***
Sembilan belas jam berlayar dari Busan ke Osaka tentu bukan waktu yang sebentar. Bahkan walaupun Kapal Feri ini telah memiliki beberapa hiburan publik seperti musik dan pertunjukan kecil lainnya, berada di laut selama sembilan belas jam tentu saja membosankan. Restoran di Kapal itu memang menarik, dengan pilihan makanan beragam yang terjamin kelezatannya, tapi siapa yang akan menghabiskan waktu sembilan belas jam di restoran? Oh kalau mungkin ada orang yang akan melalukan itu, orang itu tentunya bukan Lalisa Jang.
Gadis berusia enam belas itu ikut berlayar bersama tamu-tamu lainnya malam ini. Ia memesan satu tempat tidur di kabin berisi dua orang. Awalnya, Lisa– sapaan akrab gadis itu– tidak peduli dengan siapa ia akan berbagi kabin. Gadis itu menduga kalau teman berlayarnya malam ini adalah seorang nenek tua yang akan mengunjungi putranya di Osaka, atau mungkin seorang wanita atau pria dewasa yang akan melakukan perjalanan bisnis ke Jepang– yang nantinya mereka tidak akan peduli pada aktifitasnya. Pelayaran itu di mulai pukul 15.00 dan akan tiba di Osaka pada pukul 10.00 pagi. Sebagian waktu berlayarnya malam hari, jadi Lisa pikir pelayaran itu tidak akan begitu membosankan karena ia akan tidur setidaknya selama setengah perjalanan.
Namun angan Lisa akan pelayaran yang akan sangat biasa itu, ternyata tetap hanya jadi angan. Orang yang berbagi kabin dengannya dalam perjalanan kali ini adalah seorang detektif swasta yang baru saja selesai bekerja– mengambil beberapa foto pasangan yang selingkuh di kapal pesiar sebagai jasa atas bayarannya– usianya sudah menginjak angka dua puluh lima tahun tapi Lisa bersumpah kalau pria itu sangat tampan.
Awalnya mereka berkenalan dengan kata– "aku dalam perjalanan ke Osaka, untuk berlibur ke rumah pamanku setelah ujian kenaikan kelas," cerita Lisa sebelum perkenalan yang di awali dengan kata itu berubah menjadi ciuman-ciuman panas yang menggairahkan. Pelayaran yang ia pikir akan membosankan ini ternyata membuat Lisa mendapatkan pengalaman yabg luar biasa– bukan kali pertama ia bercinta, tapi ini kali pertama ia bercinta dengan orang asing dan itu sangat mendebarkan. Membuat Lisa mabuk kepayang, merasakan sensasi yang sangat menakjubkan.
Debarannya tidak terjadi karena betapa tampannya detektif swasta itu, walaupun urusan yang satu ini tetap berpengaruh– sentuhan-sentuhan si detektif yang begitu kuat dan pasti, tanpa belas kasihan sedikit pun, tanpa jeda– tapi ternyata pengaruhnya tidaklah begitu besar. Debaran luar biasa yang Lisa alami terjadi karena rasa bangga setelah ia dan kecantikannya ternyata mampu menaklukkan seorang pria dewasa, yang tentunya asing baginya.
Lisa pikir, ia bisa menjadikan kisahnya selama berlayar sebagai cerita masa muda yang layak dibanggakan, cerita ini tentunya bisa ia pamerkan pada teman-temannya di sekolah nanti, membuat gadis-gadis nakal sepermainannya luar biasa iri.
Di bawah kamar kabin yang terang, dengan sedikit pemandangan bulan di jendela, Lisa tidak malu memamerkan lekuk tubuhnya yang malam ini basah– keringatnya telah bercampur dengan air liur dan air mani dari pria dewasa yang menyentuhnya beberapa detik lalu. "Jiyong oppa, yang tadi itu luar biasa," tuturnya, terdengar seperti gadis polos yang begitu menggemaskan. Mungkin itu pesona yang membuat Kwon Jiyong– si detektif swasta– tergiur untuk menggagahinya.
"Aku juga merasa begitu," sopan Jiyong. Pria itu masih berbaring, sedang Lisa duduk di sebelahnya dengan kaki terlipat– yang tentu saja membuat daerah sensitifnya terlihat sangat jelas di depan Jiyong. "Sekarang-"
Gadis itu mendesah. Bagi Jiyong itu terasa lucu, dan ia terkekeh disaat Lisa mendesah hanya karena tangannya yang mengusap pertengahan paha Lisa. Gadis polos itu mudah dipancing, ia adalah satu dari sedikit remaja yang beranggapan kalau seks adalah sesuatu yang keren– semakin sering melakukannya, maka akan semakin keren. Jiyong selalu terkekeh melihat segelintir gadis yang seperti itu, menikmati keluguan yang mereka kemas dalam bungkus wanita sok keren yang merasa bisa menaklukkan semua pria dengan seksnya.
Melihat Lisa mendesah hanya karena sentuhan kecilnya– yang sudah pasti hanya sebuah kepura-puraan– membuat Jiyong lantas ingin menjahilinya. Ia sentuh daerah sensitifnya, mengusap dan menggoda Lisa di sana, membuatkannya mau tidak mau harus mendesah sungguhan karena geli yang luar biasa, kemudian tepat sebelum Lisa mencapai puncaknya pria itu berhenti, menarik tangannya dan bangkit dari baringannya. Lisa pikir pria itu akan menggagahinya– sekali lagi– namun Jiyong justru bangkit dan mengambil pakaiannya yang tergeletak di lantai.
"Sudah saatnya makan malam,"
"Tapi oppa, aku belum-"
"Tahan," potong Jiyong sembari berpakaian. "Kau akan mati kalau tidak bisa mengontrol hasratmu, anak manis. Malam masih sangat panjang, kau harus bertahan setidaknya sampai kita berlabuh, bukan?"
Lisa merajuk karena di permainkan seperti itu. Tapi sialnya gadis itu terbuai akan iming-iming kalau mereka bisa bersetubuh sepanjang malam sampai Kapal berlabuh besok pagi, jadi Lisa memutuskan untuk menuruti perintah paman dua puluh lima tahun yang baru ia temui beberapa jam lalu itu. Lisa patuh ketika ia diminta untuk membersihkan tubuhnya, berpakaian kemudian keluar dari kabin untuk pergi makan malam di restoran.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Help Me, Monsieur!
FanfictionSeorang pria berusia dua puluh enam tahun ditemukan tewas di ruang tengah sebuah penginapan dua lantai. Di lantai atas, ada dua orang tamu yang baru saja masuk ke dalam kamar masing-masing. Di lantai bawah, si penjaga penginapan tengah berbaring di...