Gotong Royong

1.4K 132 1
                                    

"Fakri udah siap belum?" Fakri keluar rumah dengan style kaos hitam tebal dan celana training panjang.

"Udah nih. Eh, abah mana?" Fikri mengernyit lantas tersenyum menatap Bakri dan Saida yang keluar dari rumah bersamaan.

"Mamak ikut juga?"

"Ngga Fik, mamak cuman nganterin abah keluar."

"Heum.. kayaknya kita harus buru-buru nikah nih Fik, makin lama abah sama mamak manas-manasinnya keterlaluan." gurau Fakri terkekeh geli menyenggol lengan Fikri.

"Iya buruan nikah biar mamak cepetan punya cucu, ya nggak bah?"

"Kerja dulu, nanti aja mikirin nikah itu."

"Ah, abah nggak asik nih. Kita tuh udah tua bah, Fakri sama Fikri juga udah mau tigapuluh umurnya," Bakri menggelengkan kepalanya, Saida istrinya itu memang sangat ingin Fakri dan Fikri cepat-cepat menikah, katanya udah nggak tahan pengen nimang cucu.

"Sabar aja mak. InsyaAllah kalau udah nemu yang pas, langsung dilamar." Fakri tersenyum mengiyakan ucapan Fikri.

"Iya. Mamak sabar kok, ya udah kalian buruan ke lapangan nanti ditunggu sama yang lain."

"Eh iya nih, keasyikan ngomongin jodoh sih." ujar Fikri.

Bakri dan Fakri menggelengkan kepala, lalu ketiga laki-laki itu berlalu meninggalkan rumah, diiringi dengan senyuman Saida yang siap mengantar dan menunggu kepulangan tiga laki-laki tercintanya itu.

Dilapangan rupanya sudah banyak warga yang datang, kedatangan Bahri dan kedua anaknya pun disambut sangat antusias, apalagi anak-anak remaja yang langsung mencium punggung tangan Fakri dan Fikri.

"Bagaimana Pak Kades, sudah dimulai nih bersih-bersih nya?" tanya Abah Bakri.

"Alhamdulillah, masih menunggu Abah sama Ustadz datang."

"Ya sudah kalau begitu langsung mulai saja, takutnya keburu siang." Pak Kades menganggukkan kepalanya kemudian memulai pagi minggu itu dengan menyuruh Fakri memimpin doa mengawali kegiatan mereka.

Dirumah, Saida sedang menyiapkan makan siang, ibu dua anak itu dengan raut bahagia duduk lesehan diteras rumah sambil memotong kangkung untuk lauk makan.

Saida mengernyitkan dahinya melihat mobil yang berhenti tepat didepan rumahnya itu. Lalu seorang pria dewasa keluar dari pintu kiri, diikuti oleh wanita yang sedikit muda dari pria, keluar dari pintu sebelahnya.

"Assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh. Ini siapa ya?" tanya Saida membuat dua orang didepannya tersenyum lebar.

"Ini Indah, Indah anaknya Pak Dekan."

"Indah? Indah sahabatku?" wanita didepannya tertawa dengan cepat memeluk Saida.

"Alhamdulillah kita dipertemukan lagi Da. Aku kangen sama kamu, gimana kabarmu?" Saida menghapus airmatanya, tersenyum ia menatap pria dibelakang Indah, sahabatnya itu.

"Aku baik Ndah. Suamimu?" Indah terkekeh lalu menganggukkan kepalanya.

"Assalamualaikum. Perkenalkan suami Indah, Khairul."

"Waalaikumsalam. Pintar ya kamu Ndah cari suami."

"Ah Saida apa sih. Kamu juga pinter kok cari suami," Saida tertawa pipinya merona.

"Pinter apanya dapatnya Bakri."

"Eh, kualat loh sama suami kamu."

"Haha, bercanda Ndah. Oh iya ayo masuk, maaf berantakan ya lagi mau masak soalnya." Indah dan Khairul memasuki rumah besar dan sederhana itu.

Mereka bertiga saling mengobrol berbagi cerita, Saida yang sangat antusias menceritakan Fakri dan Fikri, kedua puteranya yang lulusan pesantren dan sekarang mengemban sebagai Ustadz dikampung nenek mereka.

Indah pun tidak mau kalah, Indah menceritakan anak tunggal perempuannya yang sekarang sedang kuliah di luar negeri yang insyaallah akan pulang ke Indonesia bulan depan. Dan Khairul hanya sekedar mendengarkan dua wanita yang sedang berbincang sekalian menguras rasa rindu.

"Indah, Khairul. Aku mau kebelakang dulu nih lanjutin masak, kasian anak-anak sama bapaknya pulang ngga ada makanan."

"Aku ikut dong Da. Mau bantu kamu masak.." Indah menatap Khairul, suaminya itu tersenyum mengangguk.

Dan tidak membutuhkan waktu lama Indah pun segera bergerak bersama Saida ke dapur. Memulai acara memasak mereka, sampai sebuah suara mengucapkan salam terdengar.

BERSAMBUNG
...

Ustadz Kembar (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang