Nathan Aldebaran

366 41 3
                                    

Senin, 18 Mei 2020.

----------------

Pagi ini lapangan tampak ramai sebab kelas 11 IPS 5 tengah melaksanakan kegiatan olahraga. Matahari yang bersinar membuat tubuh murid IPS 5 berkeringat namun tidak menghalangi kegiatan olahraga mereka. Bahkan mereka semua terlihat bersemangat.

Anneth tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga, hal tersebut disebabkan oleh tubuhnya yang mudah lelah. Maka dari itu ia tidak boleh ikut berolahraga. Seperti pagi ini, saat teman-temannya asik bermain basket bersama, Anneth dengan sangat tidak rela harus duduk sendirian di pinggir lapangan.

Hanya menjadi penonton disaat seperti ini sangat menyebalkan bagi Anneth. Anneth juga ingin merasakan bagaimana berkeringat seperti mereka, ingin merasakan lelah nya berlari dan asik nya bermain. Tapi apa daya, nyatanya tubuhnya tidak bisa diajak kompromi.

Anneth mengangkat kepala nya yang tertunduk saat sebuah tangan menyodorkan botol minum dengan keadaan tutup botol tersebut sudah terbuka.

"Buat Anneth?" Tanya Anneth.

Orang tersebut yang ternyata adalah Deven mengangguk.

"Makasih, Deven ganteng." Anneth tersenyum lebar.

Deven mengusap pucuk kepala Anneth sebentar lalu kembali ke tengah lapangan sebab dirinya ikut bermain.

Anneth yang tadi duduk kini berdiri sebab saat minum tadi air yang ada di dalam botol tumpah. Alhasil baju olahraga Anneth menjadi sedikit basah.

"Ceroboh banget sih Anneth." Gumam Anneth sembari menatap baju nya.

"ANNETH, AWAS!"

Pekikan dari arah belakang membuat Anneth refleks menoleh, namun naasnya sebuah bola basket sudah lebih dulu menghantam kepala nya dengan sangat keras.

Botol minum yang Anneth pegang sudah jatuh, dan tubuh Anneth sudah terhuyung ke belakang hampir menghantam aspal—jika tidak ada sebuah tangan yang menangkap tubuh Anneth.

"Anneth?"

Anneth mengerjap matanya untuk melihat siapa yang sudah membantunya.

"Kak Andrian?" Gumam Anneth.

"Neth, gapapa?" Andrian menepuk pipi Anneth pelan.

Ingin menjawab, namun kepala Anneth terasa sangat pusing dan suara Anneth susah untuk dikeluarkan.

Seulas senyum terukir di bibir Anneth, Anneth pikir itu sudah cukup untuk menjawab pertanyaan terakhir Andrian.

Sebelum akhirnya pandangan Anneth berubah menjadi kabur.

Dan gelap.

🍬

Deven berdiri di sisi kanan ranjang UKS sedangkan Andrian tengah berdiri di sisi kiri berhadapan dengan Deven dengan ranjang UKS menjadi penghalang dimana ada Anneth yang terbaring disana.

"Belum becus jagain tapi udah sok-sok an ngomong kalo dia punya lo." Andrian menatap Deven dengan tatapan sinisnya.

Mendengar itu, sudut bibir Deven sedikit terangkat dengan kepala tertunduk dan kedua tangan yang memegang tepi ranjang.

"Kalo sampe Anneth kenapa-kenapa, lo orang pertama yang bakalan jadi sasaran gue."

"Bajingan," Gumam Deven sembari menyisir rambutnya ke belakang.

"Bajingan?" Andrian terkekeh dengan tangan yang terkepal.

"Stop!" Caca yang sedari tadi muak melihat mereka berdua akhirnya menghentikan.

ANNETH ARTAMEVIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang