibu perempuan dan sangat cantik sekali.” Bisik seorang suster pada si Ibu yang datang seorang diri ke rumah sakit ini.

Wanita itu mengangguk dalam tangisannya, “Terima kasih, suster.”

“Siapa namanya?” Tanya sang suster sambil mengelus sekilas pipi si bayi.

Ibu itu kembali menangis dan mengusap sudut matanya, “Odelia. Jessica Odelia.”

-

18 tahun kemudian.

            Seorang gadis cantik dalam balutan dress vintage selutut berwana hitam dengan kerah lebar berpita putih turun dari sebuah mobil berwarna merah, sewarna dengan bibirnya yang diberi lipstick merah. Ia menatap ke kaca spion mobilnya, merapikan rambutnya yang dihiasi dengan bando bulat besar bernuansa vintage yang senada dengan dress nya, sebelum akhirnya tersenyum puas dengan penampilannya. Ia hendak melangkahkan kaki masuk ke dalam rumah ketika sebuah mobil lain melintas dan berhenti di dekatnya. Ia menatap ke mobil tersebut, dimana seorang pria turun dari dalamnya.

“Tumben pulang barengan.” Valle tersenyum pada Nick.

Nick membalas senyuman adiknya dan berjalan mendekatinya, “Itu kan karena kamu sering keluyuran makanya jarang ketemu dengan kakak.”

“Kangen ya?? Sampai pake baju aja musti yang dari Valle segala.” Kata Valle membalas godaan kakaknya. Ia melirik Nick yang mengenakan kemeja putih berbalut sweater berwarna kuning mentega dan jeans coklat, hadiah Natal dari Valle tahun lalu.

Nick tertawa sambil menyentil hidung adik kesayangannya itu. “Kau terlalu besar kepala, adik kecil. Ini Jassy yang memilihkan, hari ini kita janjian hari dengan nuansa kuning. Artinya cerah, kan?” ujar Nick.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 16, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Odelia VallerieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang