1 - Acc

1M 41.7K 4.1K
                                    

Ini cerita pertamaku. Harap maklum jika mendapati typo. Nanti komen aja ya, biar aku perbaikin🤗🤗🤗.

Hope you enjoy this story🥰🥰🥰🥰

*****

"Jadi gimana, Pak? Apa judul saya sudah bisa di acc?" tanyaku pada Pak Kanto, dosen pembimbingku. Dua hari yang lalu aku telah memberikan file pengajuan judul baruku yang berisi latar belakang, tujuan serta rumusannya kepada Pak Kanto.

Oh ya, aturan di kampusku agak berbeda dari yang lain. Atau mungkin ada juga yang sama. Jadi, pada saat mengambil mata kuliah skripsi, kami harus diseleksi lebih dulu. Yaitu dengan membuat judul dan latar belakang.

Jika lolos, maka pihak kampus akan memberitahukan siapa dosen pembimbing kami. Tapi bisa saja sang dosen pembimbing meminta ganti judul lagi. Jika tidak lolos, maka wajib melakukan perbaikan sekali lagi, intinya masih dikasih kesempatan sekali lagi. Bila tidak lolos dalam dua kali percobaan, maka yang bersangkutan wajib melakukan PKRS dan menghapus mata kuliah skripsi dari beban semesternya.

Saat ini, aku berada di ruangan Wakil Dekan II, Pak Kanto, dosen pembimbingku. Beliau mengatakan, bahwa anak bimbingannya harus menemuinya untuk diskusi judul yang telah kami ajukan. Salah satunya aku.

"Ya, sudah bisa sih. Namun, kamu harus perbaikin lagi latar belakangnya. Mungkin, penelitian-penelitian terdahulu juga bisa kamu cantumkan untuk memperkuat judul kamu. Saya tunggu minggu depan revisinya."

"Baik, Pak. Terima kasih Pak," ucapku kepada Pak Kanto.

Akhirnya, tidak sia-sia aku mengambil mata kuliah skripsi di semester tujuh ini.

"Yes, judul di acc," batinku bersorak senang.

"Gimana-gimana, Ra?"

"Di acc dong," sahutku menjawab Reni, temanku yang menungguku di luar ruangan Pak Kanto.

"Selamat Ra, gue ikut seneng."

"Thanks Ren."

"Doain gue ya guys, semoga Pak Kanto acc judul gue juga," kata Anton, teman seperdopinganku, yang dari tadi mondar-mandir di depan pintu ruangan Pak Kanto.

"Yaelah Ton, lo pasti di acc lah, secara judul lo lebih bagus daripada punya gue, sana masuk lo. Nunggu apalagi lo?" suruhku.

"Belum, Ra. Masih ada senior yang bimbingan."

"Ya udah deh, kalau gitu kita duluan ya Ton. Semangat, lo pasti bisa," ucapku menyemangatinya.

"Iya Ton. Lo pasti bisa, semangat," sahut Reni dan kami pun keluar dari lorong ruangan dekanat.

*****

Saat ini aku dan Reni berada di kantin KuMa (Kumpulan Mahasiswa), untuk menikmati seporsi ayam penyet dan teh manis dingin. Rasanya makin maknyus ketika judul sudah di Acc.

"Ra, nanti temenin gue ya," ucap Reni di tengah-tengah makan siang kami.

"Kemana lo?"

"Gramed Ra, bu Intan maunya buku yang baru di mata kuliahnya."

"Bisa ae emak lo."

"Emak gue di rumah kalau lo lupa."

"Iya-iya Ren, maksud gue tuh dosen pembimbing lo. Jam berapa ke gramednya?"

"Habis ini lo bisa kan? Gue nggak ada kelas lagi sih."

"Boleh deh, tapi traktir gue ya," ucapku cengengesan.

Dosen Bucin (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang