Ayah adalah Bapak, begitu aku memanggilnya. Bapak adalah seseorang yang tegas, berwibawa dan gigih. Nama lengkap bapak yaitu Sugino. Beliau lahir pada tanggal 04 November 1965 di Sukoharjo, sebuah kota kecil namun asri yang terletak di Solo, Jawa Tengah. Beliau merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Ayah beliau bernama Gito Wiyono, seorang pedagang bakso. Sedangkan, ibu beliau bernama Daliyem, seorang pedagang jamu gendong. Meskipun bukan berasal dari kalangan berada, namun beliau memiliki semangat yang tinggi terutama dalam hal pendidikan.
Sejak kecil, beliau terbiasa hidup mandiri dikarenakan orang tua yang pergi merantau. Beliau tinggal bersama kedua saudaranya dan seorang nenek di sebuah gubuk kecil di desa pelosok yang bernama Gembuk. Beliau menghabiskan masa kecilnya dengan belajar dan membantu tetangga ataupun saudara di ladang. Setelah lulus SMP, beliau melanjutkan studinya di SPG (Sekolah Pendidikan Guru) Sukoharjo dengan baik. Setelah lulus SMA pada tahun 1985, beliau berniat untuk berkuliah dengan alasan pendidikan merupakan cara untuk memperbaiki perekonomian keluarganya pada saat itu. Namun, niatnya terhalang biaya. Ibu beliau tidak mampu untuk membiayai kuliah yang saat itu terasa mahal. Terlebih, ibu beliau single parent setelah ditinggal suaminya yang menikah dengan istri baru. Penghasilan ibunya yang pas-pasan hanya cukup untuk membiayai kehidupan sehari-hari.
Mendengar pernyataan tersebut tidak membuat semangatnya luntur. Beliau tetap bercita-cita untuk berkuliah apapun caranya. Mendengar ayahnya yang sukses berjualan bakso, Beliau memutuskan untuk pergi ke Medan, walaupun pada awalnya sempat mendapat penolakan dari ibu dan neneknya, beliau tetap pergi untuk mengejar cita-citanya. Pada tahun 1985, beliau sampai di Medan dan berkuliah di Universitas Islam Sumatera Utara dengan mengambil jurusan Pendidikan IPS program studi Sejarah. Kehidupannya di Medan tidaklah mudah. Beliau sering mendapatkan perlakuan tidak adil dari ibu dan saudara tirinya, seperti mendapatkan barang-barang yang sudah tidak layak pakai dan makan dengan nasi basi. Masih banyak perlakuan lain yang dilakukan oleh ibu tirinya itu. Namun, beliau tidak pernah ambil pusing karena fokusnya saat itu hanyalah kuliah dan segera menyelesaikannya. Selain berkuliah, beliau banyak mengambil pekerjaan sampingan untuk menambah kebutuhannya saat itu, mulai dari sales sebuah sepatu sampai Guru SMA pernah beliau lakukan. Pada tahun 1985, beliau mengajar di sebuah SD Abdi Sukma, Medan selama dua tahun. Ditahun 1987, beliau mengajar di sebuah SMP AINA, Medan sebagai guru IPS selama enam tahun dan tahun 1992 beliau mengajar mata pelajaran sejarah di MA (Madrasah Aliyah) Swasta Amaliyah, Medan. Disela waktu senggangnya, beliau membantu ayahnya berjualan bakso di depan rumah. Penghasilan ayahnya pada saat itu terbilang besar dan menjadi salah satu pedagang bakso yang sukses di lingkungan tersebut. Bapak merupakan sosok yang aktif berorganisasi dan banyak mengikuti berbagai kegiatan kampus. Beliau bahkan pernah menjadi aktifis yang ikut menggulingkan rektor pada saat itu. Selama beliau merantau di Medan, beliau tercatat pernah menjadi anggota IMAJASU (Ikatan Mahasiswa Jawa Sumatera Utara), Badan Koordinasi Pemuda Muslimin Indonesia dan berbagai organisasi lainnya. Beliau terkenal humble dan mempunyai teman dari berbagai kalangan mulai dari preman hingga politikus pun pernah ia ajak berbicara. Karena kegiatannya tersebut, beliau terlambat dalam menyelesaikan studinya menjadi tujuh tahun. Namun, beliau tetap semangat dan pantang menyerah.
Bapak sangat gemar membaca, segala jenis buku beliau baca. Karena itulah, wawasannya luas. Salah satu motivasi beliau gemar membaca yaitu seseorang yang pernah mengejeknya karena berkuliah di Sumatera sedangkan banyak universitas yang lebih baik berada di pulau Jawa. Bapak pun termotivasi dan ingin menunjukkan bahwa lulusan universitas Sumatera pun juga mampu bersaing dengan univ-univ yang berada di Jawa. Suka duka telah beliau jalani selama menempuh pendidikan di Medan. Tahun 1992 pun beliau lulus dan mendapatkan gelar Doktorandus (Drs.). Setahun setelah lulus, beliau memutuskan untuk kembali ke kampung halamannya, namun karena sulitnya mencari pekerjaan disana, beliau hanya bertahan selama setahun dan memutuskan untuk merantau ke Jakarta pada tahun 1994.
