4

42 6 0
                                    

Biar aku menaungimu tanpa kau tahu. Hingga saat langit kembali cerah, kau pergi padanya dan melupakan aku. Lagi.

Bu Sri mengambil microphone dan melanjutkan memanggil kandidat selanjutnya.

"Kandidat no. 2 Rama Ghifari dan Rama M. Najib dari kelas 8.8. Kepada yang bersangkutan silahkan naik ke atas panggung".

"Siap?"

"Emang boleh kalo sekarang ana bilang enggak siap?" jawab Ubed.

"Yaa, enggak boleh sih."

"Yaudah."

Rama merapihkan jas OSIS miliknya. Begitu pun Ubed yang memastikan peci hitamnya tidak miring. Keduanya mulai menaiki panggung. Diikuti sorak para siswa dan gemuruh tepuk tangan mereka.

Ubed melempar senyum kepada kandidat 1. Rasanya sama sekali bukan rival, tapi rekan yang saling menguatkan. Della dan Septi mengepalkan tangan kanan mereka. Tanda memberi semangat kepada kandidat 2. Rama ikut tersenyum melihat persaingan sehat itu.

...

"Bil?" bisik Amanda

"Hm? Sstt ah, jangan ngajak ngobrol. Nanti kalo aku salah milih ketua OSIS, runtuh masa depan sekolah ini."

"Lebay!"

Ia menjawabnya dengan menatap sinis.

"Kok ada ya bil orang yang mau jadi pusat perhatian gitu. Emang dia enggak risih ya diliatin banyak orang?"

Abil terlihat memperhatikan sesi orasi dari tiap kandidat dengan serius.

"Bil ih!"

"Eh, apa?"

"Enggak, enggak jadi. Lupain aja."

"Yaudah. Ssttt jangan ganggu." katanya sambil menaruh jari telunjuk didepan bibirnya.

Kenapa Abil bisa se-tertarik itu sama acara beginian? Ini aku yang enggak normal apa gimana?

...

Dari mulai perkenalan, orasi, tanya jawab dan pencoblosan, semuanya terlaksana dengan lancar. Setiap kandidat memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Yang tentunya bisa disiasati agar semuanya saling melengkapi.

Acara dilanjutkan dengan pentas seni dari OSIS kelas 9. Mereka diberi waktu untuk mengadakan acara terakhir sebelum menjadi demisioner di organisasi yang telah memberi mereka banyak pengalaman dalam satu tahun ke belakang itu. Dengan catatan, penghitungan suara juga bisa selesai sebelum istirahat pertama. Jadi beberapa panitia bisa melakukan penghitungan suara di ruang OSIS sambil panitia yang lain menggelar pensi di lapang serbaguna. Agar tidak rebutan, mereka memutuskan agar para panitia bergiliran dalam kedua acara tersebut.

...

"Man"
"Manda!"

"Apa?!" jawabnya ketus.

"Jalannya pelan-pelan dong. Tadi aku lagi ikut nyanyi-nyanyi di pensi, tangan aku ditarik, ngajak ke kelas. Giliran sekarang malah ninggalin." protes Abil kesal.

"Yaudah maaf atuh. Aku enggak suka ada di keramaian gitu tuh. Berisik, risih aja bawaannya. Makanya pengen ke kelas duluan."

"Aneh banget sih. Orang mah asyik nonton band. Ini malah pengen ke kelas. Mau ngapain sih di kelas?"

"Bentar lagi juga pensinya beres, bil. Nanti semua orang bakal desak-desakan di tangga. Mending sekarang mumpung masih sepi. Lagian dari kelas juga suara yang pensi mah masih kedengeran."

Abil menepuk dahinya. Tak habis pikir kenapa diantara semua orang di sekolah, ia harus berteman dengan si aneh ini.

Amanda menarik tangan Abil dengan kasar dan berjalan menuntunnya menuju kelas.

GriyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang