O7. Tiga Permintaan

115 20 2
                                    

Berharap meraih punggung yang entah kenapa terasa jauh, harus menerima kenyataan kalau dia tersenyum namun bukan karenamu, berusaha seiring namun lebih sering terpaku. Seperti itu. Menyukai seseorang secara sepihak rasanya seperti itu.


🌸  Tanya Fajar  🌸

Gugup. Tanya Aneska, siswi yang selalu taat pada peraturan saat ini sedang menimbang-nimbang keputusannya untuk memanjati pembatas gedung sekolah.

Ia tidak tahu siapa yang harus disalahkan. Alarm paginya yang tidak berbunyi, Mama yang mendadak ada arisan pagi, atau dirinya yang belajar sampai larut malam. yang jelas saat ini dia terlambat.

Dindingnya kotor. Berdasarkan perkiraan, setidaknya dinding yang menjulang di depannya berukuran dua meter dan disekitarnya tidak ada apapun yang bisa mempermudah dirinya untuk memanjat.

Sedetik ia sempat berpikir apa lebih baik pasrah dan memohon masuk lewat gerbang dengan cengir lebar seperti siswa lainnya.

Tapi tidak mungkin satpam dengan perawakan garang dan jarang tersenyum itu akan mengizinkannya masuk. Ia selalu menolak dengan alasan SOP kerja yang tidak bisa ia larang. Tidak berprikesiswaan. Apalagi akan ada penjagaan osis yang berlapis setelah melewati gerbang. Yang ada dia akan dihukum dan dicatat dalam buku dosa.

Apa bolos aja?

Benar, duduk di restoran cepat saji meski sinyal wifi-nya tidak terlalu kencang mungkin bisa jadi ide yang bagus. Setidaknya ia tidak perlu kepanasan seperti sekarang.

Akan tetapi tak butuh waktu lama untuk menarik warasnya kembali. Mana mungkin ia membolos. Sangat tidak seperti dirinya. Lagi pula Hanif pasti akan kecewa.

TIN

"Ngapain di sini?"

Tanya berbalik, menatap pada Fajar yang berbicara padanya dari dalam mobil dengan jendela setengah terbuka. Ia melirik ke sekitar, tidak ada siapapun di sana kecuali dirinya.

"Lo ngomong sama gue?" tanya gadis itu, mengacungkan jari telunjuk ke dirinya sendiri.

Fajar mengangguk. Tadi, saat hendak berbelok masuk ke gerbang, tanpa sengaja ia melihat gadis itu. Dari gerak-geriknya, sepertinya Tanya ingin menyelinap masuk ke dalam sekolah.

Mungkin karena sudah terlambat?

Entah juga. Tapi karena merasa kasihan, ia memutuskan untuk menawarkan bantuan pada gadis itu.

"Masuk."

Kunci pintu mobil Fajar terbuka, membuat Tanya sontak menatapnya bingung. "Mau ke sekolah kan?" tanya Fajar.

Tanya mengangguk cepat, meraih tasnya yang tergeletak sembarang di lantai dan masuk ke dalam mobil Fajar.

"Nunduk," perintah Fajar saat mereka sampai di gerbang. Klakson yang dibunyikan sekali seolah menjadi pertanda karena benar saja, satpam yang tadinya diam di posnya buru-buru membuka gerbang tanpa bertanya sedikitpun.

"Hahh. Lolos." Tanya menepuk dadanya pelan saat mereka sampai di parkiran.  Sesaat ia kira jantungnya akan melompat keluar dari rongga dadanya karena khawatir ketahuan.

Tanya FajarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang