Satu hal yang orang-orang harus tahu terutama untuk para orang pentolan keluarga Benza.
Jika Alpha sedang berada di ruangannya lengkap dengan semangkuk mie ayam dan es teh manis, maka dilarang bagi siapapun untuk mengganggunya. Sekalipun para Dakota pun haram hukumnya jika menemui Alpha pada saat seperti itu.
Namun beberapa menit yang lalu, pria yang kerap dipanggil Alpha itu memanggil semua anggota Dakota datang ke ruangannya.
"Gue harap ini mangkok kagak gue lempar ke kepala lo, Astungkara!"
Begitu sekiranya kalimat tajam Alpha kepada Ren yang duduk santai di sofa seraya menyilangkan kakinya. Pria yang bernama lengkap Darendra Astungkara itu menghela napasnya kasar. Matanya melirik Cleo dan Dama satu persatu, lalu berakhir menatap Alpha.
"Gue kan, udah bilang, cewek itu anak debus. Kalo lo gak percaya tanya aja Cleo." Ren melempar jawabannya kepada Cleo.
Pria yang bernama Cleo itu mendengkus, lantas mengangguk samar. "Gue gak bermaksud ngajak lo jadi gila apa gimana, Al—"
"Just Arya. Kalian bukan anak buah gue, but more than that, you are my brothers," sela Alpha. Cleo memutar kedua bola matanya. "Maksud gue, bukan berarti gue ngajak lo jadi orang gila atau gimana, tapi kenyataannya emang gitu!" jelas Cleo.
Alpha memainkan sumpitnya seraya mengigit bibir bawahnya, merasa bingung sekaligus tidak percaya.
"She's gone into a mirror?!" tanyanya kepada Dakota, memastikan.
"Look, lo aja shock dengernya. Apalagi gue?" ucap Dama.
Alpha berdecak. "Terus akhirnya gimana?" tanyanya.
"Gue gak tau dia ke mana setelah kabur lewat kaca. Pokonya dia tiba-tiba udah ada di rumah sakit milik salah satu kolega lo. Dia gak sendirian, tapi bersama Aksa. Gue gak tau apa hubungan mereka berdua. Tapi yang gue denger dari cerita lo, saat membawa cewek itu secara paksa, Aksa ada di sana, bukan?"
"Aksa?" Alpha mengusap dagunya. "Terus flashdisk sama file yang dia ambil udah lo amanin?" tanya Alpha.
Ren menggeleng. "Soal itu, gue minta maaf," ucap Ren. "Barangnya udah hilang. CCTV di rumah sakit pun telah dihapus."
Butuh tiga detik bagi Alpha untuk memproses ucapan Ren barusan. Hingga kemudian pria itu menggebrak meja dan menunjuk Ren dengan sumpitnya.
"Bagaimana seorang Dakota macam lo, bisa kecolongan sebanyak itu!! Lo tau kan, itu flashdisk isinya semua data klien gue!! Kalo emang si cewek debus itu bekerja untuk negara, mau taro di mana muka gue??!! Tentunya itu mengeluarkan uang yang gak sedikit!! Tapi—"
Drrt drrt!
Getaran ponsel milik Cleo menginterupsi kalimat Alpha. Pria itu memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya. "Angkat, goblok!" kesalnya.
Cleo langsung mengangkat teleponnya. "Halo?"
"Saya ingin berbicara dengan tuan Alpha."
Cleo menatap Alpha. Yang ditatap bertanya dengan menaikkan alisnya. Cleo tidak banyak bicara dan langsung memberikan ponselnya kepada Alpha.
"Halo? Siapa, nih?" tanya Alpha, sedikit ketus. Yang kemudian tidak butuh waktu lama bagi si penelepon untuk menjawab.
"Saya JM."
"Apaan lagi?" tanya Alpha masih dengan nada ketus. Pria yang menelepon itu terdengar sedang menghela napas kasar.
"Saya butuh perlindungan khusus. Kapolri pasti meminta bantuan BIN dan cyber untuk melacak keberadaan saya."
KAMU SEDANG MEMBACA
yang baik belum tentu baik
AçãoDisclaimer dikit: ini hampir 2 tahun lebih di-unpublish karena gaya penulisannya yang menurutku kurang. Sengaja dipublish lagi untuk mengenang perkembangan gaya penulisan gue yang dulunya suka sok ke-jaksel-jakselan. Aslinya mah orang Bogor wkwkw. *...