41. Talk

171 41 12
                                    

Cafè dekat sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cafè dekat sekolah. Disini lah Sejeong duduk berhadapan dengan seorang wanita cantik yang tidak lain adalah Ibu dari Sahabatnya.

Sesungguhnya sangat sulit untuk bisa membujuk Wanita di depannya ini untuk bertemu. Bahkan Sejeong hampir berencana untuk menghampiri Beliau di tempat kerja. Namun syukurlah, akhirnya dokter Kim ini mengirimkan pesan bahwa ia memiliki waktu luang hari ini.

Bagaimana bisa Sejeong memiliki nomor telepon dokter Kim? Tentu saja Sejeong mendapatkannya dari ponsel Doyoung.

"Kau masih anak-anak, jangan mencampuri urusan saya," ucap Ibu Doyoung datar.

Sejeong mengangguk pelan kemudian tersenyum. "Saya tidak bermaksud mencampuri urusan Ibu melainkan ingin menyelesaikan urusan Sahabat saya yang kebetulan adalah Anak Ibu," ucapnya pelan, berusaha untuk mengendalikan emosinya yang bisa meluap kapan saja.

Wanita cantik itu tertawa sinis. "Dia bukan anak saya," ucapnya.

Usai mendengar pernyataan Dokter Kim barusan, senyuman Sejeong berubah sinis. Gadis itu menatap datar Wanita di depannya.

"Kalau memang dia bukan Anak Ibu, kenapa Ibu mau membesarkannya? Kenapa Ibu tidak menelantarkan saja dia di jalanan? Toh, bukan anaknya Ibu, kan?"

Wanita cantik itu terdiam. Jujur, ia sedikit menyesal mengiyakan ajakan anak Sekolah Menengah Atas ini untuk bertemu.

"Kenapa menyalahkan Doyoung atas kematian Suami dan Anak bungsu Ibu?"

"Jangan mencampuri urusan saya," peringat Dokter Kim mulai geram.

Namun Sejeong tidak mengindahkan peringatan dari Wanita di depannya itu. Ia malah kembali mengajukan pertanyaan. "Bukankah yang patut disalahkan adalah diri Ibu sendiri?"

Alis dokter Kim bertaut marah, emosinya memuncak. "Apa maksudmu? Kau masih seorang Murid, tidak perlu menasehati aku yang sudah menjadi seorang Dokter selama bertahun-tahun," ucap Beliau.

"Suami Ibu sedang sakit, bukankah Ibu harusnya meminta cuti sebentar? Dan perihal Adiknya Doyoung, itu adalah tanggung jawab Anda sebagai seorang Ibu. Bukankah ini tidak sepenuhnya salah Doyoung?"

Dokter Kim hanya terdiam. Ia ingin membantah tapi bibirnya kelu. Dan rasanya ucapan Sejeong barusan benar-benar tidak dapat dibantah oleh apapun.

"Yang selama ini Ibu salahkan adalah diri Ibu sendiri. Tapi Ibu melampiaskannya kepada Doyoung, benar bukan?" tanya Sejeong melunak. Gadis itu menatap Dokter Kim yang mulai terdiam.

"Saya tahu anda menyayangi Doyoung. Dia satu-satunya harta Ibu yang tersisa. Tidak mungkin Ibu mau mengiyakan ajakan saya yang mengaku sebagai sahabat Doyoung jika Ibu benar-benar tidak menyayanginya. Dan seperti kata saya tadi, jika benar tidak menyayangi Doyoung, Ibu pasti sudah menelantarkannya."

Dokter Kim menunduk. Sejeong tentu bisa melihatnya menangis. "Kau benar, dia harta satu-satunya saya. Bohong jika saya bilang saya tidak menyayanginya," ucap beliau.

Sejeong tersenyum lega. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika Doyoung mendengar ucapan sang Ibu tadi.


uhm, hai? zel udah putusin upnya gimana hehe

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

uhm, hai? zel udah putusin upnya gimana hehe. tapi nanti zel jelasin di next part aja, ya?

iya, zel mau dobel up. hehe💚

Your Lie in April - Dojeong [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang