Part 10

47 12 0
                                    

Dinda menatap tiga orang di depannya sekarang kikuk. Saat ini Sandi dan dua keponakannya sedang menatap Dinda datar.

Ya Allah, gak Sandi, gak keponakannya, muka tembok semua, tapi gak papa, pasti mereka orangnya seru untuk di ajak gelud, eh salah, bercanda maksudnya.
Batin Dinda.

"Tante Dinda udah lama temenan sama Om Sandi?" Pertanyaan dari Aldi membuat Dinda tersentak dan langsung tersenyum.

"Eh iya" ujar Dinda kaku.

"Santai aja tan, harusnya yang grogi itu kita, bukan tante. Kan yang jadi tamu kita, bukan tante" ujar Echa santai. Sandi terkekeh mendengar penuturan Echa.

"Eh iya ya, yaudah Cha kita langsung aja yuk" Echa mengangguk dan mengikuti Dinda ke ruang konsultasi.

Setelah menunggu lama, akhirnya Echa keluar dengan Dinda di belakangnya. Aldi melihat wajah Echa yang lebih terlihat berseri dari sebelumnya.

"Gimana Cha?" Echa hanya tersenyum mendengar pertanyaan Sandi.

"Yah gitu dehh" ujar Echa semangat. "Yuk pulang" Aldi hendak beranjak dari tempat duduknya, namun di cegah oleh Sandi.

"Yee ntar dulu lah, kita ngobrol dulu sama tante Dinda" ujar Sandi memohon. Aldi mendengus. "Kita tunggu di luar aja ya" ujar Aldi sambil menarik Echa. "Kita tuh males ganggu omm!!" Teriak Echa dan Aldi bersamaan. Dinda hanya terkekeh dan menatap Sandi yang tersenyum kikuk.

Aldi dan Echa pun berjalan keluar dan memutuskan untuk duduk di teras.

"Ngapain aja lo di rumah Tama Cha?" Tanya Aldi memulai percakapan. "Yahh gitu deh, temenin tante Ratih nonton Drakok" ujar Echa sambil terkekeh.

"Ciee nonton bareng calon mertua nih ceritanya?" Goda Aldi. "Apaan sih, calon mertua segala" ujar Echa sambil mengalihkan pandangannya.

"Cieee, udah lo-"

"Assalamualaikum tantee, Ragan minta makanan dong, mama lagi ngambek karena kucingnya Ragan kasih makan kangkung, jadi mama marah sama Ragan, terus gak mau nyisain makanan buat Ragan!!" teriak seorang laki-laki di halaman rumah dan berjalan menuju ke rumah Dinda.

"Assalamualaikum" ucap Ragan sekali lagi dan terkejut meliha Echa dan Aldi yang juga menatapnya kaget.

"Lo ngapain disini?" Tanya Aldi sinis. "Lah yang harusnya nanya itu gue! Lo ngapain disini? Ama bini gue lagi" ujar Ragan kesal.
"Bini pala lu!" Ujar Echa dan Aldi bersamaan. Ragan mendengus.

"Ohh bagus ya lo, merica, kemaren lo sama komandan Kacang polong itu, lah sekarang lo sama Aldi, sahabat  Tama lagi!" Ujar Ragan. Aldi tersentak.

"Gue Echa" ujar Echa kesal. "Ahk bodo amat sama nama lo, lo uler juga ya jadi cewek" ujar Ragan menghina.

"Eh jaga ya mulut lo!!" Teriak Aldi. "Emang bener kan kenyataannya" Ragan merogoh sakunya dan langsung mengambil foto Aldi yang sedang berdiri di samping Echa.

"Untuk bukti ke Tama. Gini-gini gue juga baik, gue paling gak suka lihat orang di khianatin kayak gini" ujar Ragan datar.

"Kalo lo gak tahu kebenarannya, mending lo diem deh!" ujar Echa kesal. "Diem gimana, bukti udah ada di depan mata, lo tanpa bersalah jalan sama cowok lain, mana harga diri lo!" Teriak Ragan.

"Echa gak serendah itu Anjing!" Aldi langsung memukul Ragan dengan emosi.

"Aldi!!" Teriak Echa khawatir. Gadis itu langsung menarik Aldi agar berhenti menghajar Ragan. Mendengar suara keributan di luar, Sandi dan Dinda pun memutuskan untuk keluar.

"Ya Allah Ragan!" Dinda terkejut melihat keponakannya yang sedang meringis kesakitan.

"Yuk pulang" ujar Echa mengajak Aldi pulang. "Gue harus jelasin sama dia, kalo kita itu sepupu" ujar Aldi sambil berbisik. "Gak, gue gak mau status gue kebongkar" ujar Echa. Aldi hanya mengangguk.

MATCHA : Luka Dari Masa Lalu.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang