Taburan kelima

149 29 37
                                    

Silahkan kasih kritik dan saran, ya.

Selamat membaca!❤

Bel pulang telah berbunyi sejak 5 menit lalu, tapi Ora, Tari dan Mitha masih duduk bersantai di kantin.

Tadi saat Ora kembali dari ruang BK, ia benar-benar tidur sampai bel pulang, dan keberuntungan benar-benar berpihak padanya karena Pak Ujo -guru seni budaya- tidak masuk dan tidak memberikan tugas apapun.

Akhirnya, Ora diteror supaya memberi penjelasan pada Tari dan Mitha tentang ekspresinya yang terlihat menyebalkan. Awalnya Ora tak setuju, tapi dengan iming-iming uang lima puluh ribu ia langsung berubah pikiran. Mudah 'kan?

Ah, Ora bukan matre, tapi realistis.

Omong-omong tentang Dirga, tadi ia memberi pesan pada sang ketua murid Mipa 1 agar menyuruh Ora menunggu sebentar di kantin, jadi Ora benar-benar tak punya alasan untuk mengabaikan teror Tari.

Tak butuh 5 menit untuk Ora menjelaskan tentang apa yang terjadi saat di ruang BK, setelah membeli minumannya masing-masing.

"Aneh," ucap Tari setelah mendengar cerita itu.

Ora berdecak, "bukan aneh lagi, tapi udah gak masuk akal."

Mitha berdehem. "Mungkin Dirga emang punya urusan sama kamu, Ra."

Ora mengerutkan dahi, dan Mitha terlihat menggaruk tengkuknya.

"Kamu pernah punya urusan kali yang belum selesai sama Dirga."

Ora menggeleng.

"Menurut gue, urusan yang Dirga maksud itu gak penting deh, cuma ... ya mungkin emang urusan itu ada. Tapi, kenapa harus segala dipanggil ke ruang BK dan Pak Budi sendiri yang nyuruh lo sama Dirga pulang bareng?" tutur Tari.

Mitha terlihat berpikir. "Dia mungkin pesimis kalo bilang sendiri ke kamu, Ra. Pasti kamu gak mau 'kan? Kemarin juga gak mau."

Ora kembali menggeleng. "Gue berubah pikiran. Mulai sekarang, gak akan nolak ajakan balik bareng dari siapapun. Siapapun."

"Kenapa?" tanya Tari dan Mitha secara bersamaan.

Ora tersenyum tipis. "Lumayan uangnya bisa buat beli popok Ica."

Tari ber-oh ria. "Pinter juga lo, Ra."

"Loh, baru nyadar?"

"Ck."

"Ta--"

"Hai."

Ucapan Mitha terpotong oleh Dirga yang tiba-tiba datang dan duduk di sebalah Ora, tepat di depan Mitha.

"Nah, dateng orangnya," ucap Tari.

"Kenapa? Lama, ya?"

Tak ada jawaban. Tari dan Mitha tahu bahwa pertanyaan itu diajukan untuk Ora, tapi Ora masih diam menikmati minumannya dengan santai.

AURORATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang