Bag 38 (Cepu)

354 28 0
                                    

"Kenapa dulu pergi..." Dara berucap dalam isak tangisnya yang belum reda.

"Sssh.. Di, tenang dulu." Ivan berkata pelan seraya menguatkan batin gadis dalam peluknya. Lalu menutupkan pintu rumah agar terhindar dari perhatian para tamu di dalam sana.

Dengan ibu jarinya, ia menghapus sisa air mata di wajah Dara. Menatap lagi wajah itu dengan sungguh-sungguh. "Sebenarnya dulu aku gak ada niat buat selingkuh. Seminggu setelah itu aku ada niatan balik lagi nemuin kamu. Tapi ada satu hal yang bikin aku bingung buat lanjutin hubungan kita."

Di dalam rumah, seluruh keluarga dan kerabat dari pihak Saras tampak memandang sinis pada Ivan yang baru saja menutupkan pintu rumah untuk berduaan dengan perempuan lain di luar sana. "Ivan kenapa malah sama dia?!"

"Udah, gak apa-apa. Biar Ivan bicarain dulu masalahnya." Saras mencoba bersikap santai ketika memberikan kesempatan pada sang tunangan untuk menyelesaikan urusannya. Lalu berjalan mendekati jendela untuk melihat apa yang mereka berdua lakukan di luar rumah. Sang ibu yang semula duduk menemani pun menghampiri Saras dan turut melihat ke luar jendela.

Sementara di luar sana, Dara masih meluapkan amarah pada sosok yang semakin membuat hatinya hancur berkeping-keping. "Bingung apa, hah?! Bingung buat milih yang bisa nemenin karir atau nemenin tidur?!"

Ivan terhentak mendengar nada bicaranya yang tinggi. Menengok lagi ke arah rumah dan kembali menatap sang mantan kekasih. "Bukan gitu. Saras udah cerita semuanya sama aku. Kalau... maaf. Kamu ada kecenderungan suka sesama jenis."

Kedua mata yang sudah memerah itu semakin membuka lebar menatap Ivan. "Alasannya gak masuk akal. Terus buat apa dulu aku nungguin kamu lulus kuliah biar bisa nikahin aku? Selama kita pacaran, aku bahkan gak pernah genit sama siapapun apalagi selingkuh."

"Kamu emang berhak nentuin keputusan, aku juga berhak milih! Sekali lagi, maaf. Waktu kamu teleponan sama Saras, dan cerita kalau kamu punya pacar cewek di Jakarta, aku lagi sama Saras. Aku denger semuanya. Dari sana keputusan aku buat gak jadi nemuin kamu."

Matanya melirik sinis ke jendela rumah melihat samar-samar sosok Saras yang mengintip di balik sana, lalu kembali melihat nanar wajah lelaki di hadapannya. Bibirnya tersenyum menahan pilu. "Iya, aku emang Bi, tapi itu terjadi setelah kamu pergi. Ternyata Saras lebih cepu dari yang aku kira. Kalian berdua sama aja. Selamat ya buat pertunangannya. Semoga langgeng."

Dara melengos pergi membawa semua kenyataan pahit yang harus ia terima. Dari jarak sana, Ivan hanya berdiri terdiam melihat seorang perempuan menyalakan mesin sepeda motor bersiap meninggalkannya semakin jauh.

Mesin berderu kala skuter matik melaju menyusuri jalanan kota. Embusan angin malam menerpa wajah, namun bulir air masih mengalir membasahi pipi. Linangan air mata membuat pandangan fokusnya pada jalanan menjadi terganggu. Ia tidak melihat lampu merah yang baru saja menyala di dekat perempatan jalan. Sebuah mobil yang sedang mendapatkan lampu hijau melaju kencang di samping kanannya.

Sontak Dara terkejut kala perhatiannya baru tersadarkan. Segera ia menarik pedal rem dan memundurkan sepeda motornya hingga garis batas pemberhentian. Napasnya menjadi berat mengingat dirinya baru saja nyaris menerobos lampu merah di perempatan jalan. Sekaligus merasa lega setelah terselamatkan dari maut. Batin yang kacau sangat mengganggu perjalanan pulang di malam ini.

