"Kak Eunwoo? Itu kak Eunwoo kan?"
Eunsang melihat Eunwoo di lorong rumah sakit dari kejauhan, ia seperti sedang kebingungan dan selalu mondar-mandir disana. Seperti ada yang ia resahkan.
"Aku samperin deh," Eunsang melangkahkan kakinya menghampiri Eunwoo, berniat ingin menepuk bahu Eunwoo saat Eunwoo sedang membelakanginya, tetapi Eunsang malah kaget ketika Eunwoo memutar dan menghadap ke arahnya.
"Eh? Eunsang? Ada apa?"
"Eumm... Aku sama papa dan bunda kesini setelah dengar berita kalau papa nya kak Eunwoo sama Junho—"
"Ah... Itu ya? Makasih ya sudah datang kesini sama papa dan bundamu,"
"Kakak gak perlu terima kasih kok, kak. Eumm... Turut berduka cita ya kak,"
Eunsang tersenyum kepada Eunwoo, ia tak ingin banyak bicara. Bukan apa-apa, tetapi Eunsang hanya takut ia salah bicara saja ketika dalam situasi berduka seperti ini.
"Kak, kalau boleh tau... Papa Hyungsik kenapa? Eumm... Maksud Eunsang, papa Hyungsik—"
"Papa ada penyakit jantung, sang. Papa selalu gak mau penyakitnya diketahui oleh Junho, karena Junho gampang khawatir. Papa begini, karena papa gak mau bikin keluarga khawatir karena kondisinya. Papa selalu bilang, kalau kita —maksudku mama, aku, dan Junho— tidak perlu mengkhawatirkannya, karena papa yakin kalau dia gak akan kenapa-kenapa."
Eunwoo terkekeh miris, ia mengurut pangkal hidungnya sambil sesekali ia hapus air matanya yang jatuh.
"Please, lo gak boleh nangis di depan Eunsang, woo. Gak boleh, oh ayo lah..." Eunwoo lagi-lagi menghapus air matanya yang jatuh, membuat Eunsang panik dan tak tau harus bagaimana.
"Kak... Maafin Eunsang, Eunsang gak bermaksud—"
"Kamu gak salah apa-apa, kenapa mesti minta maaf?"
Eunwoo kembali tersenyum, sepertinya ia sudah bisa mengendalikan dirinya seperti semula.
Keheningan membuat keduanya terasa canggung. Tetapi, Eunsang merasa seperti ada yang kurang. Ia tidak melihat Junho dari tadi.
"Junho kemana kak? Dia gak kesini?"
"Ah, Junho. Tadi dia izin untuk cari angin keluar rumah sakit, bilangnya mau ke danau belakang rumah sakit. Kamu bisa susul dia? Aku takut kalau Junho berbuat macam-macam sama dirinya sendiri, apalagi tadi dia gak pergi bareng Yunseong sama Minkyu karena mereka berdua lagi nenangin mama,"
"Bisa, kak. Tapi, kakak gak apa tunggu disini? Gak apa ku tinggal sendiri disini?"
"Ah.. gak apa kok, sang. Aku udah terbiasa sendiri." Eunwoo tertawa, mencoba mencairkan suasana. "Nanti juga Hyeop datang kesini, dia lagi diperjalanan soalnya," lanjutnya.
"Kalau begitu, aku susul Junho dulu ya,"
Eunsang pergi dari ruang tunggu, tetapi ia tersenyum kepada Eunwoo dulu sebelum ia pergi.
Eunsang pergi ke danau belakang rumah sakit. Ia tidak melihat seorang pun disana, hanya suara jangkrik yang terdengar menyeramkan jika ia sendirian disana.
"Kenapa... Serem ya?" Eunsang berjalan lagi untuk lebih dekat dengan pinggir danau, ia melirik ke kanan dan kiri, dan mendapati seseorang yang sedang duduk di pinggir danau sebelah kanan nya. Orang itu, Eunsang mengenalnya. Itu pacarnya, Cha Junho.
Eunsang menghampiri Junho, tetapi ia tidak berani untuk muncul secara tiba-tiba dan mengagetkan Junho. Itu tidak mungkin.
"Juno," Eunsang memanggil Junho dan mendekat kepada Junho. Yang dipanggil justru tidak merespon apapun, hanya terdiam dan memandang danau yang memantulkan sinar matahari sore.
"Eunsang boleh duduk disebelah Juno gak?" Eunsang meminta izin kepada Junho terlebih dulu. Junho hanya menengok, menatap Eunsang beberapa detik, lalu ia menepuk tempat kosong di sebelahnya. Mengizinkan Eunsang untuk duduk di sebelahnya.
"Juno... Turut berduka cita, ya. Eunsang tau, pasti Juno masih gak nyangka hal ini bakalan terjadi sama papa Hyungsik." Eunsang mencoba berbicara hati-hati, sungguh ia tidak ingin Junho-nya salah paham dengan perkataan nya.
