76. Hamil?

2.7K 112 19
                                    

Lelaki itu mengusap terus perut rata milik gadisnya, ia menciumi leher nya kemudian memeluk erat gadis nya diranjang.

Seakan sesak dan tidak bisa mengakses pergerakan nya dengan bebas, ia terus saja meronta meminta untuk dilepaskan.

Dasar Rifan, sudah diranjang saja tidak mau lepas.

"Rifan kalau kamu kayak gini terus Caca bisa mati, kamu mau ditinggal mati sama tunangan sendiri sebelum kita sah?."

Rifan mengendorkan pelukannya dan menatap kesal Caca lalu mendengus, ia mendudukkan diri di ranjangnya.

"Lagian kenapa sih malam tadi bukannya tidur seranjang?, giliran ngebangunin aja gercep" sahutnya.

"Kita kan belum sah, lagian kan aku disuruh mamah kamu buat ngebangunin."

Rifan menggaruk belakang kepalanya masih setengah melek.

"Mandi gih, abis itu sarapan kita kan mau kerumah nya Indy."

"Dimandiin kamu tapi" ucap Rifan senyumannya tercetak begitu manis ingin sekali Caca merobek bibirnya ketika senyuman itu di layangkan kepada para gadis lain selain dirinya.

"Kamu ini ngomong apaan sih, kok jadi mesum yah?."

"Mesum sama tunangan sendiri masa gak boleh?, kalau gitu morning kiss aja yang."

Caca terkekeh lalu mengusap pipi Rifan, "kalau kamu mau cepet. Kamu berusaha lagi dong ngeyakinin ayah Caca, biar bisa bikin anak banyak" kekeh Caca lalu meninggalkan Rifan sendirian dikamar dengan wajah bingunggnya namun seketika bibirnya melengkung ke atas.

🌸🌸🌸

"Nanti minggu jangan lupa kalian harus dateng" ucap Ranti menekankan disetiap kalimatnya.

"Yaelah kenapa sih semuanya jadi ngebet nikah, katanya mau kuliah dulu" sahut Nendi sambil merangkul pundak istrinya.

"Nah lo udah berumah tangga."

"Tau lo sombong baru aja nikah dua hari yang lalu" sahut Taufik.

"Gercep kan gue,, dari pada tuh yang onoh no!" Tunjuk nya dengan dagu. "Masih aja belum dihalalin tapi main nyosor aja!, dasar bucin. Dulu waktu jaman sekolah aja bilang nya ogah tau - tau demen, dasar munafik" sahut Nendi.

"Lo tuh emang mulut dari dulu pedes amat kayak cabe - cabean pengkolan lampu merah deket taman lansia tau gak" sahut Fulky.

"Suka - suka gue."

"Ca, menurut lo bagus yang mana? Yang ini atau yang ini?" Sahut Selvia.

"Bagus yang merah" ucap Caca sambil menunjuk salah satu kartu undangan.

"Gue juga sih lebih suka yang ini, tapi pilihan Ranti juga bagus yang warna biru" sahut Selvia.

"Udah beb!, yang item aja" jawab Taufik.

"Ya udah, gue pilih yang item."

Oca mengerlingkan matanya "kenapa kita harus diribetin sama ginian sih kalau akhirnya lo milih pilihan Taufik?."

"Tau lo!" Sahut Ranti, "mending kayak gue tau - tau sebar undangan" sahut Ranti lagi.

"Ya maaf gue terlalu bersemangat" sahut Selvia sambil merapikan undangan.

"Ehh,, Ca gimana kuliah lo lancar?, Rifan juga gimana? Kuliah dan bisnis nya lancar?" Sahut Indy.

"Tumben lo ngomongnya lembut" sahut Krisna.

"Suka-suka gue dong" ketus Indy.

"Dih masih aja sangar" kekeh Fulky.

"Alhamdulillah kuliah kita lancar, Bisnis Rifan pun makin lancar" sahut Caca sambil menggenggam tangan Rifan.

NATASYA (sudah selesai-revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang