Pukul 10:00 WIB.
Di waktu ini adalah waktu umum pusat perbelanjaan buka. Ya, biasa kita sebut mall. Anya yang seharusnya sudah sibuk di kampus, sekarang malah berjalan-jalan santai di mall. Itu dikarenakan dosennya, tiba-tiba mengirimi Anya sebuah pesan bahwa akan ada pengunduran jam kuliah hari ini. Diundur hingga pukul tiga sore. Percuma saja dia bangun pagi-pagi, melawan hujan yang sempat melanda, dan juga terjebak kemacetan ibukota.
Tidak heran. Jakarta tidak bisa lepas dari kemacetan.
Sebenarnya, Anya ingin saja pulang ke apartemen. Berselfie ria, bermain tenis di aula apartemen, tidur hingga siang hari, akan menjadi aktivitas menyenangkan bagi Anya. Tetapi mengingat bahwa Tian dan Rani sedang berdua disana, Anya pun memilih kesini. Dia tidak mau menjadi nyamuk.
Padahal, sepertinya Tian yang akan jadi nyamuknya.
Bisa saja Anya mengajak Lisa kesini. Tapi ia tahu, menjadi calon dokter itu susah dan banyak tantangannya. Karena itu, Anya tidak jadi mengajak Lisa. Tidak tega. Melihat tiap kali Lisa pulang dengan mandi keringat, belum lagi bila ditugaskan untuk lembur. Kelompok Lisa terutama, sejauh ini sering mendapat jadwal jaga malam.
Itu semua demi yang terbaik. Lisa akan menjadi dokter yang berkualitas dan dapat diandalkan. Berakit-rakit dahulu, bersenang-senang kemudian.
Anya memiliki tujuan mendadak berjalan-jalan ke mall. Walaupun ia hanya 'tukang potret aib', Anya sedikit tertarik dengan kamera polaroid. Bisa jadi kan, foto-foto aib yang sering ia miliki itu menghasilkan sesuatu yang bernilai estetik? Keadaan mall di pagi ini agak tidak biasa. Walaupun baru buka, mall ini ramai. Ternyata ada acara pameran pernikahan disana.
Ketika melewati beberapa kios toko, ia melihat sebuah toko kamera. Melalui jendela display, ia melihat sebuah kamera polaroid yang tampak bagus. Memperhatikan detail kamera itu, indah sekali.
"Masih suka motret, ya?" Tanya seorang pria di belakang Anya. Tidak sadar, Anya mengangguk-angguk antusias. Menyadari bahwa suara tadi tidak asing, Anya terkejut. Anya langsung membalikkan badannya. Jaraknya sangat dekat dengan wajahnya. Tama—pria itu—secara otomatis bergerak mundur sedikit dengan senyum yang tidak luntur.
Anya berusaha untuk bersikap santai. Sumpah, demi apapun! Anya masih kaget. Siapa yang menyangka bahwa pria itu bahkan disini juga? Sepertinya, sepulang dari mall nanti Anya akan menghabiskan sebotol bir. Lupakan, Anya tidak sekuat itu.
"Haha, lucu" ujar Tama sambil mengusak kepala Anya. "Pasti buat motret aib," gumam Tama dengan suara pelan. Ekspresinya mendadak menunjukkan kegemasan pada gadis bernama Anya ini. Walaupun kita sebut dengan 'gumaman', sepertinya Anya tetap mendengarnya. Tanpa sadar Anya mengangguki gumaman Tama.
Dengan pipi blush on alami, Anya buru-buru masuk ke toko. Sedangkan Tama masih mengintip dari pintu toko. Senyum Tama mengembang. Sudah mantan memang. Tapi jujur saja, perasaan Tama masih sama. Hanya saja, dia memang berniat untuk membuat Anya gemas dan bingung sendiri dengan perasaannya.
Makin gemesin! Jadi nyesel putusnya, nih..
Dari pintu, terlihat penjaga toko yang mulai menunjukkan beberapa kamera polaroid. Tama langsung berjalan masuk ke toko, dan berhenti di samping Anya. Ia membantu Anya memilih kameranya. Fyi, Tama sedikit paham dengan urusan beginian. Hanya saja, tidak terlalu berminat. Ia lebih menyukai urusan konstruksi bangunan. Ya, dia mahasiswa jurusan Arsitektur.
Gadis yang merupakan mahasiswi jurusan Manajemen Bisnis itu tidak kaget lagi. Hanya saja ia agak risih, tentunya juga deg-degan setengah mati. Tingkah Tama yang agak protektif ini, membingungkan pikirannya. Tanpa sadar, ekor matanya mengarah ke Tama. Cukup lama salah fokus, sedangkan Tama fokus membantu Anya.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE REWIND [WenYeol] √
Fanfic[completed] Pernahkah kau jatuh cinta, tapi tak tahu untuk siapa? Memang, cinta ini sudah pernah ada. Dia yang pertama, tapi bukan terakhir untukku. Awalnya, aku meragukan adanya 'cinta kembali'. Tapi ternyata, itu benar adanya. Dan konyolnya, itu...