Tidak ada balasan dari Junho, suara jangkrik memenuhi keheningan sore. Tetapi beberapa saat kemudian, Junho membuka suara.
"Sang?"
"Iya? Kenapa, jun?"
"Sekarang Junho anak yatim, papa pergi ninggalin Junho, apa Eunsang masih mau deket-deket sama Junho?"
"Juno bicara apa sih? Jangan ngomong gitu ah..."
Eunsang meneteskan air matanya, ia tidak menyangka bahwa Junho akan berbicara seperti itu.
"Itu kenyataan. Junho ditinggal pergi sama papa, bahkan Junho belum buat papa bangga sama anaknya ini. Anak yang pernah ia sebut tidak berguna, dan selalu menyusahkan. Harus papa ketahui, kalau omongan papa yang seperti itu emang awalnya menyakitkan, tetapi hal itu yang buat Junho semangat buat nunjukin ke papa kalau Junho gak seperti apa yang ia fikirkan."
Junho tersenyum miris, pandangan nya tidak cukup jelas karena air mata yang menghalangi matanya.
Eunsang mengangkat sebelah tangannya, dan mengusap pipi Junho yang basah karena air mata yang baru saja jatuh.
"Juno... Kapannya papa Hyungsik akan pergi untuk selamanya itu kita gak bakalan tau. Tapi, kita bisa mendoakan papa Hyungsik agar papa tenang disana. Eunsang tau kalau ini pasti sangat sakit, Juno pasti sangat sedih. Tapi Junho harus tetap kuat, papa Hyungsik pasti gak mau ngeliat anaknya sedih, nanti papa Hyungsik bakalan sedih juga dan gak tenang kalau dinangisin Juno begini..."
Eunsang tersenyum kepada Junho, mencoba membuat pacarnya tidak bersedih lagi. Senyuman Eunsang selalu membuat Junho ikut tersenyum, seperti saat ini.
"Juno harus coba mengikhlaskan kepergian papa ya? Dengan begitu, papa pasti akan tenang disana."
Eunsang memeluk Junho, pelukannya terasa hangat, Junho benar-benar sangat membutuhkan pelukan seperti ini disaat dirinya sedang jatuh. Ia perlu seseorang yang bisa membangunkannya ketika ia jatuh.
Junho menangis dalam pelukan Eunsang, sekarang Eunsang telah melupakan kejadian disekolah tadi, Eunsang benar-benar harus ada di samping Junho dan selalu menyemangati Junho, bukan?
"Jun, kembali ke rumah sakit yuk? Papa Hyungsik mau di makamkan hari ini kan?"
Eunsang menunduk, menatap Junho yang masih setia memeluk Eunsang sambil menangis. Eunsang menjadi tidak tega melihat Junho seperti ini.
"Jun... Kita—"
"Eunsang janji ya? Janji gak akan pergi disaat Junho kayak gini, disaat Junho gak punya siapa-siapa, disaat Junho sendirian, dan disaat Junho terpuruk. Eunsang janji ya jangan tinggalin Junho?"
"Juno tuh bicara apa sih? Junho masih punya Eunsang, masih punya kak Eunwoo, masih punya mama, masih punya teman-teman lainnya. Juno gak sendirian kok, di sekeliling Juno masih ada orang-orang yang sayang sama Juno dan selalu ada buat Juno, termasuk Eunsang."
Eunsang mengusap kepala Junho dengan lembut, sekarang Eunsang harusnya membawa Junho kembali ke rumah sakit sambil menunggu papanya Junho disemayamkan, tetapi Junho butuh dirinya. Junho perlu sandaran.
"Sekarang kita balik ke rumah sakit. Kak Eunwoo pasti khawatir sama Juno,"
Eunsang membantu Junho untuk berdiri, tetapi tangan Junho tetap memeluk pinggang Eunsang, Junho benar-benar tidak ingin Eunsang pergi.
Mereka berdua kembali ke rumah sakit sambil menunggu pemakaman, kerabat yang datang juga cukup banyak. Ada Jongsuk, Shin-hye, Young Ae, Hyeop, Yunseong, Minkyu, kedua orangtua Yunseong —Jaewook dan Minyoung— serta kedua orangtua Minkyu —Gong Yoo dan Tae Hae. Minhee dan Wonjin serta keluarga mereka sepertinya sedang dalam perjalanan.
Maaf kalau cerita ini gak sesuai ekspektasi atau terlalu membosankan buat kalian... 🙏
Makasih untuk vote dan comment nya, comment kalian bikin mood ku naik ekekekek^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Candu [Junsang+Hwangmini+Wonkyu]
Random❛❛Senyuman itu tetap sama. Ya, selalu sama ketika menatapnya dan merasakannya. Hangat, dan Candu.❞ Warn(!) • bxb area • non-baku