13-Bisakah?

73 24 11
                                    

13-Bisakah?

ANA dan Sei diam tanpa ekspresi yang menunjukkan mereka terkejut, dengan santai, Ana membalas Becca, "terus?"

Becca masuk ke kelas Ana dan Sei, karena meja Ana dan Sei berada di depan bagian pojok kiri dan pintu kelas yang juga berada di sebelah kiri dekat meja Ana dan Sei, Becca dengan mudah menghampiri mereka.

"Gini, An. Gue sahabat Noah, dari bayi udah sahabatan, lo baru kenal tiga bulanan, baru banget, jelas gue lebih di prioritasin Noah dong, kan gue sahabat dia."

Ana mengangguk licik, "oke, bisa gak lo sadar diri sebagai sahabat perempuan? Bisa gak lo gak terlalu tergantung sama Noah? Gue gak cemburu, tapi Noah jadi gak sempetin waktu buat gue, karena obsesi lo akan perhatian. Sei menatap bangga pada Ana, sementara Ana membalas tatapan Sei dengan senyuman. "Sorry sorry aja, gue bukan cewe lemah yang bakal diem aja. Gue Andreana Dallas Perth. Cewek realistis yang gak melankolis." lanjut Ana.

Becca mengetuk-ngetukkan kuku panjangnya ke meja Ana seolah berpikir, tak lama, gadis itu tersenyum licik. "Ya, liat aja apa lo bisa," Becca lalu berbalik dan keluar kelas X-IPS1.

"Gila demen gue begini nih," Ana berdiri dan pura pura mengepalkan tangannya dan seakan meninju punggung Becca yang menjauh.

Sei menarik Ana kembali duduk dan membisikkan sesuatu, "tapi, lo kalo Noah udah makin parah tinggalin aja lah, cowok banyak ini, Nathan, Biru. Beh, khan maen. Ngapain cowok kayak Noah lo perjuangin. Tapi, nanti An, kalo Noah bener bener prioritasin Becca," Sei memberi saran.

"Iya lah. Ngapain perjuangin yang gak layak di perjuangin,"

Ana itu bisa dibilang cewek langka. Sangat realistis, gak menye menye, konsisten, tapi kadang.

Ana belum melihat Noah hari ini, apa laki-laki itu sedang menjaga Becca? Mengekor pada Becca hanya karena Becca sahabatnya? Lalu bagaimana dengan dirinya?

"Gue belom liat Noah ya?" Sei mengangguk, "harus gak gue samperin? Gue aduin Becca aja kali ya? IYA. Gue duluan ya Sei cayang," Ana berbicara sendiri lalu mencubit keras pipi Sei. Sengaja.

Sejujurnya, Ana tak tahu dan tak mau tahu kelas si Becca karena yang ia tahu, kelas Noah dan Becca terpisah.

Ana tidak sama sekali cemburu. Ia kesal. Karena Becca yang haus perhatian itu, Noah jadi lupa akan dirinya.

Menyebalkan, bel masuk berbunyi ketika Ana masih berjalan menuju lorong kelas XI-IPS2.

Ana menghentakkan kakinya lalu berbalik dan membulatkan matanya. Orang yang ia cari ada di depannya.

"Noah, lo ngapain?" Ana bersikap jutek.

Noah tersenyum dan hendak memeluk Ana namun tangannya di tahan Ana. "Sana lo, sana sana sana hush," Ana mengusir Noah yang heran.

"Ih kenapa Nona-nya Noah?" Noah mendekat namun Ana menjauh.

"Becca ya? Bilang apa dia sama lo? Atau lo cemburu?" Noah menarik Ana mendekat.

"Gak. Gue kesel sama Becca," Ana akhirnya menjelaskan.

Noah mengerutkan kening. "Kenapa?"

Ana menoleh, "Kenapa?! Kenapa lo bilang?!" Ana menarik napas. "Lo sama dia terus, gak ada buat gue, terus tadi dia datengin gue kayak ngelabrak gitu. Rasanya gue yang jahat." lanjut Ana.

Noah yang ingin membuka suara tak jadi sebab Ana kembali berujar, "Gue pacar lo kan? Gue lebih berhak kan?" Noah mengangguk.

"Ya udah, Nona jangan marah," Noah menarik Ana ke dalam pelukannya.

Official [SELESAI - REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang