:: Bab - Extra ::

5.4K 150 11
                                    

Dua tahun kemudian.

Auditorium besar itu sudah nampak begitu ramai. Banyak pria dan wanita yang nampak gagah dan cantik dalam balutan seragam wisuda serta toga yang bertengger di atas kepala mereka. Hari ini, merupakan wisuda bagi para mahasiswa yang baru saja dinyatakan lulus usai melalui berbagai ujian dan sidang yang begitu melelahkan. Salah satu di antara mereka, adalah Delia, yang nampak anggun dalam balutan kebaya berwarna nude serta hijab organza berwarna senada. Make-up turut mempercantik wajah bulatnya, yang berhasil menarik perhatian banyak orang di sana karena terpukau dengan kecantikannya, meski tubuhnya gendut.

Susunan acara wisuda pun selesai, dan Delia dengan tergesa-gesa berlari keluar dari auditorium sambil membawa sertifikat serta mendalinya. Ia lantas berhenti sejenak, ketika begitu banyak kerumunan orang di hadapannya saat ini, sehingga ia kesulitan untuk menemukan kedua orang tua serta suaminya yang katanya sudah menunggu di sana. Akan tetapi, satu tangan kecil yang melambai tidak sengaja tertangkap oleh mata Delia, dan tanpa pikir panjang ia menghampiri tempat dimana pemilik tangan itu berada.

Usai berjuang menyelinap melalui kerumunan banyak orang, Delia lantas mengulas senyum kegembiraanya. Di hadapannya saat ini, Luna yang terlihat cantik dalam balutan kebaya minimalis tengah menggendong seorang anak perempuan kecil berkuncir dua. Usianya masih sekitar satu tahun lebih, tapi dia sangat-sangat cantik. Wajahnya bulat, begitu pula matanya yang sangat jernih. Hidungnya mungil, dan dibawahnya, bibirnya sudah menyunggingkan sebuah senyum yang begitu indah. Sementara suaranya terus menggumamkan satu kata selagi dirinya berusaha lepas dari gendongan Luna.

"BUNA!"

"ARDELIA!"

Ya, anak perempuan itu bernama Ardelia. Kepanjangannya Ardelia Putri Karisma. Ia terus meregangkan tangannya, meminta berpindah ke gendongan bundanya tersebut. Lantas, membuat Delia dengan asal memberikan sertifikat serta mendalinya kepada sang sahabat, lalu mengambil alih putri kecilnya itu dari gendongan Luna, "Sini, sayang! Anak Buna cantik banget! Siapa yang dandanin?!"

"Ya siapa lagi, kalau bukan Onti Luna, ya, sayang, ya?" sahut Luna dengan bangga, sambil mengelus sayang rambut Ardelia, putri dari Ardan dan juga Delia itu. Sedetik kemudian, gadis gempal di hadapannya tersebut justru menyoraki apa yang ia katakan, "Bohong, ah! Kan, emang anak Buna udah cantik dari sananya, ya?"

Ardelia nampak begitu nyaman di dalam gendongan Delia. Tangannya bahkan beberapa kali memainkan toga yang masih melekat pada kepala buna kesayangannya tersebut, lalu ia akan tersenyum lucu jika Delia melarangnya untuk memainkan benda yang asing dan menarik baginya tersebut. Sedangkan Luna yang melihat interaksi itu pun tidak kuasa menahan senyumnya, sambil mencubit pelan pipi Ardelia yang sama chubbynya dengan bundanya. Sejurus setelahnya, ia pun beralih pada sang sahabat, merangkulnya dengan hangat, "Selamat, ya, Delia sayang. Akhirnya lulus juga, gak jadi mahasiswa abadi terus! I'm proud of you, Del!"

Delia pun mengangguk mengiyakan, seraya memeluk Luna meski ada Ardelia kecil di dalam gendongannya. Ia bahkan hampir meneteskan matanya, karena merasa terasa haru setelah mengingat perjuangan panjangnya hingga bisa sampai di titik ini. Titik dimana ia akhirnya ia bisa mewujudkan mimpi kedua orang tuanya untuk memiliki anak seorang sarjana, sekaligus sebagai langkah awal baginya untuk meraih mimpinya, yang ingin sekali menjadi bagian untuk memperkenalkan pariwisata Indonesia ke seluruh dunia.

Selama dua semester Delia memilih mengambil cuti, karena ia harus fokus dengan kehamilannya serta mengurus Ardelia setelahnya. Baru kemudian setelah yakin bahwa Ardelia bisa ia tinggal sementara, dirinya melanjutkan kembali kuliahnya yang tertunda. Walaupun harus sibuk karena ia mesti mengejar ketertinggalannya serta cepat-cepat merampungkan skripsinya, ia masih mampu membagi waktunya untuk mengurus Ardelia. Tentu saja dengan bantuan Ardan yang selalu bisa memahami dan mengerti keadaannya. Meski pria itu juga harus disibukkan dengan pekerjaannya sendiri yang bahkan menyita waktunya sampai larut malam, namun, Ardan akan selalu menyisihkan waktu jika menyangkut putrinya.

Between the Difference [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang