Part 1

11 1 0
                                    

Cover taken/credits to: listia.com auction RMI 10K Men's Wedding Ring



"Begini aja," Clara meletakkan sendok. "Ibu Diah maunya bagaimana?" Tanpa menghiraukan Dirga yang menggengam tangan kirinya dan Ayah mertuanya yang juga ada di meja makan itu, Clara bertanya tegas kepada ibu mertuanya. Mungkin sebentar lagi akan jadi mantan mertuanya.

"Menurut saya ini sudah nggak sehat," kali ini Clara memandangi ibu dan ayah mertuanya. "Setiap yang saya lakukan baik atau salah pasti akan selalu salah. Dan saya nggak mau membuang energi saya hanya untuk meyakinkan orang yang memang sedari awal sudah tidak menyukai saya."

"Jadi, bagaimana Bu Diah?"

Untuk sejenak suasana ruang makan menjadi hening.

"Ra,"

"Kamu cerai saja dari anak saya, mantu kayak kamu emang nggak berguna." Baru saja Dirga ingin bersuara Bu Diah sudah memotong pembicaraannya.

"Bu," Dirga bangkit dari duduknya bersiap protes pada ibunya. Namun Clara mencegah, Dirga kembali duduk.

Nggak berguna? Kata-kata ibu mertuanya sudah cukup untuk Clara. Maaf dia tidak sesabar itu.

"Oke, kalau begini kan clear." Clara melepaskan cincin kawin yang melekat di jari manisnya. "Ini saya kembalikan, ceraikan saya sekarang."

Dirga hanya diam menatap Clara, dia mencintai Clara. Sangat. Tapi Ibunya dan Clara entah kenapa tidak bisa akrab. Padahal dulu, saat dia memperkenalkan Clara pada keluarganya, reaksi Ibunya biasa saja, cenderung suka dan memberikan restu. Setelah menikah, perlahan hubungan Clara dan Bu Diah merenggang. Dirga bukannya tidak tahu. Semua hal yang dilakukan Clara memang selalu salah di mata ibunya.

Pernah beberapa kali Dirga memergoki Clara sedang menangis dalam doa setelah sholat. Istrinya itu bahkan menangis pada saat tidur.

Clara masih diam mengamati Dirga yang tidak juga membuka suara. Keheningan itu terpecah saat ponsel dalam tas Clara berdering.

"Ya Brie, kenapa?" sejenak Clara mendengarkan informasi dari Briana.

"Oh oke, gue ngantor agak siang kalo gitu hari ini ya," Clara melirik arlojinya sekilas. "Jam 1 gue sampe kantor deh, kalo ada apa-apa telpon aja,"

Clara mengalihkan pandangan dari ponsel. "Sejak awal saya dan Dirga punya niat untuk serius, saya ingat benar. Sudah saya tanyakan sejak awal apa keluarga ini benar-benar dapat menerima saya, dan saya ingat benar saya nggak menerima penolakan pada saat itu." Clara memasukkan ponselnya ke dalam tas.

"Seenggaknya pernikahan saya dan Dirga juga belum terlalu jauh."

Tanpa berbicara apapun lagi Clara meninggalkan meja makan itu, sarapannya bahkan tak sempat tersentuh.

"Ra, kamu jangan asal ngomong lah."

Saat Clara sedang merapikan pakaiannya ke dalam koper Dirga menyusul ke kamar. "Ibu emang begitu."

"What?" Clara berhenti mengepak pakaian. "Emang begitu? Maksudnya gimana ya?"

"Aku mohon jangan diambil hati,"

"Kalo nggak saya ambil hati, terus semua perlakuan Bu Diah sama saya harus saya anggap apa?" Clara terus mengamati Dirga yang hanya diam tak bisa menjawab. "Nggak bisa jawabkan. Mendingan talak sekarang deh,"

Dirga masih diam tak bisa menjawab perkataan Clara.

"Dengerin saya," Clara menghampiri Dirga. "Kamu memang harus jadi suami bertanggung jawab. Tapi kamu punya tugas berbakti sama orang tua kamu. Dan kalau Ibu kamu belakangan nggak merestui pernikahan ini. Mau nggak dapet berkah? Saya nggak mau. Kalau kamu nggak talak saya, saya yang ajuin gugatan."

Clara kembali mengepak pakaiannya. Tidak banyak, sebagian besar baju-bajunya masih ada di rumah orang tuanya. Clara bukan perempuan yang gemar belanja. Ini juga yang dia tidak habis pikir kenapa mertuanya itu bisa berpikir dia hanya menghabiskan uang suami.

Sambil menggeret koper, Clara mendial nomor sahabatnya. Kira. "Ra, password apartemen masih yang lama?"

"Gue kesana sekarang ya, nanti malem gue jelasin. Oke? Bye."

Clara bergegas meletakkan kopernya di dekat pintu keluar, sebelumnya dia menyempatkan bertemu dengan calon mantan mertuanya.

"Bapak, saya pamit, mohon maaf untuk semua kesalahan saya ya Pak," untuk terakhir kalinya Clara mencium tangan Ayah mertuanya.

Sesudahnya Clara hanya mengangguk pamit pada mantan Ibu mertuanya. "Saya pamit Bu Diah,"

Clara meninggalkan ruang makan dan bersiap meninggalkan rumah itu.

"Ngapain kamu bawa mobil anak saya?" suara Bu Diah menghentikan langkahnya.

"Maksudnya?"

"Kamu pikir saya nggak tau kamu beli mobil itu pakai uang anak saya?" dengan perlahan Bu Diah beranjak menghampiri saya.

Clara tersenyum. Perlahan Clara membuka tas dan mengeluarkan STNK mobilnya.

"Ini STNK mobil saya, saya beli empat tahun lalu. Kenal sama anak ibu saja belum. Coba sekarang jelaskan gimana saya bisa beli mobil pakai uang anak ibu?"

Bersamaan dengan itu Dirga terlihat menuruni tangga.

Clara memandang sekilas ke arah Dirga. "Tolong kasih tau sama ibu kamu, barang-barang apa yang saya beli pakai uang saya dan barang apa yang kamu berikan atau belikan untuk saya. Saya nggak mau dianggap tukang menghabiskan uang anak orang."

Setelahnya Clara meninggalkan rumah itu untuk selamanya. 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 10, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Married Life Series #1 Clara-Dirga (This is About Us)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang