BAB 1

25 8 9
                                    


               ❤Assalamuakaikum
                     Sahabat Hijrah

                         Jangam lupa
                Follow-Vote-Comment

Bismillah.

                                ○●○

Istiqomah dalam melakukan sesuatu, semata mata ingin mendapatkan ridho-Nya.

                               ○●○

Zea seorang gadis yang memutuskan untuk ke pesantren sejak dia lulus SMA sampai ada seseorang yang mampu meminangnya. 3 tahun di pesantren pahit manis kehidupan sudah dialami olehnya.

Memang dia keturunan dari keluarga yang cinta pada ilmu agama, sejak kecil sudah mengenal ilmu agama walau tak sedalam sekarang ini. Sejak dini Zea juga mulai menghafal Juz Amma sehingga setelah lulus SMA dia memutuskan untuk melanjutkan hafalannya.

3 tahun hafalan Zea selesai.
Bahkan mau di wisuda 30 Juz tepat pada usia 20 tahun sesuai target dia sendiri. Ini semua dipersembahkan untuk kedua orang tuanya kelak.

Hambatan demi hambatan telah dia lalui ketika menghafal. Mulai dari dirinya sendiri sampai kedua orang tuanya ikut merasakan rintangan yang begitu pahit. Tapi dia lalui dengan rasa ikhlas dan tetap istiqomah dalam menghafal dan muroja'ah.

Tak semudah seperti membalikkan kedua tangan ketika maju menyetorkan hafalan ayat demi ayat yang harus dilantunkan dengan fasih,  sesuai kaidah tajwid dan lancar.

Banyak teman satu pesantren Zea yang selalu kurang lancar ketika menghafal yaitu tiba-tiba ingat senyuman si doi mengganggu pikirannya jadi buyar semua hafalan. Tapi tidak dengan Zea yang selalu mengganggu pikirannya yaitu ingat ketika pertama kali masuk pesantren mengingat tetesan air mata ibunya dan sahabat-sahabatnya waktu SMA.

Perpisahan yang begitu singkat. Ingin rasanya Zea ketemu mereka semua dan menceritakan tentang dirinya ketika di pesantren. Apalagi ketika mendapatkan masalah di pesantren.
Pengen banget mereka bertiga ada disampingnya.

3 tahun lamanya Zea tak dengar kabar mereka. 1 tahun sekali pulang dan itu hanya cuman 1 minggu, bagaimana ada jadwal untuk ketemu. Zea saja tak mendengar secuil kabar dari sahabatnya. Ketika Disambang dia selalu menanyakan kepada kedua orang tuanya apa mereka pernah main ke rumah atau bahkan ada kabar kangen dirinya. Tak ada sama sekali, Zea berfikir positif saja kalau mereka lagi sibuk dengan kegiatannya masing-masing.

Padahal Zea berharap banget ada salah satu sahabatnya Nyambangi dia seperti teman-teman lainnya.

Zea duduk ditangga sambil memegang mushaf di tangannya.

"Hati kecil ini iri ketika melihat temannya di sambangi sahabatnya." Ucap Zea sambil melamun.

Tiba-tiba dari belakang.

"Doorrr."

Serentak mengagetkan Zea.

"Apaan sih ganggu aja!"

"Ciyee ngelamunin siapa hanyo, si doi ya." Kata Nisak.

"Apaan sih aneh-aneh deh!" Ujarnya.

"Kang yang itu ya. Berkumis tipis-tipis." Ledeknya.

"Apaan sih Gaje deh!" Kata Zea sambil berdiri menuju kamarnya.

Sampai di kamar Zea masih merenung,  tiba-tiba Bila lewat depan kamarnya kemudian menghampirinya.

Bila adalah pengurus pesantren dan dia juga selalu menyemangati Zea ketika lagi ada masalah. Zea juga sering curhat kepadanya.

"Kenapa Zea, kok mukanya murung gitu." Tanya Bila.

Namamu Masih Tersimpan di Lauhul MahfudzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang