BAB 25

11.5K 580 17
                                    

Syrena hampir saja tidak ikut reuni karena kondisinya. Beruntung dia baik-baik saja, terlepas dari pikirannya yang masih terganggu. Bersama dengan Eros, mereka pergi ke Bandung untuk menghadiri reuni SMA Swasta yang memang dikelola oleh keluarga Syrena.

Saat tiba di restoran terkenal di Bandung, mereka berdua langsung disambut antusias oleh semua orang yang datang. Eros membalas mereka dengan semangat yang penuh, tapi tidak untuk Syrena yang memang tidak mengingat mereka.

Saat Syrena akan duduk di samping Eros, teman lelakinya sudah membawa dia menjauh dari Syrena yang membuat Syrena mau tak mau harus duduk sendirian tanpa Eros di bagian perempuan.

Syrena hanya pasrah. Lagipula dia punya tujuan di sini, untuk membuat perempuan di acara reuni ini berbincang tentangnya. Karena pasti akan ada saat dimana semua membicarakan masa lalu.

Namun, tidak ada. Semua orang tidak membahas masa lalu Syrena. Tidak ada satu pun. Yang mereka bicarakan tentang Syrena hanyalah menanyai kondisinya saat ini.

Itu membuat Syrena merasa sia-sia karena mendatangi tempat ini. Dia akhirnya izin ke toilet dengan alasan merapikan riasannya.

Saat masuk ke bilik toilet, Syrena langsung duduk di atas dudukan toilet dan mengembuskan napasnya karena kesal. Acara reuninya membosankan. Syrena sama sekali tidak mengerti apa pun.

Akhirnya dia mengeluarkan sesuatu dari tasnya dan mengamati lagi foto polaroid ini. Pikirannya sekarang sedang bertanya, kira-kira waktu kelas berapa foto ini diambil? Jika dia langsung menanyakannya kepada yang lain, kemungkinan mereka tahu juga kecil. Jika dipikirkan lagi, kunci ini semua memang haruslah bertanya pada Regan.

Karena tidak mendapatkan jawabannya, Syrena keluar dari bilik toilet dan menemukan kedua teman sekolahnya sedang memperbaiki riasannya. Setelah saling menyapa, dia pun keluar dari bagian toilet perempuan.

"Lo lihat Syrena, nggak? Gue kasihan sama dia."

Langkah Syrena terhenti. Kedua perempuan itu akan membicarakannya. Akhirnya Syrena memilih untuk menguping dengan berdiri di sudut tembok.

"Terus kalau lo kasihan, lo mau bilang ke dia tentang semua masa lalunya, gitu?"

"Yah, enggak sih. Cuma kasihan aja...."

Syrena saja merasa kasihan dengan dirinya apalagi orang lain. Dia paham betul.

"Gue juga emang kasihan, tapi kita udah nerima uang yang banyak dari keluarga dia. Lo mau apa dibikin susah karena cerita ke Syrena tentang kejadian itu?"

"Kagak lah. Gila aja. Btw, keluarga dia tajirnya selangit, sampai bikin semua teman kelasnya tutup mulut kalau-kalau ketemu dia. Kalau gue bocorin, apa hidup gue baik-baik aja? Kebanyakan nonton pembunuhan jadi pikiran gue kayak gini."

"Ya makanya lo diam aja. Udah terima 200 juta juga."

"Dan gue baru aja dapat info transfer 50 juta."

"Serius? Udah masuk?"

"Iya, cobak cek."

"Gila, padahal cuma diam doang bisa 50 juta. Gue kira bakalan lama dikasih waktu Eros ngasih tahu kalau kita bakal dikasih 50 juta"

"Shit lah, nggak habis pikir gue sama keluarga Syrena. Crazy rich ini mah."

"Mau ke Mall nggak habis ini? Lumayan gajian wkwk...."

"Capcus...."

Syrena langsung pergi. Dia tidak kembali ke meja restoran, melainkan keluar dari bangunan mewah ini dan bergegas mencari taksi. Di dalam taksi, dengan napas yang tidak teratur, dia meminta sopir untuk mengantarnya ke rumah sedangkan di belakangnya, terlihat Eros berlari keluar dari dalam restoran.

Sepertinya Eros melihat dia keluar tanpa izin tadi dan Syrena tidak peduli. Dia terus meminta sopir untuk mempercepat lajunya. Dan dalam hitungan menit, Syrena tiba di halaman rumahnya.

Setelah memberikan uang kepada sopir, Syrena bergegas membuka gerbang dan berlari ke dalam rumah dengan napas yang tersengal.

Di sana, dia masuk dan melihat keluarganya tengah berkumpul bersama. Bahkan ada bibinya Keisha yang baru kembali dari London bersama anaknya.

"Syrena, kamu pulang sendiri?" tanya sang ayah yang tampak bahagia melihat kehadirannya.

Namun tidak untuk Syrena. Dia bergegas berjalan ke hadapan ayahnya yang juga berada di samping sang ibu. Dengan tatapan yang penuh pertanyaan dan keterkejutan, itu membuat semua orang menatapnya serius.

"Papa sayang sama aku, kan?"

"Tentu saja, Sayang," jawab Kenzo dengan senyum khasnya dan tangan yang membelai rambut Syrena.

"Kalau begitu Papa bisa nurutin permintaanku?"

"Selama itu bikin putri Papa senang, Papa akan menurutinya. Katakan, kamu mau apa?"

"Kenzo, jangan lakukan itu," sahut Kyra yang terlihat curiga. "Permintaannya bisa saja aneh."

Syrena menahan dirinya. Dia tidak ingin berakhir dengan mengeluarkan kalimat yang menyakitkan.

"Papa janji bakal nurutin, kan?"

"Syrena, Papa---"

"Aku mau Papa janji dulu," potong Syrena.

"Kenzo, jangan."

Dan ibunya masih tetap mempengaruhi ayahnya. Syrena yang kesal akhirnya memilih untuk menatap Kyra yang keegoisannya masih tampak di mata Syrena.

"Ada banyak hal yang aku alami selama kembali ke sini dan aku sadar ada banyak hal yang Mama dan Papa sembunyikan dari aku."

"Syrena...."

"Pertama, alasan kenapa Mama nggak suka aku berhubungan dengan Kak Regan. Kedua, kenapa semua barang SMA yang aku punya nggak ada di rumah ini. Dan terakhir," Syrena melihat raut wajah ibu dan ayahnya yang terkejut. Mereka benar-benar tidak bisa menyembunyikan ekspresi itu, "fakta kalau kalian ngebayar semua teman sekolahku untuk tutup mulut di depanku."

"Syrena."

Itu suara Eros.

"Dan kalian juga berencana jodohin aku sama Eros. Ini pasti berhubungan dengan poin pertama. Kalian nggak mau aku sama Kak Regan."

"Sayang, apa yang kamu bicarakan?"

Syrena tersenyum mengejek. Dia tidak tahu bahwa ayahnya mencoba untuk membodohinya setelah dia mendengar faktanya tadi.

"Pa, aku minta supaya Papa dan Mama nggak ikut campur tentang apa yang aku mau. Apa kalian bisa?"

"Syrena, kamu ngomong apa? Papa nggak bisa nggak ikut campur. Kamu putri Papa. Kita berhak lindungi kamu---"

"Aku nggak mau dilindungi lagi," ralat Syrena yang membuat semua orang terpaku dengannya. "Aku nggak mau nerima apa pun dari kalian. Aku nggak mau. Ini hidupku dan aku mau bebas melakukan apa pun."

Setelahnya Syrena pergi, meninggalkan keluarganya dan Eros yang bergeming dengan pikiran yang tidak bisa Syrena baca karena rasa sakit di kepalanya.

Syrena menyerah. Dia tidak ingin terus menjalani kehidupan tanpa mengingat kenangannya dan bertindak seolah dia baru lahir kembali ke dunia ini.

Hi, Syrena [Sequel Hello, Ky]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang