13. Pesantren?

151 10 2
                                    

Farhan memasuki kelas dengan rasa malu yang masih menyelimutinya. Jika disuruh memilih, pria itu lebih baik tidak usah mengajar hari ini. Tapi karna itu memang profesinya dan ia dituntut bersikap profesional, maka apa boleh buat.

Setelah Farhan masuk, ia tak lantas mengucap salam. Manik tajamnya mengamati tiap gerak-gerik mahasiswa maupun siswi. Dan benar apa yang ia duga, semua tengah berbisik-bisik. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi yang pasti berkaitan dengan pengumuman nyeleneh tadi.

Pria itu menghembuskan napas sejenak, berdehem kecil, menetralkan perasaan gugup yang melandanya. Ia harus bersikap seperti biasa, seolah tidak terjadi apa-apa. Ia kembali memasang wajah datar yang menjadi ciri khasnya.

"Assalamualaikum...."

Semua mahasiswa spontan berhenti dari aktivitas mereka, lalu menoleh ke depan, mendapati sosok Farhan yang terlihat gagah, tampan, dan berwibawa. Nyaris sempurna. Ya seperti biasanya. Ia tampak normal, walau tadi sempat terjadi peristiwa memalukan.

"Waalaikumsalam.....," semua menjawab serempak.

Manik tajam Farhan kembali menelisik semua mahasiswa, mengabsen satu-satu kehadiran mereka. Tapi ada yang janggal, ia tidak menemukan sosok Nisa di dalam kelas. Gadis itu memang akhir-akhir ini nampak tidak suka dengan Farhan. Entahlah. Pria itupun tidak ingin mengira yang bukan-bukan.

"Dimana Nisa?"

"Tadi sama saya Pak, sekarang gak tau dimana," jawab Vira lantang.

Farhan mulai berpikir, otaknya kembali bekerja. Menalar sesuatu. Pria itu mulai curiga. Apa benar yang membuat pengumuman aneh tadi benar-benar uminya atau ada orang lain yang mengatasnamakan umi Farhan?

"Assalamualaikum......," salam seseorang dari ambang pintu.

Semua serempak menoleh ke sumber suara, termasuk Farhan.

Nisa berdiri dengan napas yang tersengal-sengal, ngos-ngosan. Gadis itu seperti selesai berlari.

"Kenapa kamu telat?"

"Ma-maaf Pak. Tadi-"

"Berdiri kamu di luar sampai jam saya selesai!," potong Farhan cepat. Sama sekali tak memberikan Nisa kesempatan untuk memberi penjelasan.

Gadis itu memberenggut, mengumpat dalam hati. Ia menurut. Berjalan lesu keluar, berdiri di depan koridor. Disaksikan mahasiswa lain yang lalu lalang. Menunggu sampai Farhan keluar dari kelas. Ini sudah kesekian kalinya ia mendapat hukuman dari dosen kutub itu. Dulu, waktu Pak Rahmat-si dosen killer masih mengajar, Nisa malah jarang mendapat hukuman dan tugas yang tiap hari numpuk. Sekarang, saat Farhan menggantikan sosok beliau. Tiap hari ada saja masalah yang menimpanya.

🍁🍁🍁

3 Jam berlalu....

Nisa masih berdiri ditempatnya. Ia tampak menguap pelan. Beberapa kali manik kopinya ingin terpejam. Sungguh, menunggu Pak Farhan sangatlah membosankan!. Selain itu juga karna ia memang ngantuk. Bagaimana gadis itu tidak mengantuk? Tadi malam ia hanya tidur 2 jam demi mengerjakan tugas sialan si dosen kutub itu.

Andai saja Nisa mempunyai keberanian untuk melawan Farhan. Ia ingin sekali menolak semua tugas dan mendemo Farhan. Jujur, kepalanya berdenyut-denyut semalaman karna pusing mikirin tugas yang entah kapan kelarnya.

Gadis itu sangat lelah. Ia hanya ingin satu hal. Tidur.

"Siapa yang suruh kamu tidur?," suara bariton itu sukses membuat Nisa terbangun. Ia kaget.

Lantunan Ar-Rahman(Slow Update!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang