Bag 37 (Come-Happy-Sad)

356 35 0
                                    

Dua hari weekend seharusnya menjadi hari yang menyenangkan bagi kebanyakan remaja. Tapi mungkin menjadi hari yang biasa saja bagi Andhin. Tidak banyak hal dilakukannya pada dua hari itu. Tidak ada lagi sosok kekasih, teman dekat, sahabat, ataupun sosok spesial yang bisa mengisi hari libur sekolah.

Tak jauh berbeda dengan sang adik. Anton yang masih duduk di bangku SMP selalu mengisi waktunya seharian penuh dengan bermain game di gawainya. Itulah mengapa hubungan Andhin dan Anton tidak terlalu dekat.

Aktivitas weekend hanya diisi dengan berdiam diri di rumah. Sepanjang hari hanya belermalas-malasan, menonton TV sambil membaca Novel hingga tertidur di depan televisi. Sang ibunda sibuk di dapur mempersiapkan adonan kue, sementara sang ayah mencari nafkah di luar sana. Sampai suatu ketika dari pintu rumah terdengar suara ketukan pintu.

"Kak Andhin! Bukain pintunya, ada tamu!" Sambil membagi perhatiannya dengan game, Anthon memanggil sang kakak agar segera membukakan pintu rumah. Namun tak terdengar juga sahutan dari Andhin.

"Kak, kak! Lagi ngapain sih itu ada yang ngetuk pintu!" Anton terus memanggil, namun tidak ada juga yang membukakan pintu rumah.

Terpaksa ia melepas perhatiannya pada gawai untuk beranjak membuka pintu. Berjalan melewati ruang tengah rumah dan melihat kakaknya yang ternyata sedang tertidur pulas di atas sofa dengan buku novel yang masih digenggam di tangan. "Molor terus!"

Ketika pintu dibukakan, seorang remaja seusia kakaknya datang entah bermaksud apa.

"Hai, Kak Andhinnya ada?" sapanya pada Anton.

"Ada, mau apa?" Anton menatapnya tanpa ekspresi.

"Mau ketemu aja sebentar."

Sang tuan rumah lalu berjalan menghampiri seorang gadis yang tertidur pulas di sofa ruang tengah. "Kak, Kak, ada temen Kakak tuh!"

"Duh, siapa sih?" gumam Andhin sembari menggosok kedua kelopak matanya.

"Gak tau, cowok, katanya pengen ketemu sebentar."

Gadis itupun segera bangkit dan merapikan diri sebelum menghampiri seseorang yang berdiri di dekat pintu rumahnya. Lalu dilihatnya Pandu dengan setelan pakaian jaket jeans dan membawa helm di salah satu tangannya.

"Eh Pandu, ada apa? Masuk dulu sini."

"Enggak usah, sebentar aja ini kok. Kamu kenapa gak buka chat aku?"

"Duh, maaf. Hp aku lagi di-charge. Emang ada apa, Du?"

Wajah Pandu berubah berseri. "Kemaren aku udah ngobrol sama Pak Edi. Katanya, kamu bisa gabung sama tim lagi buat pertandingan nanti."

Kedua mata Andhin semakin membuka lebar. "Masa sih? Serius?"

"Iya, aku serius! Tadi aku kirim video lewat chat waktu Pak Edi ngobrol sama aku. Tapi belum kamu buka juga. Jadi aku ke sini."

Segera Andhin terburu-buru mengambil ponselnya untuk membuka aplikasi pesan singkat. Di ponselnya ia melihat rekaman video yang telah dikirimkan Pandu. Ternyata Pandu diam-diam sengaja merekam perbincangannya dengan sang guru olahraga soal alasan dikeluarkannya Andhin dari tim basket putri. Dalam rekaman itu ia tampak menjelaskan kronologi lengkap soal perkelahian dirinya dengan empat orang siswa yang sempat menghebohkan sekolah.

"Pak, sebenarnya awal mula yang buat rusuh itu saya, bukan temannya Andhin. Harusnya saya waktu itu gak langsung mukul Fery."

"Tapi kenapa kamu diam aja waktu Fery dipukulin sampai babak belur? Malah nyerang balik anak yang mau nolong Fery. Andhin juga malah diam saja."

Rekaman video memperlihatkan Pandu yang semula menundukkan pandangan, lalu mengubah posisi duduk lebih tegak. "Iya, Pak. Yang salah di sini itu Saya, Fery, sama temennya Andhin. Bukan Andhin. Dia kan awalnya korban. Kita berdua cuma mau nolong Andhin aja. Gak lebih."

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang