Suara detakan dari jarum detik jam antik, mendenging melatarbelakangi dua suara pria berbeda yang tengah bersahutan. Ruangan yang disapu warna cokelat monokromatis diisi oleh empat pria berbeda generasi. Keempatnya dengan santai bercengkrama untuk menghabiskan waktu menunggu ujian masuk salah satu kampus terbaik selesai. Sofa mid-century berwarna pastel lembut dengan kain beludru diduduki oleh trio Renouard, sedang sang pemilik ruangan, Otoya dengan luwes duduk di arm chair yang diletakkan hampir bersebelahan dengan sofa nyaman itu. Para pria yang lebih tua larut dalam obrolan ringan yang diselingi oleh suara seruputan minuman yang sesekali disesap di sela-sela pembicaraan.
Dua pria lain yang lebih muda sesekali ikut menengok dan memberi respon apabila obrolan dua pria yang lebih tua itu mengarah kepada mereka. Selebihnya, mereka lebih memilih menghabiskan waktu dengan benda kecil berbentuk persegi panjang tipis dan mengutak atik beragam hal yang terdapat didalamnya. Benda kecil yang tidak mungkin mereka tinggalkan begitu saja. Benda kecil yang berisikan berbagai macam hal sesuai dengan sang empunya. Benda kecil canggih yang disebut dengan smartphone.
Kai, pria termuda berambut ikal itu terlihat larut dalam sebuah game RPG yang terinstal di smartphone miliknya. Dengan berkilat dia mengeluarkan senyum miring dan berguman sendiri hingga tanpa dia sadari Kuroto, sang kakak hanya menggelengkan kepalanya —heran. Di tengah permainan, mendadak ponsel miliknya bergetar lalu memunculkan notifikasi chat yang baru masuk. Mendecak kesal, Kai melihat nama yang tertera pada notifikasi itu lalu merubah ekspresinya cepat.
Ternyata Machi!
Kai dengan segera membuka chat dari sobat kentalnya itu. Seandainya orang lain yang mengirim chat padanya di tengah keseruan game yang dia mainkan, dia tidak akan segan membiarkan chat itu hingga dia menyelesaikan permainannya bahkan terkadang di abaikan penuh olehnya. Kai kemudian mulai membaca chat yang dikirim oleh Machi, sang sahabat.
Machi
Kai, kamu dimana?
Kai
La Villette, Qu'est-ce qui ne va pas?
Machi
Aku butuh bantuanmu. Peux-tu venir aujourd'hui?
Kai
Ke rumahmu atau kampus? Tapi, aku tidak membawa mobil.
Machi
Kampus. Aku akan menjemputmu!
Kai mengerutkan dahinya. Machi bukanlah tipe orang yang mau melakukan hal merepotkan seperti menjemputnya. Bahkan selama mereka berteman, Kai lah yang lebih sering menjemput Machi. Sang sahabat memiliki alasan yang sangat klise. Malas membawa mobil sendiri. Terkadang Kai sering mengutuk kemalasan Machi itu. Tapi kali ini dengan sadar dia menawarkan diri untuk menjemputnya. Pasti ada hal penting yang memotivasinya
Kai
Apakah ini penting? Tumben sekali kau mau menjemputku? Kau sedang tidak mabuk bukan? Lagipula Emu belum menyelesaikan ujiannya. Aku masih menunggunya bersama Papa dan Kak Kuroto.
Machi
Nanti aku jelaskan! Tapi demi Tuhan, ini lebih penting daripada Emu! Oncle dan Kak Kuroto masih bisa menemani Emu bukan? Aku tidak menerima kata tidak darimu!
KAMU SEDANG MEMBACA
[FF] ѕумρтôмєѕ [Slow Update]
Fanfiction[ONGOING] Menjadi anak angkat dari Masamune Renouard seorang pemilik industri raksasa di Perancis tidak pernah terbayangkan oleh Emu Cadieux. Ketika orang tuanya meninggal dalam tragedy pembunuhan yang membuatnya trauma, Masamune sahabat sekaligus...