Mereka pun terus berpelukan, sampai akhirnya sang ibu meninggalkan anak malang itu. Terdengar desah tangisan, dan hembusan nafas lega dari bibir anak kecil itu, ibunya pun menoleh, dan membalas dengan tarikan garis lengkung dari bibir manisnya. Hingga waktunya tiba, mentari mulai tenggelam, dan arah jarum jam segera menunjukkan angka enam sore, aku menunggu di sofa tempat kita bercanda dulu, namun ibu tak kunjung datang, sampai akhirnya aku tertidur, masih tepat di sofa itu, Aku terbangun di pagi itu, aku lihat ibu masih di sampingku, dia tersenyum dan memeluk hangat tubuh kecilku ini, Aku lega, ternyata ibu masih dengan keadaan baik-baik saja. Hingga waktu menarik ibu kembali untuk menjalankan tugasnya. Hari itu, ibu terlihat sangat terburu-buru, dan menurutku ini sudah lewat dari biasanya, iya, benar, ibu kesiangan.
"Nak bangun, ibu berangkat ya, sarapan mu ada di atas meja" Jeritan ibu yang sudah berjalan untuk bergegas pergi.
Dari nadanya aku tau, ibu sudah terlambat hari ini, jeritannya memanggilku untuk kembali memeluknya, namun, hari itu, hari yang sangat menyebalkan bagiku, jangankan untuk memeluknya, berbincang pun aku tak sempat dengannya. Waktu terus berjalan, hingga akhirnya waktu menunjukkan jam 5 sore, dan semuanya masih terasa sepi sekarang, sampai akhirnya, "tok...tok..tok" seperti ada yang mengetuk pintu. Rasanya bahagia sekali, akhirnya ibu pulang lebih awal hari ini. Aku bergegas untuk membuka pintu kayu itu, saat aku buka, ternyata itu bukan ibu, melainkan ayah, "untuk apa dia kembali?" Pikirku dan masih memegang gagang pintu kayu itu.
"Apa ayah boleh masuk?" Tanya ayah kepadaku.
Aku pun masih termenung dan aku menjawab pertanyaan ayah dengan menganggukkan kepalaku saja. Ayah pun masuk, ayah bertanya banyak padaku,dari aku kelas berapa, sampai ayah akhirnya bertanya, "Nak, apa kamu betah terus seperti ini? Apa kau tak pernah terpikir untuk meninggalkan ibu, lalu tinggal bersama ayah dan Kak Dinda?"
Tak ragu, aku pun menjawab, "Aku memang belum cukup dewasa untuk tau urusanmu dengan ibu, dan aku tak tau pasti kenapa kau meninggalkan kami dihari itu, yang aku tau, kau memang selalu salahkan ibu untuk hal apapun. Yahh... Kami masih kecil untuk tau permasalahan mu dengan ibu, kau ingat? Akhir dari bentak mu kepada ibu? Yaa.. benar, luka lebam hantaman keras pada bagian wajah ibu berada tepat pada mata ibu. Kau membuat ibu terus menangis, sampai akhirnya Kak Dinda harus terpisah denganku sekarang, semua karna egois mu yah. Aku tak akan pernah berpikir untuk meninggalkan ibu, dan aku tak pernah berpikir sendiri, karna aku masih punya ibu yang selalu bersamaku" Jawabku sambil menatap matanya.
.
.
.
𝐓𝐡𝐱 𝐮 𝐫𝐞𝐚𝐝𝐞𝐫'𝐬😻
𝐌𝐚𝐤𝐚𝐬𝐢 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐮𝐝𝐚𝐡 𝐧𝐲𝐢𝐦𝐚𝐤 𝐜𝐞𝐫𝐢𝐭𝐚𝐧𝐲𝐚𝐚, 𝐣𝐚𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐛𝐮𝐚𝐭 𝐭𝐞𝐫𝐮𝐬 𝐭𝐢𝐧𝐠𝐠𝐚𝐥𝐤𝐚𝐧𝐧 𝐣𝐞𝐣𝐚𝐤 𝐝𝐢 𝐬𝐞𝐭𝐢𝐚𝐩 𝐜𝐡𝐚𝐩𝐭𝐞𝐫𝐧𝐲𝐚🌟
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐏𝐮𝐭𝐫𝐢 𝐊𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐈𝐛𝐮
NouvellesKisah ini menceritakan gadis malang yang bernama putri, ia sudah lama berpisah dengan ayah serta kakaknya, ia pun harus tinggal bersama ibunya. Hari harinya terasa tak pernah asing baginyaa, ya, benar, walaupun sepi, ia tidak pernah merasa sendiri...