Part 15

523 21 2
                                    

Sudah 2 hari ini Olla menolak untuk makan makanan apapun yang disiapkan mamanya, gadis itu memilih untuk mengisi hari-harinya dengan belajar, siapa tahu akan ada keajaiban untuknya.

Olla sudah menurunkan standarnya tentang kampus pilihannya, baginya untuk saat ini prioritas utamanya hanyalah bagaimana caranya bisa meneruskan kejenjang itu tanpa memikirkan dimana tempatnya.

Nilai Olla memang tak sepenuhnya buruk, hanya saja untuk mendapat beasiswa sudah tak mungkin lagi, kalaupun harus membayar penuh Olla harus siap bekerja sambilan ditempat lain dan hal itu pastinya tak akan diijinkan oleh kedua orang tuanya.

Lain Olla,lain Laudya, setelah mengetahui fakta jika uang kuliahnya mungkin akan digunakan Olla, Laudya memilih untuk diam, Laudya bukannya tak rela, tapi gadis itu juga sudah memutuskan kampusnya dan baru saja mau membicarakan semua itu dengan kedua orang tua Olla.

Kalaupun uang itu akan digunakan Olla, Laudya memang merasa sedikit kecewa, tapi tak apa, gadis itu lebih rela jika Olla yang menggunakannya daripada salah satu keluarganya, yaa.. Laudya mengikhlaskannya walau hatinya masih sedikit merasa kecewa.

Makan malam hari ini terasa hambar bagi Olla, gadis yang baru saja lulus SMA itu hanya mengaduk-aduk nasi yang ada didepannya. Olla masih memikirkan nasibnya kedepan, bagaimana dengan cita-citanya dan bagaimana dengan hal yang selama ini sudah direnanakan oleh Olla, semua berantakan hanya karena kesalahan sesaat Olla.

Andai saja saat itu Olla tak fokus dengan hobinya, andai saja Olla terus belajar, dan andai saja Olla lebih giat lagi mungkin semua tidak akan berakhir seperti ini, mungkin Olla bisa kuliah, mungkin Olla bisa mendapatkan beasiswa.

Seusai makan malam entah kenapa Olla dan Laudya dipanggil kekamar orang tua mereka, berbeda dengan Olla yang tak tahu apapun, Laudya sudah menduga apa yang akan dikatakan kedua orang yang sudah dianggapnya orang tua itu.

Olla yang pertama masuk lalu diikuti Laudya, didalam sana mama Olla sudah duduk dikursi depan ranjang, sedang papa Olla berdiri dibelakang jendela, menatap lurus kedepan kearah luar.

"Kalian, duduk sini" Perintah mama Olla, dan kedua gadis itu menurut, "Papa mau ngomong sesuatu, Olla sama Yaya dengerin baik-baik, dan kami harap kalian mengerti dengan keputusan kami" Sambung mama Olla lagi.

Papa Olla berbalik. Menatap ledua putrinya dengan lembut sebelum memulai ucapannya.

"Olla, Yaya papa sudah putuskan, kita akan pindah ke Jakarta"

Olla dan Laudya saling tatap tak mengerti tapi keduanya masih mendengarkan kelanjutan ucapan papa Olla.

"Papa sudah dapat kepercayaan untuk kembali membangun perusahaan, Olla bisa terus kuliah, begitu pula dengan Yaya"

Laudya bingung dengan ucapan laki-laki didepannya, bukankah hanya Olla yang akan kuliah, bukankah Olla yang akan didahulukan?

"Mama juga sudah dapat tempat untuk memulai bisnis baru, konveksi yang biasanya tempat mama menjahit sebentar lagi akan menjadi milik kita"

"Maksud mama?" Tanya Olla bingung, "Bukannya itu punya keluarga Uwi?"

"Eyangnya Dwi sudah menjual konveksi itu pada kita La, dan kelak kamu yang akan meneruskan usaha itu"

"Tapi ma, darimana kita dapat uang sebanyak itu?"

"Tadi bukannya papa sudah jelaskan La, papa sudah kembali dipercaya untuk memulai kembali perusahaan"

Walaupun bingung dan banyak pertanyaan dipikirannya Olla lebih memilih diam, begitu pula dengan Laudya yang berusaha menutup mulutnya rapat-rapat, gadis itu tak lagi punya rasa penasaran tentang hal apapun, dan terus bersikap seakan tak tahu tentang apapun.

Perfection of loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang