BAB 24

8.3K 528 40
                                    

Pikiran Syrena terganggu. Itu membuatnya berhenti di pinggir jalan ketika dia seharusnya melanjutkan perjalanan ke apartemennya. Kepalanya masih berputar pada foto polaroid yang didapatkannya dan juga perkataan Aurel.

Karena pikirannya yang sangat terganggu, Syrena mengalami napasnya tersendat dan membuat dadanya sesak. Dia pun mengembuskan napasnya dan meletakkan kepala ke setir kemudi dengan maksud mendinginkan.

Akan tetapi, itu tidak berguna. Rasa sakit di kepalanya semakin menjadi-jadi hingga membuat Syrena mengeluarkan ponselnya dan berusaha menghubungi Eros.

Namun tidak ada jawaban. Ponsel Eros aktif, tapi sahabatnya itu malah tidak mengangkat panggilannya dan menyebabkan Syrena berpikir jika Eros masih sibuk.

Tidak ada yang bisa Syrena hubungi di sini. Itu yang ada di pikirannya. Sedangkan semakin dirinya diam di sini, pikiran Syrena semakin terganggu. Apa yang terjadi hari ini sanggup menjatuhkan kondisi tubuhnya.

Karena merasakan sakit yang teramat di kepalanya, Syrena bahkan mulai menangis. Rasa sakit kepalanya membuat dia tidak bisa menahan dirinya. Ini seperti ada benda yang sangat berat di atas kepalanya dan Syrena ingin menyingkirkan benda itu.

Dia terus merasakan sakit hampir sepuluh menit dan dalam jangka waktu itu, sebuah panggilan masuk ke ponselnya.

Dengan rasa sakit yang menyerang kepalanya, Syrena mengangkat panggilan itu dan mendengar suara yang dikenalnya.

"Kamu di mana?"

Syrena tidak tahu mengapa Regan langsung menanyakan hal itu seolah tahu jika Syrena berada di tempat yang tidak dekat dari apartemennya.

"Apa Kak Regan bakal datang kalau aku kasih tahu di mana aku sekarang?"

Syrena ingin Regan datang dan membantunya untuk menghilangkan rasa sakit di kepalanya ini. Karena matanya perlahan mulai kurang untuk melihat. Syrena tidak tahu kenapa ini bisa terjadi padanya, tapi dia berharap rasa sakit ini hilang dan tidak mengganggunya lagi.

"Syrena, kamu di mana?"

Syrena membuang napasnya, kemudian dia berkata, "Aku di Jakarta. Kakak kenapa nyari aku?"

"Kami membutuhkanmu. Pengambilan filmku, pihakku ingin kamu terus bergabung meskipun kamu udah nggak kerja di sanggar lagi."

Ternyata dirinya dibutuhkan hanya untuk ini. Syrena jadi paham jika di mata Regan, dia hanyalah seorang pemeran pembantu di film terbarunya. Itu mungkin membuat Syrena sakit hati, apalagi setelah mendengarkan perkataan Aurel, tapi Syrena akui dia menyukainya.

"Kakak bisa jemput aku?" Suara Syrena perlahan melemah. Ini bukan dia lakukan dengan sengaja, tapi memang tubuhnya semakin tidak bisa diajak bekerjasama karena rasa sakit di bagian kepala.

Otaknya secara perlahan membuat tubuhnya tidak berdaya dan dia yakin yang bisa dia mintai tolong di sini adalah Regan jika seandainya dia tidak sadarkan diri di sini.

"Kamu sakit?"

"Kepalaku pusing...."

"Kamu di mana? Di apartemen? Biar aku---"

"Kak," panggil Syrena yang terus memegang kepalanya. "Kakak balikan sama Aurel?"

Di tengah rasa sakitnya, Syrena masih memikirkan hal itu dan dia harus memastikannya sendiri. Entah mengapa dia berharap bahwa apa yang Aurel katakan adalah sebuah kebohongan.

"Syrena, aku mohon katakan kamu di mana?"

Regan tidak menjawabnya. Entah apa yang dipikirkan pria itu sampai enggan menjawab pertanyaan Syrena.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang