Hello, morning musings.

5K 260 11
                                    

Putih, wangi dan lembut. Perpaduan yang disukai Seokjin belakangan ini. Jika ditanya kenapa, jawabannya hanya ingin saja. Suka. Sesuatu yang menimbulkan rasa tidak berdosa, sangat ia cari. Bukan karena ia penuh dengan hal kotor duniawi—well, sebagian ada benarnya juga, tapi tidak. Seokjin jadi bisa tidur nyenyak setelah mengganti dekorasi kamar dan ranjangnya ke warna bersih itu.

Setiap kali bangun, temaram cahaya matahari yang menembus langsung dari tirai jendela, sangat menakjubkan. Butuh waktu sekitar sepuluh sampai lima belas menit untuk mengumpulkan seluruh kesadaran yang bercecer. Seperti sekarang. Dirinya bergeming duduk memandangi sinar matahari yang mengusap leher dan wajah yang terbuka dengan mata sayu. Kaki jenjangnya masih terselimuti, piyama longgar badan juga enggan memperlihatkan sisa tubuh yang tidak lagi pegal. Bibir tebal merah ranum itu terbuka, menguap lepas kantuk tipis yang masih mengusik mata.

Bukan tidak mau bangun, pikirannya mendadak lambat bekerja. Masih terbuai sedikit ingatan mimpi semalam.

Tentang lesung pipi. Tawa renyah. Juga lagak kikuk.

Seokjin menggaruk belakang kepala. Tambah membuat rambut hitam arangnya awut-awutan. Kekeh kering mengalun dari tenggorokan. Sepertinya butuh segelas air. Ia mengedik bahu lebar, bibir bawah melengkung tidak peduli. Menertawakan kebodohan reaksi tak perlu. Demi apa. Dirinya hampir tiga puluh dan masih sempatnya punya hal pubertas remaja kala disuguhi pengakuan cinta.

Kak, aku tetap menunggu jawabannya.

Kau gila.

Iya, itu karenamu.

Oh, benar. Dua hari yang lalu, malam sehabis mengunci kedai kopi sederhana miliknya, Seokjin dikagetkan oleh kedatangan pemuda gagah yang selama ini jadi kenangan lama di bangku kuliah.

Patutkah diacungi jempol kegigihan sosok itu?

Dengan erang malas, Seokjin menyeret tubuhnya bangun, berjalan terseok menuju kamar mandi. Kepala masih bingung mencari solusi. Biar saja pemuda itu datang lagi. Memang mau dijawab apa? Toh, dulu sudah ditolak. Salah sendiri menunggu. Seokjin tidak menjanjikan apa pun selain jawaban.

Ya. Mungkin setelah mandi, pikirannya bisa jernih lagi. Semoga.

:)

Twitterpated | NJ ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang