--Angin berhembus dingin tapi ku bisa mencium wangi langit rindu itu
Ku bisa lihat laut dari peron
Disinilah ku mencarimu--"Mencium wangi langit rindu, eoh?". Pemuda cantik itu tersenyum, memandang langit musim panas yang biru bersih tanpa setitikpun awan. Menggerakkan kaki kanannya hingga ujung sepatunya menyetuh batu kecil dan membuatnya menggelinding beberapa centi meter.
Menghembuskan nafasnya lalu kembali tersenyum."Jaejin!". Ia menolehkan kepalanya ke segala penjuru arah, mencari sumber suara yang memanggil namanya. Tapi kemudian pandangannya berhenti di ombak lautan lepas. Tersenyum melihat ombak yang melambai-lambai
mengajaknya bermain. Menyadari bahwa paggilan itu hanyalah halusinasinya. Atau mungkin itu hanya suara angin yang beradu dengan suara ombak?~~~
--Di papan luncur itu, diluar tempat di musim ini
Musim panas itu pasti masih hidup
Matahari pasti mengingat semua ini
Bisakah kau mendengarku?--Jaejin mendongak, melambai pada matahari yang bersinar angkuh di atas sana.
"I rember you. I love you. Can you hear me?"
Musim panas selalu menjadi musim yang paling di sukainya. Musim bagi kebahagiaannya"Tidak takut matamu iritasi?". Jaejin menoleh cepat. Sedikit terkejut dengan suara yang tiba-tiba mengganggu kegiatannya.
Terkekeh setelah mengetahui pemilik suara itu."Kau mengagetkan ku, Key". Key hanya membalas dengan cibiran kecil.
"Oh! Musim panas ini dia tidak kembali juga?".
"Sepertinya begitu". Jaejin mengendikan bahu tapi senyum tak lepas dari bibirnya.
Key, sahabat terdekatnya itu mengerutkan kening, mendekatkan wajahnya pada Jaejin.
"Kalau ku perhatikan, kau mengenaskan sekali yah. Hahahahahahaha". Jaejin berpaling, memutar bolamatanya.Perkataan key sepertinya menunjukan simpati, tapi kenapa malah tertawa.
"Hei, Jaejin. Kenapa tidak mencari pacar lagi? Menurut sepengamatanku, dia tidak akan kembali".
"Kalau begitu, baiklah". Jaejin kembali memutar tubuhnya menghadap Key dan tersenyum manis. Tangannya membentuk hati.
"Key, maukah kau menjadi pacarku?".
"Uhuk! Uhuk! *NNNo way! Big NO! *aku masih waras, Lee Jaejin. Aku lebih baik menikah dengan janda 80 tahun dari
pada pacaran denganmu". Key melotot tapi Jaejin malah tertawa.
"Begitu juga denganku. Aku lebih baik menunggunya selamanya daripada mencari orang lain. No replacement, Key". Jaejin kemudian berjalan mendahului Key."Jaejjin! Berjanjilah meskipun hanya bercanda jangan pernah seperti itu lagi! Itu menggelikan!". Jaejin terhuyung sesaat kehilangan keseimbangan karena key merangkulnya tiba-tiba.
"No. Aku akan terus melakukannya sampai keu menikah dengan janda 80 tahun. Hahahaha"
"Ck! Itu tidak akan terjadi Jaejin! Tidak akan".~~~
Laptop berwarna merah metalik itu telah terbuka di
pangkuan pemilik cantiknya.--Kau bilang kau tak bisa tunjukkan air mata
Dan kita saling melambai
Kita tak katakan selamat tinggal jadi kita saling melambai
Dan kau menghilang didalam senja, aku mengingatmu--"Yui- I Remember You". Jaejin tidak menoleh. Ia tahu Key sedang duduk di sampingnya. Memiringkan kepalanya untuk melihat video yang diputar oleh Jaejin di laptopnya.
"Jadi, dia bilang dia tidak akan menangis karena saat itu bukanlah perpisahan, jadi lagi, dia tidak mau mengatakan selamat tinggal. Dan kalian berpisah di tengah senja di pinggir pantai. Yang mengenaskan adalah, Kau masih terus mengingatnya padahal belum tentu dia mengingatmu.Itu sama persis dengan liriknya. Kau benar-benar mengenaskan, Jaejin". Key menegakkan tubuhnya, bersandar di sandaran kursi yang terletak di halaman belakang
rumahnya bersama Jaejin.Jaejin tersenyum tanpa mengalihkan pandangan dari layar latop. "Tidak kah menurutmu video ini membuktikan bahwa dia masih mengingatku?".
"Video itu di kirim setahun lalu. Tepat setahun setelah kepergiannya, sudah 2 tahun sejak dia pergi dan sudah satu tahun sejak video itu di kirim. Menurutmu, dia masih mengingatmu? Hei, aku tanya, apa kau bisa menghubunginya? No telepon? facebook? twitter? Line? Kakao? Whatsapp? Wchat? Bbm? Atau kau tau alamatnya di sana? Tidak kan? Komunikasi dan pengetahuan diantara kalian sama sekali nol. Jaejin, Sadarlah".