Pukul tujuh malam pesawat kami terbang menuju Surabaya. Aku duduk berhadapan dengan Kak Doyoung. Di dalam pesawat ini aku merasa paling miskin karena rata-rata dari mereka sudah berpenghasilan, minimal punya saham. Bahkan Ko Evan sudah memegang perusahaan pusat milik keluarganya lalu Ce Vara memegang beberapa cabang. Ayah Kak Doyoung sudah membangun rumah sakit yang nantinya akan diberikan pada anak tunggalnya itu. Haechan akan mengelola usaha katering milik keluarganya dan itu merupakan katering terbesar di negeri ini. Jeno rencananya akan membuka cafe, dia malas mengurus usaha bundanya tapi dia tetap mendapat saham. Kak Jaehyun pun dapat bagian dari perusahaan keluargaku sebagai hadiah ulang tahun ke dua puluh dan itu lumayan besar. Sedangkan aku tidak, lebih tepatnya belum mendapatkan karena usiaku belum mencapai dua puluh.
"Guys, minggu depan liburan ke Jogja yuk. Bawa mobil aja." ujar Ko Evan.
"Wah boleh tuh." sahut Kak Jaehyun.
"Bang, gue gak ada mobil. Gue aja tidurnya numpang di rumah lo." Jeno cemberut.
"Ya lo sama gue lah, Haechan juga kalo mobil Javier gak cukup. Atau lo pake mobil di rumah gue aja tuh banyak yang nganggur." Ko Evan tersenyum sombong.
Aku hanya menggelengkan kepala melihat Ko Evan. Lelaki itu memang lucu dan kelakuannya suka random.
"Deal ya? Deal." Ko Evan bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.
Satu jam kemudian kami sampai di Surabaya dengan selamat. Kami memutuskan untuk makan malam di restoran steak yang terkenal di kota tersebut. Kak Jaehyun sudah makan sebelum berangkat jadi dia memesan berbagai makanan penutup. Selesai makan, kami kembali ke rumah. Kak Doyoung dan Haechan menginap di rumahku. Sebenarnya Ko Evan menawarkan kamar untuk mereka berdua secara rumah Ko Evan jauh lebih besar dari rumahku tapi mereka menolak secara halus.
"Kakak tidur disini ya." Aku mengantarkan Kak Doyoung ke kamar tamu satu. Tadi Haechan sudah kuantar di kamar tamu dua. "Nanti kalo ada apa-apa nanya ke bibi-bibi disini ya atau ke aku."
"Kiblatnya arah mana?" tanya Kak Doyoung.
"Sana." jawabku sambil menunjuk arah kiblat.
Kak Doyoung mengangguk sekali lalu dia menarikku dengan cepat ke pelukannya. Aku melotot hendak protes tapi dipotong oleh Kak Doyoung. "Sebentar aja. Aku kangen."
"Hm tumben, biasanya ngabarin aja enggak. Harus aku yang ngechat duluan."
Kak Doyoung menaruh dagunya di atas kepalaku. "Maaf ya, aku kemarin repot ngurus berkas buat intership."
Aku diam. Benar, sebentar lagi Kak Doyoung intership. Bagaimana kalau aku kangen?
"Kok diem?"
"Ngantuk."
Kak Doyoung tergelak pelan. "Yaudah tidur sana, jangan lupa mimpiin aku ya. Love you."
ღღღ
"Morning." sepasang lengan melingkar di pinggang lalu kecupan-kecupan ringan mendarat di pundakku yang tidak tertutup oleh baju karena aku memakai off shoulder. Pelakunya adalah Kim Doyoung. Belakangan ini dia gemar sekali melakukan skinship denganku dan ketika aku tanya kenapa, dia akan menjawab "Biar aku selalu inget kamu nanti di perantauan."
"Morning." jawabku. Saat ini kami berada di balkon, kalau pagi udara disini segar sekali. "Ada satpam, Kak." Kak Doyoung tidak menghiraukan peringatan dariku, dia malah menenggelamkan wajahnya di leherku. "Kak, sumpah."
"Pagi, Mbak Javier." sapa satpam yang lewat.
Aku tersenyum kikuk, "Pagi, Pak Bejo." Untung satpamnya tidak berhenti. "Kak, malu ih diliat orang."
KAMU SEDANG MEMBACA
✔Broers | Johnny Jaehyun (Not bxb)
FanfictionPunya dua kakak laki-laki tidak selalu enak -J (Not bxb)