Aroma masakan menguar di penjuru ruangan membuat seorang pria pemilik hidung bangir itu terbangun dari tidurnya yang terlalu nyenyak bagai orang mati, bahkan selama tidurnya ia tak bergerak sedikit pun. Ia mengerjapkan kedua matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke dalam retina. Belum saja sepenuhnya sadar, ia merasa tiba-tiba mual seakan-akan isi perutnya naik ke kerongkongan. Lekas ia berlari menuju kamar mandi. Dia agak kebingungan mencari kamar mandi, pasalnya ia tak tahu sedang berada di mana.
"Ya! Kau mau muntah jangan ke kamarku, pintu sebelahnya itu baru kamar mandi," teriak seorang gadis yang suaranya tak pernah ia dengar sekali pun.
Persetan suara siapa tadi, saat ini ia hanya ingin memuntahkan seluruh isi perutnya. Semua ini karena semalam ia terlalu mabuk, salahnya juga. Namun, ia tak tahu apa yang terjadi semalam hingga tiba-tiba ia terbangun di sebuah tempat yang asing. Dirinya mengira suara gadis tadi pemilik apartemen ini.
Selesai mengeluarkan seluruh isi perutnya, ia merasa lega. Kesadarannya hampir pulih walau mabuknya belum reda. Belum saja kesadarannya kembali sepenuhnya, ia terkaget akan eksistensi gadis yang tengah menatapnya tajam.
"Bersihkan dirimu dulu, mungkin akan terasa segar," ucapnya agak ketus, tetapi terselip nada cemas. Ia menyodorkan sehelai handuk, alat mandi yang baru, juga beberapa potong helai pakaian. Tentu saja membuat keterkejutannya pun bertambah.
Siapa dia?
Apakah dirinya pernah mengenalnya?
Apa dirinya memasuki apartemen orang lain dalam keadaan setengah sadar?
Yang ia ingat hanya keluar dari gedung agensi setelah pulang latihan, berniat mencari angin segar, dan berharap semua tekanan menimpa dirinya menjadi ringan. Terlebih lagi banyak masalah internal di agensi juga di dalam grupnya. Hingga ia tiba di salah satu kedai soju, lalu memori terakhir yang diingatnya hanya ia terlalu mabuk dan ambruk di meja.
"Kau sudah selesai, Tuan Choi Yeonjun? Sebelum kau pergi, makanlah dulu sup pengar ini," ujar gadis itu sambil menata hidangan di atas meja depan ruang televisi.
Seraya ia mengeringkan rambutnya, ia tampak kebingungan. Kenapa gadis itu tahu bahwa namanya Yeonjun? Oh, ayolah, siapa yang tidak kenal dengan seorang idola Choi Yeonjun, salah satu member TXT, biasanya orang lain mengenalnya adik BTS yang bernaung di perusahaan Big Hit Entertainment. Ayolah, Choi Yeonjun, kau tak sebodoh itu untuk berpikir dengan mudah.
"Kau mengenalku?"
Gadis itu memutar bola matanya jengah, ia hanya merespon dengan helaan napas. Ternyata Choi Yeonjun, seorang idola yang ia ketahui ini membuatnya pening setengah mati.
"Kau penggemarku? Ataukah—"
"Sasaeng fans?" tukas gadis bermarga Ahn itu, membuat Yeonjun menjauhkan tubuhnya perlahan dan menutupi dadanya.
"Ya! Yang benar saja, aku sasaeng fans? Padahal aku seorang ARMY pun tak berniat menjadi bagian dari sasaeng sialan itu," jelasnya, ia menatap pria itu yang masih diam di tempatnya dengan masih berpose menutupi dadanya. "Aku tahu kau mabuk, tapi aku tak melakukan apapun padamu. Gila saja aku."
"Eoh."
"Kemarilah duduk, aku tak punya waktu banyak untuk mengurusimu lagi, Tuan Choi," titahnya tegas.
Yeonjun menurut saja, ia menyantap semua hidangan yang dimasak gadis itu. Jujur saja, makanannya sangat lezat membuatnya larut menikmati rasanya. Suasana hening menyelimuti, tak ada suara yang terlontar dari mulut mereka, hanya dentingan sendok juga sumpit yang beradu dengan alat makan lainnya.
"Omong-omong, terima kasih telah membawaku ke apartemenmu, maaf merepotkan," ujar Yeonjun di sela-sela makannya.
"Jujur saja, aku bingung harus membawamu kemana, walau ini terbilang nekat. Juga … kau memang sangat merepotkan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
YOU ARE • Choi Yeonjun
Hayran Kurgu[COMPLETED] ❝ Bagiku kau bukan seorang idola, kau hanya seorang Choi Yeonjun. ❞ [Diharapkan FOLLOW sebelum baca^^] ©2020 by karsalara #3 fiksipenggemar [22/8/21] #4 fanfiction [13/6/21] #5 idol [12/6/21] #14 romance [13/6/21]