Ternyata Tuhan masih memberi kesempatan untuk selamat sampai tujuan. Tiba di depan sebuah ruko, Pak Monang duduk di kursi yang selalu diletakan di depan rolling door bengkel. Pria paruh baya itu menyambutnya dengan tatapan sinis penuh curiga.

"Nadi! dari mana aja kau?"

"Ke rumah Saras sebentar. Ada urusan mendadak."

"Kau ini. Lain kali kalau mau keluar malam jangan sendirian! Sekarang lagi banyak begal. Minta Ucok buat temenin kau."

"Iya, iya. Tadi cuma sebentar ini lah, Pak," ujarnya sambil melepas helm.

Semakin jelas terlihat kedua mata Dara yang sembab dengan wajah yang memerah bengkak. Sang ayah mengernyitkan alis menatapnya penuh tanya. "Eh, kau kenapa itu macam sudah nangis?"

"Oh ini? Tadi aku lupa nutup kaca helm jadi perih deh. Aku ke dalem duluan ya Pak, mau tidur. " Lalu berjalan cepat ke dalam rumah dan menaiki tangga tak sabar memasuki kamar.

Saat tiba di dalam kamar, ia mengoperasikan ponsel melihat sesuatu yang masih tersimpan. Dibukanya kumpulan berkas foto lama yang terkadang masih ia kenang. Puluhan potret kemesraan masa lalu bersama lelaki yang pernah mengisi hari-harinya.

Dara menyeringai remeh ketika melihat lagi kenangan saat dirinya berfoto bertiga bersama Ivan dan Saras. Ternyata gadis konyol bertubuh mungil itu lebih bisa menghibur lelaki yang pernah ia cintai.

Kembali ke menu berkas foto. Seketika ujung ibu jarinya menyentuh ikon tong sampah dan menghapus semua kenangan manis yang terabadikan secara digital lewat foto dan video. Seluruh tubuhnya kembali terasa lemas. Langsung saja ia menjatuhkan diri tertelungkup di atas tempat tidur. Menempelkan wajah pada bantalnya untuk menyerap semua air mata yang mengalir.

***

📞

Halo, Yan, temen-temen kita ada yang ketangkep kemaren. Itu siapa yang ngasih tahu polisi kalau kita sering nongkrong di sana?

Ya mana aing tau lah. Mungkin ada anak yang udah ketangkep duluan sebelum penggerebekan kemaren. Otomatis dia bocorin di mana rumah itu ke polisi.

Emang siapa aja yang udah ketangkep duluan?

Itu, yang sempat diberitain media. Anak band Bridge. Kalau gak salah namanya Aris. Dia pelanggan barang kita, pernah nongkrong juga di sana.

Duh, anak band apa lagi itu? Brid apa itu nama band-nya?

Bridge, B R I D G E. Aing kurang tahu juga itu band dari mana.

B*ngsat juga tuh anak. Awas aja kalau dia udah keluar tahanan. Makasih, Yan.

Rio menutup panggilan telepon untuk beralih membuka internet memeriksa berita terkini tentang penangkapan kasus narkoba di Jawa Barat. Satu per satu ia membaca semua artikel berita yang muncul sesuai kata kunci yang diketik di mesin pencari. Mencari informasi tentang sosok yang telah membocorkan salah satu tempat transaksi obat-obatan terlarang.

Melihat salah satu artikel, rasa penasarannya semakin bertambah tentang siapa sosok anak muda bernama Aris yang telah tertangkap sebulan yang lalu saat perjalanan pulang dari Yogyakarta menuju Kota Bandung. Memang benar, dalam keterangan berita, tertulis bahwa pria berinisial AR adalah salah satu personel band indie rock di Kota Bandung.

Seperti yang telah disampaikan temannya melalui perbincangan telepon tadi, Rio mencoba mencari tahu bagaimana latar belakang sebuah kelompok musik bernama Bridge. Ketika menulis kata kunci "Bridge Band" dari mesin pencari di internet, muncul gambar logo Bridge band dan kumpulan foto para anggotanya.

Ketika mengklik salah satu foto yang menampilkan 4 orang personelnya, tampak ada salah satu dari mereka yang wajahnya tidak asing. Ia merasa pernah melihat salah satu dari dua anggota perempuan yang ada meski belum pernah bertemu dengannya. Rio menyentuh dagu mencoba menggali lagi sosok itu dari ingatannya.

Next Chapter 🔽

About D ( Her Secret ) ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang