2

2.3K 206 6
                                    

Kesalahan Liu Qu

13/05/20
12:16 pm
~~~

Meja disusun begitu rapi membentuk huruf "n". Para pangeran duduk di sisi kanan dan kiri sementara Kaisar dan Permaisuri di duduk diantara mereka.

Pelayan berbaris masuk membawa makanan. Mereka menghidangkannya pada masing-masing pangeran, Kaisar dan juga permaisuri. Yin Wei memberitahukan hidangan apa yang mereka miliki malam ini.

Pelayan yang berdiri di belakang masing-masing pangeran, membuka penutup makanan. Makanan terlihat. Para pangeran langsung tercengang. Liur mereka menetes tanpa sadar.

"Wah... Ini terlihat enak." Kaisar memuji.

"Segala sesuatu tidak bisa dinilai dari sampulnya, kan?" Pangeran ke-9 menyeletuk.

Yin Wei melihat Pangeran Kesembilan. Malam ini dia terlihat rapi daripada pertama kali melihatnya. Kulit gelapnya terlihat bersih. Tapi wajah angkuhnya masih tetap sama. Dia terlihat sekali sedang meremehkan Yin Wei.

"Mari kita buktikan. Apakah makanan ini seenak tampilannya." Kaisar menjawab.

"Silakan dinikmati, Yang Mulia."

Kaisar dan anak-anaknya mengambil sumpit dan mulai mencicipi hidangan. Wajah mereka berubah ketika makanan itu masuk ke mulut mereka.

"Wah.... Ini enak sekali. Aku belum pernah makan makanan seenak ini." Pangeran ke-10 berteriak.

"Pangeran Kesepuluh terlalu memuji." Yin Wei membungkuk senang.

"Ini benar. Makanannya sungguh enak."

"Iya. Kau memang berbakat, Yin Wei." Kaisar menguyah sambil mengangguk-angguk.

"Saya hanya melakukan kewajiban saya. Jangan terlalu banyak memuji. Lagipula, makanan ini juru masak yang memasaknya. Saya hanya mengawasi."

"Kau hanya mengawasi, masakannya sudah enak. Apalagi kalau kau yang memasaknya." Pangeran ke-10 berujar riang. Suasana hatinya menjadi sangat baik setelah makan.

Yin Wei tersenyum. Diam-diam dia melirik Pangeran ke-9. Pria itu makan dengan lahap. Dia senang semuanya menyukai hidangannya.

Saatnya minum teh. Para pelayan yang berdiri di belakang para pengeran, mulai melakukan tugas mereka. Yin Wei sudah melatih mereka, jadi hasilnya harus memuaskan.

Yin Wei melirik Liu Qu. Dia berdiri di belakang Pangeran ke-9. Dia masih belum bergerak. Yin Wei memberi isyarat agar Liu Qu segera melakukan tugasnya. Tapi gadis itu menggeleng. Dia terlihat gugup. Ia telah mendapat kesialan. Kenapa ia harus kebagian melayani Pangeran ke-9.

Yin Wei terus mendesak. Semua pangeran telah menikmati teh mereka. Bahkan Kaisar dan permaisuri sudah. Tinggal Pangeran ke-9 yang belum. Apa Liu Qu mau mendapat masalah?

Liu Qu terpaksa menuruti Yin Wei. Dia sudah belajar begitu lama dalam menuang teh. Tapi tetap saja ia gugup jika harus menuang teh untuk Pangeran ke-9.

Tangan Liu Qu mengambil teko dengan tangan bergetar. Dia terlalu menggetar hingga menjatuhkan teko yang panas itu.

"Apa Yang kau lakukan!" Pangeran ke-9 berteriak. Mejanya basah. Sebagian bajunya juga. Dia juga mendapat rasa panas di lengannya.

"Maafkan saya Yang Mulia." Liu Qu segera berlutut. Dia menangis. Tubuhnya menggetar. Ia benar-benar ketakutan sekarang. Membayangkan hukuman apa yang akan ia terima.

Yin Wei segera menghampiri Liu Qu. Dia membantunya berdiri.

"Maaf Yang Mulia, Liu Qu sepertinya sedang sakit. Saya tidak terlalu peka dan memaksanya bekerja." Yin Wei meminta maaf. "Saya mohon Yang Mulia memaafkannya dan mengizinkannya istirahat. Biarkan saya melayani Anda."

