Masalah memang tidak bisa diprediksi, berhati-hatilah sebelum semuanya terlambat.
****
Rasanya seperti mimpi untuk bisa sampai dititik ini. Rasanya seperti tidak akan pernah bisa sampai pada puncak akhir dari cerita ini, ini sedikit sedih, tapi sejujurnya aku merasa sangat bahagia.
Seperti saat ini, tepat disebuah ruangan dengan cahaya terang, Ara terus memperhatikan tubuhnya yang dibalut dengan gaun pernikahan yang cukup panjang.
Lagi dan lagi senyum tak lepas dari bibir yang sudah terpoles lipstik menambah kesan cantik tanpa meninggalkan kesan manis didalam wajah Ara.
Sepasang sepatu berjalan kearahnya, rupanya itu adalah Max yang sudah tampan dengan jas hitam serta celana bahan dan dasi kupu-kupu berwarna merah.
Max memeluk pinggang Ara dari belakang dan meletakkan dagunya di bahu Ara. Ara membiarkan itu, karena bagaimana pun juga Max adalah sahabat masa kecilnya.
"Kamu cantik banget ra, hari ini." Puji Max menatap kagum sang gadis yang selama ini sudah ia incar mati-matian.
Jujur, ada rasa dimana ia tidak rela membiarkan Ara bersanding dengan Gio, tapi disisi lain ia tidak bisa berbuat apa-apa.
"Spesial hari pernikahan, Max," jawab Ara yang masih tak menghilangkan senyum dibibirnya.
"Kau mencintai Gio, Ra?" tanya Max tiba-tiba, membuat Ara mengerutkan kening.
"Kalau aku tidak mencintainya, mungkin aku akan menolak lamarannya malam itu," ucap Ara tenang seolah tanpa curiga dan beban.
"Maaf," bisik Max dalam dan penuh penyesalan.
"Maaf untuk apa?" tanya Ara yang masih tak mengerti ke mana arah pembicaraan Max.
"Untuk ini—" Max membekap Ara dengan sebuah sapu tangan yang sudah ada obat biusnya, Ara langsung pingsan tak sadarkan diri mengingat betapa banyaknya obat bius yang tercampur didalam sapu tangan itu.
"Aku egois kali ini, Ra." Max memapah tubuh Ara keluar dari ruang rias, berjalan berhati-hati agar pergerakannya tak terendus oleh orang.
Di acara pernikahan ini cukup bahaya karena Max dikelilingi oleh 70.000 anggota Los Zetas dan 40.000 anggota Yakuza membuat Max bisa saja mati jika ketahuan, terlebih pakaian Ara sudah lengkap dengan riasan dan juga gaun pengantinnya.
Max membawa Ara dengan langkah perlahan, matanya sibuk mengawasi kesekitarnya untuk memastikan bahwa semuanya baik-baik saja.
Bisa dibayangkan jika Max ketahuan menyulik salah satu calon pengantin seorang Gio Zaxster? Bisa dipotong-potong tubuhnya oleh para anggota Yakuza dan Los Zetas, terlebih Gio adalah anggota termuda didalam dua kelompok besar itu.
Max berjalan ke arah timur sesuai intruksi, saat ia melihat mobil hitam yang terparkir dengan segera Max membaringkan Ara di sebelah jok pengemudi, menyamankan posisi Ara sebelum akhirnya Max menancap gas menyusuri jalanan kota London yang tampak ramai lalu lintas.
Sepasang sepatu berwarna hitam tengah berjalan mencari angin disekitaran acara pernikahan, Max menghirup udara sebanyak-banyaknya menetralisir perasaan sakit hatinya disaat acara pernikahan akan dimulai.
"Hey, bro!" Seseorang menepuk pundak Max, membuat Max mengalihkan pandangannya untuk menatap siapa yang tengah berdiri dibelakangnya.
"Ngapain kau disini?" ujar Max menatap pria itu aneh, bukankah seharusnya ia bergabung dengan tamu lainnya didalam?
"Aku tahu kau belum bisa merelakan gadis itu," ucap pria itu dengan wajah tenang, Max bahkan sampai mengernyit saat pria itu mengetahui isi hatinya.
"Kau—"
Pria itu tertawa misterius. "Aku bisa membantumu."
Bagai disambar petir Max cukup terkejut atas apa yang pria itu ucapkan, masalahnya pria itu bahkan seharusnya mendukung acara pernikahan ini, bukan malah membantunya.
"Membantu apa?" tanya Max agar pria itu memperjelas maksudnya. Max tidak bodoh hanya saja ia ingin pria itu sendiri lah yang membuka pembicaraan.
"Bagaimana kalau malam ini kita membuat sebuah permainan? Kau dendam dengan Gio bukan? Karena Gio telah merebut Ara darimu," ungkap pria itu yang masih membuat Max mengernyit bingung, bagaimana pria itu tahu?