Hanya bermodal selembar ijasah beliau nekat untuk merantau ke Jakarta. Hidup di Jakarta tentulah tidak mudah, berbagai macam sekolah telah beliau datangi untuk melamar pekerjaan. Beliau tinggal bersama ibu dan kakaknya di kontrakan petak di daerah Condet, Jakarta Timur. Kerasnya Jakarta tidak membuat semangatnya pudar untuk mendapatkan pekerjaan, Bahkan beliau ikut membantu ibunya berjualan jamu sembari mencari lowongan pekerjaan. Berkat kegigihannya, pada tahun 1994, beliau mengajar di sebuah SMP Islam Al-Hawi Jakarta. Setelah diterima mengajar tidak serta merta membuat beliau berpuas diri. Beliau mengajar di tiga tempat berbeda untuk mengisi waktu luangnya.
Pada tahun 1995, beliau mengajar di MAN 6 Jakarta sebagai guru pengganti mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Setelah dua tahun mengajar disana, beliau ditetapkan menjadi guru tetap honorer dan mengajar mata pelajaran Sejarah pada saat itu. Beliau masih tetap mengajar di tiga tempat yang berbeda. Tahun 1996 beliau mengajar di SMP N 263 Jakarta dan disanalah beliau dijodohkan oleh ibu saya. Cerita percintaan ibu dan bapak saya bermula saat bapak dipanggil kepala sekolah dan dikenalkan oleh ibu saya. Sejak saat itu, beliau sering mengunjungi ibu saya dan mereka pun memutuskan menikah di tahun 1997. Keadaan ekonomi orang tua saya saat itu belum stabil. Bapak hanya seorang guru honorer dan ibu pegawai Pemda DKI. Namun, berkat usaha dan doa yang beliau lakukan, ditahun 2004 beliau diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan setelah itu ekonomi keluarga pun berangsur-angsur membaik.
Bapak sangat berdedikasi tinggi dalam mengajar. Beliau tak pernah lelah untuk mengajar di berbagai tempat karena menurutnya itulah passion beliau. Di MAN 6 Jakarta pun, beliau tidak hanya mengajar namun aktif dalam berbagai kegiatan siswa sehingga beliau dipercaya menjabat sebagai Wakil Kepala Sekolah bid. Kesiswaan dari tahun 2008 hingga 2017. Diluar mengajar, beliau juga aktif mengikuti organisasi seperti AGSI (Asosiasi Guru Sejarah Indonesia). Sudah 10 tahun lebih, beliau mengabdikan dirinya menjadi guru. Berbagai rintangan dan hambatan telah beliau lalui. Namun, hal tersebut tidak lantas membuatnya berbangga diri. Beliau tetap haus akan ilmu dan tetap ingin mengembangkan diri. Terbukti di tahun 2015, beliau melanjutkan studi pascasarjana di Universitas Respati Indonesia dengan jurusan Ilmu Administrasi Niaga dan lulus dengan predikat cumlaude.
Ditengah kesibukan beliau mengajar dan aktif di berbagai organisasi, tidak membuat beliau lupa akan keluarga. Beliau sering menyempatkan waktu untuk anak-anaknya. Beliau juga sering menanamkan kepada kami untuk selalu berperilaku santun dimanapun kami berada. Bahwasanya, kepintaran tidaklah cukup dan harus diimbangi dengan etika. Banyak sekali nasihat-nasihat yang beliau berikan dan berguna untuk kami. Beliau tidak henti-hentinya untuk memotivasi anak-anaknya untuk terus mengembangkan diri dan menuntut ilmu setinggi mungkin, berharap kedua anaknya bisa jauh lebih baik darinya.
Menurut saya, Bapak merupakan sosok yang hebat dan tangguh, ditengah keterbatasan ekonomi, beliau tetap mampu membuktikan bahwa tidak ada yang tidak mungkin jika kita tetap berusaha. Diluar sana banyak kisah inspirasional lain dan terdapat banyak kisah seseorang yang jauh lebih sukses dibandingkan dengan beliau. Namun, beliau tetap motivator terbaik bagi saya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motivator Terbaik
Non-FictionSebuah biografi sederhana tentang seseorang yang berharga dalam hidup saya. Biografi ini dibuat untuk memenuhi Ujian Akhir Semester Penulisan Kreatif - Bahasa dan Sastra Prancis, Universitas Brawijaya. Indah Pujiastuti 175110301111008