"Ya, biarkan dia istirahat. Dia terlihat pucat." Kaisar menyahut. Dia kasihan melihat Liu Qu yang menggigil.

"Terimakasih Yang Mulia." Yin Wei membungkukkan kepalanya. Dia kemudian berbisik pada Liu Qu. "Istirahatlah. Biar aku yang membereskan ini."

"Terima kasih...." Liu Qu kemudian pergi dengan langkah menggetar.

"Yan' er, duduklah kembali. Hari ini acaramu. Kau harus mengendalikan emosimu." Kaisar menegur putranya yang sudah emosi.

"Benar kak, kau harus bahagia. Yin Wei melayanimu. Dia penuang teh yang baik."

Pangeran ke-9 melirik Yin Wei kemudian kembali duduk.

Yin Wei menyuruh beberapa pelayan untuk membawa meja dan hidangan baru untuk Pangeran ke-9. Setelah meja yang berantakan itu berganti dengan yang baru, dia menuangkan teh untuk Pangeran ke-9. Dia begitu profesional. Tidak ada satu titik airpun yang keluar dari gelas. Kaisar sampai terpesona melihatnya. Ia merasa beruntung memiliki pelayan seperti Yin Wei.

"Silakan Yang Mulia." Yin Wei menyerahkan gelas giok itu pada Pangeran ke-9.

Pangeran ke-9 menatapnya. Dia tidak mengambil gelas itu dan malah bertanya.

"Apa kamu bisa bernyanyi?"

"Hah?" Yin Wei terkejut. Matanya menatap Pangeran ke-9.

"Kubilang, apa kau bisa bernyanyi?"

"Maaf." Yin Wei menurunkan pandangannya. Ternyata rumor itu benar. Tatapan Pangeran ke-9 seperti pedang yang menusuk jantung.

"Kau pasti tak bisa, kan?" Pangeran berkata. Dia melipat tangan di dada dan membiarkan tangan Yin Wei terus bergantung di udara.

Yin Wei kembali menatap Pangeran ke-9. Dia merasa sedang dikerjai sekarang. Pangeran itu juga sedang mengujinya. Baiklah. Mau tak mau ia harus ikut permainnya sekarang.

"Saya bisa! Saya juga bisa bermain musik."

Para Pangeran terkejut. Begitupun dengan Kaisar dan Permaisuri. Mereka belum pernah mendengar Yin Wei menyanyi apalagi memainkan musik.

"Kalau begitu, tunjukkan." Pangeran ke-9 menantang.

"Baik." Yin Wei menaruh gelas giok di meja. Dia menghentakkannya.

Yin Wei meminta izin pada Kaisar untuk bernyanyi. Kaisar mengizinkannya. Dia penasaran dengan suara Yin Wei. Beberapa pelayan dia minta untuk mengambil alat musik kecapi.

Yin Wei duduk di depan kecapi dengan anggota kerajaan yang mengelilinginya. Dia mulai memetik senar. Suara yang timbulkan begitu indah. Yang mendengarnya tak mampu menahan decak kagum. Ketika dia membuka mulutnya untuk bernyanyi, pangeran ke-10 menjerit. Dia belum pernah mendengar suara sebagus itu.

"Adik, kau diam dan dengarkan saja." Pangeran ketiga menegur. Dia ingin mendengar suara Yin Wei tapi terganggu dengan suara Pangeran ke-10 yang heboh.

Para pangeran begitu menikmati permainan musik Yin Wei. Kepala mereka bergerak-gerak mengikuti alunan musik.

Pangeran ke-9 meneguk tehnya. Ia menarik sudut bibirnya seiring masuknya air teh ke tenggorokannya. Ia berusaha menyembunyikan senyumnya.

"Biasa saja." Dia kemudian berdiri.

Yin Wei spontan berhenti bernyanyi. Dia melihat Pangeran ke-9 yang pergi.

"Yan Cheng, kau memiliki telinga yang buruk."

"Yin Wei, jangan dengarkan dia. Suaramu bagus."

"Iya, aku ingin mendengarnya setiap hari."

Yin Wei tak merespon. Dia fokus pada Pangeran ke-9 yang mulai tak terlihat.

Dia kenapa? Sepertinya tidak suka sekali padaku.

....
13/05/20

Kenapa pangeran ke-9 bersikap seperti itu?

Kenapa juga dia diam-diam tersenyum?

See you next part

Yin Wei & Pangeran Ke-9 (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang