07. Munculnya Masalah

236 70 14
                                    

"Rebellion itu bagaikan kelurga untuk gue. Gue gak akan segan-segan untuk menanam peluru di kepala kalian kalo kalian berani ngusik Rebells."

— Sakala Rigel —

Vanilla sedang mengajak Handaru berbincang, sebenarnya Handaru yang memanggil Vanilla

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vanilla sedang mengajak Handaru berbincang, sebenarnya Handaru yang memanggil Vanilla. Kini mereka sedang duduk dan menikmati teh hangat diruang tengah rumah pemuda itu.

Ponsel Handaru berdenting, menandakan adanya pesan masuk. Sang empu pun segera membuka layar ponsel itu dan tersenyum samar.

"Dari Abinra?" tanya Vanilla menatap Handaru dengan tatapan teduh.

Perlu kalian ketahui, Vanilla adalah gadis yang terlihat sangat cuek. Bahkan untuk menanyakan anak Rebell ketika ada masalah. Walaupun begitu, entah dari mana dia mengetahui masalah mereka tanpa bertanya ataupun mendengarkan curhatan teman-temannya.

"Iya," jawab Handaru yang masih terfokus kepada ponselnya.

Vanilla mengangguk sebagai jawaban, kemudian melirik kearah kereta bayi yang berada disebrang nya── disamping Handaru.

Menatap teduh wajah manusia yang masih berumur sekitar 3 bulanan itu, tertarik kepada tubuh mungil sang anak.

"Nama nya siapa?" tanya Vanilla, tatapannya masih tertuju kepada gumpalan daging itu.

Sontak, Handaru pun ikut menatap anak nya sambil tersenyum hangat. "Namanya masih rahasia."

Oke Handaru mencoba untuk menggoda Vanilla kali ini, Vanilla berdecak malas. Dirinya melemparkan pandangan kepada sebuah foto yang terletak di dinding rumah Handaru.

"Pantes anak Rebell gak boleh ada yang main kesini, alasan nya itu?" Vanilla menujuk foto tersebut.

Handaru mengikuti arah tunjukan Vanilla dan sedikit kaget karena dirinya lupa untuk melepaskan foto itu, foto pernikahan dirinya dan Abinra 5 bulan lalu.

"Eum a- anu."

"Santai, Han. Gak akan gue kasih tau siapapun." Memejamkan matanya, Vanilla terlarut dalam pikiran nya. Mencoba untuk tenang, walau selalu gagal.

Berbeda dengan Vanilla, Handaru sedang menahan gugup dan badannya bergemetar.

"ASSALAMUALAIKUM!"

Keduanya menoleh kesumber suara, itu Abinra.

Abinra menenteng satu tote-bag di tangannya, melihat ada sosok lain, Abinra melebarkan matanya itu dan berjalan mundur perlahan.

REBELLION (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang