Rere masuk ke rumah sambil mengucapkan salam. "Assalamualaikum." "Waalaikumsalam" jawab Mama, yang kemudian terkejut melihat anaknya pulang dengan keadaan basah. "Ya Allah, kamu kenapa? Kok basah kaya gini?" Tanya Mama.
"Jatuh di kolam renang, Ma" Jelas Rere.
"Ya udah. Sekarang, kamu mandi dulu, nanti mama bawain susu anget ke kamar, ya."
Rere mengangguk lalu berjalan menuju kamarnya untuk segara ndi.
Dia keluar dari kamar mandi lalu menghempaskan tubuhnya ke kasur. Dia menarik napas panjang, matanya memandang pergelangan tangan kirinya yang kini kosong. "Aaaaa". Teriaknya sambil mengacak-acak rambutnya. "kenapa harus hilang sih".
Beberapa saat kemudian, suara pintu diketuk terdengar. Mama muncul dari balik pintu sambil membawa segelas susu hangat, lalu menaruhnya di meja dekat kasur. "Diminum, terus tidur ya" mencium kening anaknya lalu keluar kamar. Rere mengambil gelas susu lalu meminumnya. Tak lama kemudian, Handphone Rere berbunyi. Rere meletakkan gelas dan segera mengambil handphone. Dia membukanya dan terlihat notifikasi pesan dari temannya, Asya.
Deg.
Jantung Rere berdetak kencang. Pikiranya mulai kacau, pertanyaan mulai bermunculan di pikirannya. "Apa mungkin? Dia, orang yang ada di ingatanku?".***
Suasana kantin sekolah hari ini tak seperti biasa. Tenang dan hanya ada beberapa siswa saja. Membuat sya merasa senang dan damai. "akhirnya gue bisa ngarasain kedamaian di kantin" ucapnya bersyukur. Rere menghela napas, wajahnya masih terlihat murung dan tak bersemangat. "Kenapa, sih, Re?" Tanya Asya. "Masalah gelang itu? Udahlah ikhlasin aja, siapa tahu kalau kamu ikhlasin gelangnya balik."
Rere menatap asya dengan tatapan sengit. "Gila apa di ikhlasin. Itu berharga tahu. Enggak bisa aku ikhlasin." jelasnya yang semakin merasa sedih. Asya mengelus punggung Rere, "Ya udah, nanti tak coba Tanya kak Sika. Siapa tahu masih ada di rumahnya" hibur Asya.
Rere tersenyum memeluk Asya erat. Rere kemudian berdiri membeli minuman. Dia memasukkan uang ke mesin minuman, memilih minuman untuk dirinya dan asya. Lima detik kemudian minuman itu keluar, Rere mengambilnya lalu pergi. Ketika kembali, dia bertemu dengan Neza. Kakinya mendadak berhenti melangkah, matanya hanya tertuju kepada laki-laki itu. Neza melihat ke arahnya dan tersenyum. Rere hanya terdiam, jantungnya berdegup kencang.
Tiba-tiba seseorang menaruh gelang milik Rere tepat di mukanya. Rere tersadar, dan kini melihat ke gelangnya. "gelang ku" pekiknya mecoba meraih gelang itu dari tangan seseorang. Namun, usaha itu tak berhasil. Orang itu lebih cepat dari Rere.
"kembaliin enggak" bentak Rere. Rere menatapnya tajam.
Nada terkekeh. "santai dong mba, jangan ngegas" ujarnya.
" Ya udah, sini kembaliin."
"kalau aku kembaliin, balesannya apa? Di dunia ini kan enggak ada yang gratis."
Rere makin geram, dia berusaha mengambil gelangnya secara paksa namun gagal. Hingga dia terjatuh dan tersungkur dia lantai. "aduh" pekiknya, Rere meringis merasakan nyeri di kedua lututnya. Dia bangun lalu menatap Nada kesal. "lo sengaja bikin gue jatuh, kalau lo enggak niat balik gak usah balikin" ujar Rere yang penuh amarah, lalu menyirannya dengan minuman yang dia bawa. Kegaduhan itu menarik perhatian semua orang.
Asya yang menyadarinya segera menghampiri. Dia membisikan sesuatu ke telinga Rere "Kenapa sih? udah deh. Enggak usah cari masalah" .
"Dia, Sya yang cari masalah, bukan aku. Dia bawa gelangku" jawab Rere yang masih marah.
Nada mengelap wajahnya yang basah, lalu melempar gelang itu pada Rere, "nih, gelang busuk lo" lalu berjalan pergi meninggalkan Rere. Rere geram. Dia meluapkan semua amarahnya. "lo tuh punya sopan santun gak sih, hah? Apa orang tua lo gak ngajarin sopan santun? Atau orang tua lo males ngajarin lo, karena sifat lo yang tengil. Oh, pasti sih. Kalau gue punya anak, bentukkan kaya lo juga pasti males. Sama orang enggak dikenal aja enggak sopan, apalagi sama orangtua" oceh Rere.
Nada menghentikan langkahnya. Perkataan Rere membuatnya kesal. Dia berbalik lalu berjalan menuju Rere dengan segelas jus mangga yang kini ada di tangannya. Tanpa pikir panjang, Nada menyiramkan jus mangga itu tepat di wajah Rere. "kalau lo mau hina gue, terserah. Gue gak perduli. Tapi sekali lo menyinggung orangtua gue. lo mati, ngerti lo" ujarnya penuh amarah.
Rere terdiam, tubuhnya membeku. Matanya memerah dan mulai berlinang air mata. Dia berusaha menahan tangisnya. Asya yang bersamanya segera membawa Rere pergi dari kantin sebelum semua bertambah runyam.
***
Mereka sekarang berada di toilet. Rere membersihkan sisa-sisa jus mangga yang masih mengotori rambut dan seragamnya. "Bukannya aku mau bela Nada ya Re. Tapi, menurut gue lo juga salah" Ujar Asya. Rere menatap tajam Asya. Rere menghela napasnya panjang, menyenderkan tubuhnya di tembok. "Dia duluan sih. main-main sama aku, balikin kok gak niat" ujar Rere yang masih merasa kesal.
"Tapi, bukan berarti kamu harus bilang kaya tadi kan" Asya kini menatap Rere. Dia juga merasa kesal dengan temannya ini. "gini ya, Re, aku kasih tahu. Perkataan kamu tadi itu nyakitin dia. Nada enggak punya keluarga yang sempurna. Ayahnya pergi ninggalin dia waktu kecil, lalu ibunya juga nitipin dia ke panti asuhan, dan baru setelah umur 8 tahun, Nada diambil lagi sama ibunya, dan kamu tahu, setelah Nada balik lagi sama ibunya, ternyata ibunya udah nikah. Jadi, ya, wajar dong kalau Nada marah sama ucapan lo tadi."ujar Asya panjang lebar, sambil mengipaskan tangan ke wajahnya, "kok, malah jadi aku yang kesel sih, heran" ucapnya pada dirinya sendiri.
Rere terdiam, sekarang dia merasa bersalah. Mungkin, memang benar ucapan Asya, kalau Rere terlalu kasar dan enggak berfikir terlebih dulu tentang apa yang dia ucapkan.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
forgotten thoughts
Подростковая литератураCover cantik by bee graphic kami saling memandang. lima menit kami beradu mata tanpa sepatah kata yang terucap. saat itu aku ingin bilang padamu bahwa aku ingin bertahan. tapi semua aku tidak bisa dan hanya kata maaf yang bisa ku ucap. "Kenapa tak...