18. Peringatan

280 34 9
                                    

***

Dea terngantuk-ngantuk ketika sudah berada di aula, ia bersandar ke dinding dengan posisi membelakangi ustazah Aisyah agar tak ketahuan. Nabiela memukul lembut bahu Dea, namun tidak ada efek. Naysa yang duduk agak berjauhan perlahan mendekat, dengan sengaja ia menepuk keras bahu Dea, sontak mata Dea terbuka.

"haaa, Nay, ngantuk!", rengek Dea manja.

"ngafal De, hafalan kamu belum kelar!", tegas Naysa. "udah bisa berapa pojok hari ini?", tanya Naysa mengintimidasi.

Dea menunduk,lalu tersenyum kikuk,"hehe, kan Naysa tau Dea daritadi tidur. jadi Dea belum ngafal apa-apa", Naysa meringgis.

"De, tadi abis Tahajjud kamu ngafal apa De, abis subuh juga", tanya Naysa frustasi sambil menurunkan karet mukena nya ke wajah.

Dea menyegir lagi, "abisnya Dea ngantuk, semalam bunda ceramah panjang banget", ucapnya membubuhi alasan.

"gausah nyari-nyari alasan deh ah!", Naysa berbalik dan hendak mengulang hafalannya lagi.

namun kegiatannya terhenti ketika melihat kaki Dea yang polos tanpa balutan kaus kaki. dengan kejam, ia memukul bahu Dea lagi. Dea meringgis kesakitan, "aghh Nay, apalagi... Dea gak tidur lagi kok"

"jaurab kamu mana heuh?", tanya Naysa cepat.

Dea menyengir lagi, "kan cewek-cewek doang Nay", Dea mulai melambai alasannya lagi.

"iya De, tapi nanti siang kita balik kerumah bakal lewatin cowok-cowok. Nyadar ga sih kita nginep dirumah bunda, bukan si asrama", ucap Naysa yang sudah mulai habis kesabaran.

Barulah disitu Dea tampak panik, "aduh, iya juga ya. Dea harus gimana ini", Dea meletakkan Qurannya dimeja kecil dekat mereka.

Naysa mendecih,"baru nyadar sekarang huh?"

Dea merengek," aaa, Nay, kasih solusi dong", ucap Dea memegang tangan Naysa.

Naysa melipat tangannya didada," kalau kita balik kerumah nanti siang, otomatis kita bakal jumpa sama santriwan. Ya mau gak mau, kamu harus keluar sekarang. Mereka pasti masih di aula jam segini"

Dea mengangguk setuju, "cara ngizin ke ustazah aisyah?", tanya Dea kemudian.

Naysa menghembuskan nafas lelah, "ya jujur aja kali, bohong dosa! Puasa lagi!", ucap Naysa mengingatkan.

Dea pasrah, "yaudah deh, aku balik ke rumah dulu"

Dea mulai bangkit dan berjalan ke meja ustazah Aisyah yang sedang menerima setoran.
Kebetulan kelompok Tahfidz Dea tidak terlalu ramai. Hanya berisikan anak-anak yang telah menghafal lebih dari 20 juz sebanyak 7 orang.

Di banding kelompok lain, ada yang sampai 20 orang perkelompok.

Dea mulai menjelaskan maksud nya untuk kembali ke rumah dengan jujur. Sejak bekerja sebagai ustazah di daurah ini, ustazah Aisyah sudah tau benar bagaimana sifat Dea. Jadi ia mewajarkan saja.

Setelah mendapatkan izin, Dea bergegas menuju rumah. Diluar memang sepi, namun dia harus benar-benar hati-hati. Takutnya ada kaum adam yang melihat aurat kakinya.

Ia berjalan terus dan sedikit berlari ketika melewati aula putra, ia masuk lewat pintu samping rumah.
Dea menghembuskan nafas lega ketika sudah sampai ke dalam rumah. Bisa dipastikan tidak ada kaum adam disini.

Althaf pasti sedang berada di aula, dan ayah Althaf pasti sedang bekerja.
Namun, Dea harus tetap hati-hati takut nya nanti ada yang tiba-tiba masuk.

Dea berjalan perlahan menuju tangga. "ngapain lo ngendap-ngendap gitu? Mau nyuri?"

Dea membulatkan matanya terkejut.
Ia sontak berbalik dan mendapati Althaf baru masuk dari pintu depan.

PARADOXTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang