Ghalea menarik nafas, membuang penatnya, dia sering mengantuk akhir-akhir ini, dekat dengan Arez kembali membuatnya jarang tidur pula. Dan masih seperti bertahun-tahun silam dia tetap Ghalea yang lugu, yang masih dan selalu menganut paham bahwa cintanya kepada Arez sempurna.
Hingga dibelahan bumi mana, sekonyong-konyong ia melihat Arez berusaha memperjuangkannya lagi, dan dititik ini Ghalea Kusumawardhani memaafkan kesalahan Arez sekali lagi. Dan sekali lagi, entah kali yang keberapa dia kembali menjadi singgahan entah untuk berapa lama. Ghalea tidak tolol, lambat laun Arez kembali pada jiwa playboynya dan menyisihkannya lagi seperti dulu, lalu ia kembali memaafkannya. Alurnya memang begitu. Arez memang sebangsat itu.
'Arez tidak bangsat-bangsat amat kok,' hati kecil Ghalea membela.
Oh tentu saja tidak, dia tidak menghamili anak orang, atau belum? Entahlah. Dengan wajah lumayan tampan yang sangat sulit Ghalea akui, dia bebas-bebas saja melanglangbuana mencari mangsa dimanapun, kapanpun.
"Lee," Setyo berteriak gemas.
"Kita masih dirumah sakit, bukan rumah sakit jiwa, lo kok bentar-bentar nyengir, bentar-bentar senep kayak nahan pup?" lanjut Setyo.
Ghalea hanya mengedikkan bahu, lalu mengamati sekitar IGD, ada yang lewat kek atau ada kecelakaan kek, biar Setyo tak perlu ngoceh melulu didepannya.
"Mata kamu kosong!" Setyo berseloroh sambil merangkum wajah Ghalea dengan dua telapak tangannya yang besar.
"Arez lagi?" Setyo sok dukun menerka-nerka. Sejak kecelakaan Setyo tidak pernah menyebut Arez adalah Anjing.
Melihat Ghalea yang semakin sayu dan mendesah lemah dilanjut dengan merampas chitatonya Setyo mengembus wajah lelah, seperti penat melihat kelakuan anaknya yang badung.
"Lo putus sama dr. Nizam yang jelas sekali bibit unggul aja biasa wae, ini kok ngegaloin ketombe iguana?" Setyo memberi pengandaian yang getir.
"Gw gapernah taken kali sama itu orang," Ghalea beralasan,
Simpangsiur tentang dokter Nizam yang naksir dirinya sudah lama ada, tapi karena Ghalea sangat dekat dengan drg. Ibra dan Setyo semua mereda dengan sendirinya.
"He to the lo, Hello... Lo juga nggak taken sama Kentut Kudanil itu, lagian ya Le, Mbak Ijah penjual pecel depan rumah sakit yang suka nyanyi cendol dawet limaratusan sama sayang opo koe krungu itu tau kalo lo bilang 'nikahin aku sekarang,' lahan parkir rumah sakit disulap jadi tempat kondangan. Sakit jiwa lo emang," Setyo mengibas tangan seolah Ghalea sampah, tangannya gesit menyaut ponsel didekat kotak tissue.
"Mau bukti? Masih aja dr. Nizam ngepoin lo, liat deh, snapgram lo diliat semua. Punya gw boro-boro diliat! BIbit bucin kali ya, meskipun gw seneng lo gajadi bini dia, tapi gw setuju lo gobloknya terlalu natural kalo lo balik lagi ke Anj-- sama Arez," Setyo menyerahkan kembali ponsel Ghalea.
"Siapa yang balikan sama mas Arez sih?"
"Sangkal teros!!! Gelagat waktu nyebut namanya aja beda,"
Setyo sengaja tidak mengungkap kalau dia tahu Arez selalu menunggu tepat pukul sembilan malam di parkiran demi menjemput Ghalea, tapi gadis itu memilih naik taksi. Sok Kaya nih.
Ghalea mulai pening, manusia disebalahnya harus disumpel siomay biar mingkem.
"Duh laper gw, wassap mbak Ijah ah, minta pecel 3 porsi,"
"Heh! Ini lagi bahas masalah kenapa jadi pecel si? Yaudah gw dua."
***
Setelah memakan habis pecelnya, Setyo tertawa jahanam sambil menggebrak meja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ghalea
RomanceBercerita tentang Ghalea, perawat rumah sakit yang dibuat sakit hati oleh seorang pria. *** Derik bangsal yang didorong sepanjang lorong, raut cemas hilir mudik sampai cekikik usil ditengah deru isak masih ada, masih selalu ada. Seperti Arez ya? Gha...