Pria itu mendekatkan wajahnya kesamping telinga Max. "Aku bisa membantumu membawa gadis itu pergi," bisiknya pelan.
Max menggelengkan kepala, ia tidak mau melakukan hal bodoh lagi.
"Kau tahu, seberapa sengsaranya gadis itu disiksa oleh Gio? Ara tersiksa jika bersama Gio, dan aku tahu kau bisa menolong Ara. Karena apa? Karena saat Ara kembali ke London, kau hampir saja berhasil mengobati rasa sakit hatinya." Pria itu tersenyum jenaka.
"Tapi salahnya, kau melakukan hal bodoh malam itu."
Max menatap lekat-lekat sang pria dihadapannya, wajahnya memang tampan, tapi Gio tidak pernah berpikir bahwa pria itu berani mengajaknya untuk menculik Ara.
"Bagaimana? Keputusan ada ditanganmu. Emm, lima menit dari sekarang. Kalau kau tak memberi jawaban maka aku akan mengancurkan mereka berdua setelah menikah." Ancaman itu membuat Max menatap lekat-lekat sang pria.
Max berpikir sejenak. "Apa jika aku membawa Ara pergi, kami akan selamat?" Kemarahan Gio tempo lalu disebuah restaurant membuat Max sedikit harus lebih berhati-hati dengan laki-laki itu.
"Ya, tentu saja. Akan ku pastikan itu." Pria itu bersungguh-sungguh dengan niatnya, ia mempunyai dendam tersendiri pada laki-laki yang akan melaksanakan acara pernikahannya malam ini.
Max mencintai Ara, sedangkan Ara apakah juga mencintainya? Tapi tunggu sebentar, bukankah waktu bertemu dengan Gio Ara seharusnya tidak saling mencintai? Karena penyebab Ara dibawa kabur oleh Laurenza dan Kartika adalah dirinya sendiri.
Max tidak berada di Italia pada saat itu. Tapi Max, Laurenza, dan Kartika merencanakan penyulikan Ara karena Max ingin gadis itu berpisah dengan Gio.
Setelah Max menadapat kabar bahwa Ara dan Gio terpisah, Max seperti menjadi orang terbahagia sepanjang hidupnya, karena Gio lah tujuan utama yang ingin ia singkirkan.
"Aku, setuju." Keputusan yang Max ambil membuat sang pria tersenyum senang, pembalasan dendamnya akan lebih mudah dilakukan karena satu partner sudah menyetujui permainanya.
"Bawalah." Pria itu menyerahkan sebuah sapu tangan berwarna hitam dengan logo akar berwarna hitam. Sehingga logo itu tersamarkan.
"Buat apa?" Max malah bertanya, seolah tak mengerti kegunannya apa.
"Sapu tangan itu sudah ku pakaikan obat bius, buat Ara pingsan agar ia tidak memberontak. Tepat dibagian sudut belakang ruang rias ada jendela yang menghubungkan kearah taman belakang. Dari arah taman kau harus berjalan ke arah timur, karena mobil berplat YR sudah terparkir disebelah pohon."
"Ku peringatkan untuk tidak berjalan menuju arah barat, karena disana tempat para anggota kami bercengkrama, dan untuk bagian utara disana terdapat lima helikopter untuk berjaga-jaga. Jika kau tak selamat, maka akan kuhancurkan seluruh keturunan keluargamu."
"Kau sedang mengancamku atau sengaja menantangku?" Mata Max menggelap menandakan bahwa ia emosi dengan perkataan pria dihadapannya.
"Sudahlah, waktunya tak cukup untuk basa-basi. Kau hanya punya waktu lima menit untuk membawa gadis itu keluar dari tempat ini. Beberapa penata rias akan ku coba alihkan perhatiannya. Hati-hati, banyak CCTV disini."
Pria itu tidak bodoh, sebelum ia membicarakan rencana ini pada Max, ia sudah berhasil meretas seluruh CCTV yang terpasang bertebaran. Ternyata Gio memasang lebih dari 250 CCTV untuk pengamanan yang ketat.
"Kau hacker?" tanya Max, pria itu tersenyum miring kemudian membalikkan badannya lalu berjalan menjauhi tubuh Max yang masih diam ditempat.
FOLLOW nadaagr KARENA BEBERAPA PART TELAH DI PRIVATE! TEKAN TOMBOL BINTANG DI SAMPING KIRI BAWAH, TYSM!
KAMU SEDANG MEMBACA
しぬ SHINU (COMPLETED)
Детектив / Триллер❝Maaf berarti kalah, dan yang kalah harus mati!❞ Semua orang mengenalnya sebagai monster pembunuh. Namun bagiku, dia adalah sosok pelindung. Manusia pencabut nyawa itu terperangkap dalam prinsipnya sendiri. Akankan Adara dapat menaklukkan monster te...