RM. 2

14 1 0
                                    

Tirani Relhy menghampiri Radja yang sudah masuk ke dalam kelas, cewek itu memang satu kelas dengan Radja. Itulah yang membuat Radja stres setelah ia pindah dari sekolah yang dahulu membuatnya tenang.

Cewek itu seketika duduk di sebelah Radja dan mengusir Hamid yang tadinya duduk bersama Radja.

Radja mulai merasa risi dengan Rani yang semakin ingin mendekat, Radja terus menghindar dengan cara mendempetkan tubuhnya ke dinding. Andai bisa tembus tembok!

"Rana, kamu kenapa sih," ucap Rani seraya merayap mendekati Radja. Rana adalah panggilan dari Rani untuk Radja.

"Apanya?" ketus Radja.

"Kita kan mau dijodohin, jadi kamu harus dekat sama calon tunangan kamu," ucap Rani lirih.

Kenapa harus sama Rani coba? Mama udah rabun atau gimana? Mentang-mentang Rani cantik, main jodohin aja sama gue! Gue bakal gagalin. Batin Radja yang semakin geli.

"Gitu?" sahut Radja singkat seraya bergidik geli.

"Ketus banget sih! Bentar lagi kita lulus, dan kita bakal tunangan!" Rani tidak menyerah.

"Gak!"

"Harus, udah takdir kalo kamu harus jadian, tunangan, jadi suami aku!"

"Masih lama!" ucap Hamid dan Darma serempak.

"Radja!" Rani semakin geram.

"Apa!" Hamid dan Darma semakin greget memancing kemarahan Rani.

"Diem lo pada!" Rani menatap Hamid dan Darma seperti psikopat yang siap mencekik.

Kedua orang itu meneguk ludahnya bersamaan, cewek itu memang seperti psikopat yang sedang menyamar menjadi siswi sok imut!

"Radja!" pancing Rani lagi.

"Hmmm!" deham Radja penuh penekanan.

"Liat gue dong!" Rani sudah hampir kehabisan bahan bakar kesabarannya.

Radja tidak menoleh sedikitpun ke arah cewek gila itu. Radja terus menghadap jendela dan melihat taman sekolah, yang setidaknya dapat membuatnya menahan rasa geli di sekujur tubuhnya.

"Nanti pulang bareng ya?" tanya Rani penuh harap.

"Gak!" jawab Radja dengan jawaban yang sudah disiapkan sebelumnya.

"Ihhh kenapa!" Rani menghentakkan kakinya.

"Gue pulang bareng pacar!" ketus Radja.

"Siapa?"

"Lo gak perlu tau!"

Rani beranjak dengan rasa kecewa yang menggumpal di dadanya.

"Clear?" tanya Hamid yang ingin kembali ke posisi semula.

"Hmmm," deham Radja memberi jawaban iya pada Hamid.

¤¤¤

"Rel!" panggil Melan pada cewek yang tengah duduk di sebelah kursinya.

Aurel Savahni. Panggil saja Urel. Ia menoleh ke arah sumber suara yang berada di ambang pintu kelas, Melan tersenyum bahagia pada Urel yang tengah terheran-heran padanya.

Seolah memberi rasa bahagia kepada Urel, cewek itu berjalan dari pintu kelas sampai menduduki kursinya dengan senyum yang terus merekah.

Melan duduk tepat di sebelah Urel, tanpa pikir panjang Urel langsung mengecek suhu tubuh Melan. Urel menempelkan pungguh tangannya di dahi Melan yang saat itu sedang mengernyit.

"Ok kok, tapi serasa sakit," ujar Urel. "Jiwa!" terusnya mengumpat.

"Sakit apa coba, gue sehat wal afiat, lo tau gak Rel?" ucap Melan penuh semangat.

Radja's MelanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang