Kisah Awal

20 0 0
                                    

Sabila

Pertama kali merasakan rasanya lulus dari SMP. Tepatnya sekolah menengah pertama di jakarta dengan notabane anak negeri.

Semua merasakan berbeda dari semuanya. Karena kesan awal pertamuanku adalah sudah menginjak usia dewasa dan memasuki sekolah yang di inginkan. Lebih tepatnya sekolah menengah atas ( SMA ).

Harapan dan doa-doa yang terus di panjatkan serta bimbingan dari orang tua dengan mengarahkan anak semata wayangnya ini ke arah jalan yang diridhoiNya.

Maka aku memutuskan sekolah di salah satu pondok pesantren Al-Huda Bogor, Jawa Barat. Atas dorongan orang tua dan Allah Subhanahu Wata'ala di mana hati ini sudah ikhlas menerima dunia yang fana dan siap menerima akhirat yang kekal.

" Ya Allah, jika memang tujuan hamba ini benar. Maka permudahkanlah atas dasar menuntut ilmu di jalanMu." Dalam doa Sabila.

" Ya Allah, berikanlah hamba kemurahan hati. Sehingga, jika hamba di pondok nanti bisa mendapatkan teman yang tepat dan berikanlah hamba teman yang selalu mengingat-Mu." Lirih doa yang di panjatkan oleh Sabila.

Sabila Rahmadani selalu berdoa dengan khusyu dan tidak lupa bersyukur dengan rahmat yang sudah diberikan. Dengan sifatnya yang lembut dan tidak selalu membangkang dengan kedua orang tuanya. Taat apa yang diperintahkan Allah dan sikap introvert membuat dirinya semakin terjaga.

Sabila adalah anak perempuan dari pasangan Ibu Riana Ayu dan Bapak Alvino Putra yang berhasil mendidik anaknya ke arah jalan yang benar.

Dengan tekad bulatnya Sabila sholat 2 rakaat untuk memilih jurusan dan sekolah yang terbaik. Setelah Sabila selesai, akhirnya ia memutuskan untuk tidur siangnya.

***

Kiara

Waktu semakin cepat berlalu. Detik jam lelah memutarkan semua kejadian yang sudah terjadi. Dan kini masa kekanakan menjadi masa dewasa yang akan di jejaki.

Sulit rasanya diri ini untuk bertakwa. Sewaktu SMP akhir, memulai dengan hal-hal yang tidak di ridhoiNya dengan memusnahkan barang-barang haram seperti kaset, film, musik dan lain sebagainya.

Dulu ia banyak sekali mengumpulkan kaset-kaset dan film barat hingga bertumpuk banyaknya. Karena fanatiknya dengan film, sampai-sampai ia hafal produser dan pemain-pemain yang ada di film tersebut.

" Maafkanlah hamba yang selalu memikirkan dunia yang fana ini. Berikanlah hamba kekuatan untuk menggapai hidayah yang engkau berikan kepada hamba. Istiqomahkan hamba di jalan-Mu Ya Allah, Aamiin." Lirih doa yang dipanjatkan Kiara.

Kiara Maharani tinggal di sebuah kota perbatasan Depok dan Bogor, Jawa Barat. Dengan sifatnya yang ekstrovert, membuat banyak yang nyaman dengan candaan yang ia buat. Di salah satu SMP favorit Bogor, Jawa Barat. Tempat ia dulu menuntut ilmu.

Setelah ia menuntut ilmu di SMP Negeri dan memutuskan sehabis lulus beralih ke tempat yang lebih mulia, yaitu pondok pesantren Al-Huda Bogor. Entah apa yang ada di pikirannya sekarang, ia kini bertekad bulat untuk dirinya yang lebih baik dengan bersekolah di pesantren.

***

Hanifah

Rasanya hati ini bergetar. Entah mengapa perasaan yang terus ku alami menjalar dari ujung kaki hingga ujung kepala. Sulit sekali untuk menelaah perasaan yang sedang kurasakan. Dan sulit sekali jiwa ini untuk berhijrah di jalanNya.

Hatiku masih ingin mendambakan dunia. Belum bisa untuk merasakan manisnya akhirat. Kini aku kuatkan sepenuh jiwa untuk bisa istiqomah di jalanNya.

Tinggal menghitung hari di mana statusku akan berubah. Yaitu beralih masa SMP dengan masa SMA yang entah nantinya akan penuh warna atau pun tidak. Hari begitu cepat hingga aku tidak sadar akan bertambah dewasanya diri ini.

Hanifah Zahra adalah seorang yang kuat dan tegar untuk menjalani kehidupannya. Dengan hati yang penuh sesak dan rindu mendalam terhadap masa lalu yang ia alami.

Tidak bisa ia tarik kenangan-kenangan lama yang ada di benak dan pikiran. Kini ia pasrah dan hanya bisa berdoa kepada Allah agar di kemudian hari membawa perubahan pada dirinya.

Ia tinggal bersama mamanya di kawasan Jakarta. Tempat dimana masih banyak kenangan yang ia lakukan bersama papanya.

Dan kini ia pindah rumah untuk menghilangkan kenangan yang ada di rumah lamanya. Tetapi ia tidak bisa melupakan begitu saja kenangan saat masih tinggal di kampung duren tersebut.

" Ya Allah berikanlah hamba kekuatan hati dan pikiran. Jadikanlah kehidupan hamba di kemudian hari penuh dengan warna dan kesan yang baik supaya menjadi pembelajaran yang sangat berharga dari masa lalu hamba." Lirih Hanifah setelah sholat maghribnya. Tak lama di pelupuk mata Hanifah sudah mengeluarkan air mata tanpa ia sadari.

Setelah lulus SMP ia memutuskan untuk bersekolah SMA. Tetapi keinginan tante dan omnya supaya ia bersekolah ditempat yang baik yaitu pondok pesantren. Kini Hanifah menuruti perkataan omnya tersebut. Dengan hati yang belum siap, akan kah Hanifah bisa menjalani kehidupan di pondok pesantren? apakah yang bisa Hanifah lakukan ketika dirinya merindukan suasana rumah?

Akhirnya ia memutuskan bersekolah di pondok pesantren Al-Huda Bogor. Yang di mana ia harus melatihkan dirinya sendiri agar tidak terpengaruh oleh lingkungan luar sana.

***

Tbc

Assalamualaikum.. gimana ceritanya? Masih bagian awal yang harus di perjuangin dalam cerita. Semoga kalian suka. Maaf kemungkinan akan update cerita setiap 1/2 minggu 1 kali. Karena sekarang lagi liburan pondok In syaa Allah tetep bisa nulis. Akan ada pengumuman jika author berhalangan dan kembali masuk pondok. Stay toon yaa. Jangan lupa untuk vote di setiap bagian cerita. See you all. Wassalamualaikum.

***

P.s. Beritahu ya klo saya ada typo terimakasih.

110520-

Tangisan Di penghujung DesemberTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang